Mengungkap Jejak-jejak Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Menyimpan Misteri

Afif Khoirul M

Penulis

Gambar Candi Sukuh, salah satu peninggalan Majapahit di Jawa Tengah.

Intisari-online.com - Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan Hindu-Budha terbesar dan terkuat di Nusantara yang berdiri pada abad ke-13 hingga ke-15 Masehi.

Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Indonesia saat ini, serta sebagian wilayah Asia Tenggara.

Namun, setelah kematiannya, kerajaan ini mengalami kemunduran dan keruntuhan akibat berbagai faktor, seperti perebutan takhta, perang saudara, pengaruh Dinasti Ming, dan penyebaran Islam.

Meskipun telah runtuh, kerajaan Majapahit meninggalkan banyak jejak peninggalan berharga yang masih bisa ditemukan hingga saat ini.

Peninggalan-peninggalan ini berupa candi, prasasti, arca, relief, kitab, dan artefak lainnya yang menyimpan banyak misteri dan cerita di baliknya.

Berikut adalah beberapa contoh jejak peninggalan kerajaan Majapahit yang menarik untuk diketahui:

Candi Tikus.

Candi ini terletak di Kompleks Trowulan, kurang lebih 13 km dari sebelah tenggara Mojokerto.

Candi ini pertama kali ditemukan sekitar tahun 1914 berdasarkan laporan temuan miniatur candi yang berada di pemakaman rakyat oleh bupati Mojokerto, R. A. A. Kromojoyo Adinegoro yang kemudian dilakukan pemugaran secara menyeluruh pada tahun 1984 hingga 1985 M.

Candi Tikus ini diperkirakan dibangun pada abad ke-13 atau 14 M melihat dari miniatur menara yang berada di Candi tersebut.

Miniatur menara sendiri menjadi ciri khas arsitektur pada abad tersebut.

Baca Juga: Perang Saudara Berkepanjangan Jadi Penyebab Kemunduran Kerajaan Demak

Bentuk bangunannya menyerupai petirtaan atau pemandian sehingga terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai fungsi candi tikus ini.

Sebagian pendapat mengatakan bahwa dahulu candi ini difungsikan sebagai tempat pemandian para raja.

Pendapat lain mengatakan bahwa Candi Tikus ini dahulu berfungsi sebagai tempat penampungan air untuk disalurkan kembali pada penduduk setempat.

Candi Sukuh

Candi ini terletak di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah.

Candi ini ditemukan pada tahun 1815 oleh Johnson, seorang yang diberi tugas oleh Raffles untuk mengumpulkan data-data demi kepentingan pembuatan buku berjudul “The History of Java”.

Situs Candi Sukuh ini kemudian mengalami pemugaran pertama kali pada tahun 1928 dan mengundang banyak perhatian.

Candi Sukuh memiliki bentuk yang unik dan berbeda dari candi-candi lainnya di Jawa.

Bentuknya menyerupai piramida bertingkat-tingkat dengan sudut kemiringan sekitar 60 derajat.

Candi ini juga memiliki relief-relief yang menggambarkan adegan-adegan erotis dan simbol-simbol kesuburan.

Candi Sukuh diduga dibangun pada akhir masa Majapahit, sekitar abad ke-15 M sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa dan Dewi Parwati.

Candi Brahu.

Candi ini juga terletak di Kompleks Trowulan.

Baca Juga: Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kerajaan Aceh Mengalami Kemunduran Pada Abad Ke-17

Candi ini merupakan candi tertua di kompleks tersebut yang didirikan sekitar abad ke-9 atau 10 M.

Candi Brahu memiliki bentuk bangunan yang sederhana tanpa hiasan relief atau arca di dalamnya.

Candi ini hanya memiliki satu ruang utama dengan pintu masuk di sisi timur.

Candi Brahu diyakini sebagai tempat pemakaman atau pendharmaan para raja Majapahit.

Hal ini didasarkan pada temuan beberapa arca yang diduga sebagai perwujudan dari raja-raja Majapahit, seperti arca Ganesha, Durga Mahisasuramardini, Agastya, dan Nandiswara.

Kitab Negarakertagama.

Kitab ini merupakan salah satu sumber sejarah terpenting tentang kerajaan Majapahit.

Kitab ini ditulis oleh Mpu Prapanca, seorang mantan petinggi urusan agama Buddha di Majapahit, pada tahun 1365 M.

Kitab ini berisi tentang berbagai aspek kehidupan kerajaan Majapahit, seperti nama-nama raja, keadaan kota raja, candi makam raja, upacara-upacara agama, wilayah kekuasaan, dan negara-negara bawahan.

Kitab ini juga menggambarkan kejayaan dan kemegahan kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada.

Kitab Negarakertagama pertama kali ditemukan di Pulau Lombok pada tahun 1894 oleh J. L. A. Brandes, seorang ahli bahasa Belanda.

Kitab Sutasoma.

Kitab ini merupakan salah satu karya sastra terkenal dari kerajaan Majapahit.

Kitab ini ditulis oleh Mpu Tantular, seorang penganut agama Buddha yang terbuka pada agama lain, terutama agama Hindu-Siwa, pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.

Baca Juga: Peninggalan Kerajaan Singasari Terlengkap, Ada Candi yang 'Menyimpang'

Kitab ini berisi tentang kisah Sutasoma, seorang putra raja yang menjadi seorang Bodhisatwa atau calon Buddha.

Kitab ini juga mengandung ajaran-ajaran moral dan toleransi antaragama yang tercermin dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berasal dari kitab ini.

Semboyan ini kemudian dijadikan sebagai semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Itulah beberapa jejak peninggalan kerajaan Majapahit yang menyimpan misteri dan cerita di baliknya.

Peninggalan-peninggalan ini menjadi bukti dari kebesaran dan kebudayaan kerajaan Majapahit yang pernah berjaya di Nusantara.

Peninggalan-peninggalan ini juga menjadi warisan berharga yang harus kita lestarikan dan pelajari sebagai bagian dari sejarah bangsa kita.

Artikel Terkait