Perang Saudara Berkepanjangan Jadi Penyebab Kemunduran Kerajaan Demak

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Kerajaan Demak berjaya di masa Sultan Trenggana. Mengalami kemunduran karena perang saudara berkepanjangan.

Kerajaan Demak berjaya di masa Sultan Trenggana. Mengalami kemunduran karena perang saudara berkepanjangan.

Intisari-Online.com -Disebut punya peranan penting dalam mengakhiri kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak justru hancur karena perang saudara berkepanjangan.

Perang saudara merupakan salah satu faktor dan penyebab kemunduran kerajaan Demak yang didirikan oleh Raden Patah.

Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, muncul pada menjelang akhir abad 15.

Kerajaan Demak ini mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Trenggana, tapi perlahan-lahan mengalami kemunduran pada abad 16.

Seperti disebut di awal, salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Demak adalah perang saudara yang terjadi antara Sunan Prawoto dan Arya Penangsang.

Perang Saudara di Kerajaan Demak

Pada 1546, Sultan Demak, yakni Sultan Trenggono meninggal dunia ketika sedang melakukan ekspedisi perluasan kekuasaan.

Berdasarkan catatan sejarah, Sultan Trenggono meninggal karena dibunuh ketika menyerang Panarukan (Situbondo) di Jawa Timur, yang saat itu dikuasai oleh Blambangan.

Setelah meninggalnya Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mengalami kekosongan kekuasaan.

Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh putra sulung Sultan Trenggono, yaitu Sunan Prawoto untuk menggantikan kedudukan sang ayah.

Sunan giri dan para sesepuh Kerajaan Demak setuju jika Sunan Prawoto naik takhta sebagai raja pada 1546.

Namun sayangnya, selama berkuasa, Sunan Prawoto dinilai lebih sibuk bekerja sebagai ahli agama dibanding pemimpin Kerajaan Demak.

Alhasil, daerah-daerah di bawah naungan Kerajaan Demak mulai melepaskan diri, yang kemudian berdampak pada mundurnya kerajaan.

Buntut dari peristiwa ini ialah terjadinya perang saudara.

Sunan Prawoto terlibat perang dengan sepupunya, Arya Penangsang.

Arya Penangsang adalah putra dari Pangeran Sekar Seda Lepen, yang merupakan kakak kandung dari Sultan Trenggono.

Sewaktu Sunan Prawoto menjadi raja, Arya Penangsang merasa dirinya jauh lebih pantas untuk menduduki kekuasaan.

Penolakan Arya Penangsang terhadap penobatan Sunan Prawoto juga didorong oleh rasa dendamnya terhadap kematian sang ayah.

Arya Penangsang kemudian balas dendam dengan cara berusaha merebut kekuasaan Kerajaan Demak dari Sunan Prawoto.

Perang saudara di Kerajaan Demak berlangsung sejak 1546 hingga 1549.

Perang saudara ini baru berakhir setelah Arya Penangsang mengalami kekalahan, lebih tepatnya kekalahan dari Hadiwijaya dari Pajang.

Pemindahan ibu kota

Perang saudara yang terjadi antara Sunan Prawoto dan Arya Penangsang mendapat kecaman dari Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya.

Sultan Hadiwijaya adalah menantu Sultan Trenggono.

Joko Tingkir bersama dengan Ki Gede Pemanahan dan Ki Panjawi melakukan sejumlah usaha untuk merebut kekuasaan Kerajaan Demak dari Arya Penangsang.

Hingga pada akhirnya, Joko Tingkir, Ki Gede Pemanahan, dan Ki Panjawi berhasil mengalahkan Arya Penangsang di Jipang Panolan.

Pada 1568, Joko Tingkir naik tahta sebagai Raja Demak dan memindahkan ibu kota Demak ke wilayah Pajang.

Pemindahan ibu kota inilah yang menjadi titik awal runtuhnya Kerajaan Demak.

Artikel Terkait