Find Us On Social Media :

Kisah di Balik Malam 1 Suro, Tradisi dan Makna Pensucian Pusaka Mataram di Keraton Solo

By Afif Khoirul M, Kamis, 20 Juli 2023 | 07:40 WIB

Kirab pusaka keraton surakarta.

Intisari-online.com - Malam 1 Suro adalah malam pergantian tahun dalam kalender Jawa yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Islam.

Malam ini dianggap sebagai malam yang sakral dan penuh makna bagi masyarakat Jawa, khususnya yang berasal dari Kerajaan Mataram.

Salah satu tradisi yang dilakukan untuk menyambut malam 1 Suro adalah pensucian pusaka Mataram, yaitu benda-benda bersejarah yang menjadi warisan leluhur dan simbol kekuasaan kerajaan.

Pusaka Mataram adalah istilah yang digunakan untuk menyebut benda-benda pusaka yang dimiliki oleh Kerajaan Mataram, baik yang berasal dari zaman Hindu-Buddha maupun zaman Islam.

Benda-benda pusaka ini memiliki nilai sejarah, budaya, dan spiritual yang tinggi bagi masyarakat Jawa. Beberapa contoh pusaka Mataram adalah:

Keris Kyai Ageng Kopek: Keris ini merupakan pusaka tertua dari Kerajaan Mataram Islam.

Keris ini dibuat oleh Ki Ageng Kopek, seorang tokoh yang dianggap sebagai leluhur dari raja-raja Mataram.

Keris ini memiliki pamor atau motif berbentuk kembang kantil dan memiliki tujuh luk atau alur.

Tombak Kyai Baru Klinting: Tombak ini merupakan pusaka dari zaman Hindu-Buddha yang diwariskan oleh Raja Brawijaya V dari Majapahit kepada Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak.

Tombak ini memiliki ujung berbentuk naga dan memiliki kekuatan magis.

Pedang Kyai Nogo Siluman: Pedang ini merupakan pusaka dari zaman Hindu-Buddha yang diwariskan oleh Raja Brawijaya V dari Majapahit kepada Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak.

Baca Juga: Diyakini Sebagai Kerajaan Pertama Di Jawa Timur, Inilah Riwayat Kerajaan Kanjuruhan, Vasal Mataram Kuno Yang Makmur

Pedang ini memiliki pamor atau motif berbentuk naga dan memiliki kekuatan magis.

Mahkota Kyai Prabu Mataram: Mahkota ini merupakan pusaka dari zaman Hindu-Buddha yang diwariskan oleh Raja Brawijaya V dari Majapahit kepada Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak.

Mahkota ini merupakan lambang kekuasaan dan kebesaran raja-raja Mataram.

Bagaimana Cara Pensucian Pusaka Mataram?

Pensucian pusaka Mataram dilakukan dengan cara membersihkan dan merawat benda-benda pusaka seperti keris, tombak, pedang, mahkota, perhiasan, dan lain-lain.

Tujuannya adalah untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa para pendahulu yang telah membangun dan mempertahankan kerajaan, serta untuk memohon berkah dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Pensucian pusaka Mataram juga merupakan upaya untuk melestarikan warisan budaya dan sejarah yang menjadi identitas bangsa.

Tradisi pensucian pusaka Mataram dilakukan oleh beberapa keraton yang merupakan pewaris Kerajaan Mataram, seperti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Keraton Kasepuhan Cirebon, dan Keraton Kanoman Cirebon.

Setiap keraton memiliki cara dan ritual tersendiri dalam melakukan pensucian pusaka Mataram.

Namun, semuanya dilakukan dengan penuh khidmat dan hormat.

Salah satu contoh pensucian pusaka Mataram adalah kirab pusaka yang digelar oleh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat setiap malam 1 Suro.

Baca Juga: Jawa Timur Primadonanya, Daerah-daerah Ini Disebut Sebagai Tempat Asal Selir Raja-raja Mataram Islam

Kirab pusaka adalah prosesi mengarak benda-benda pusaka dari keraton kemudian kembali untuk dibersihkan dan disucikan dengan air khusus.

Kirab pusaka diikuti oleh ratusan abdi dalem keraton yang membawa berbagai macam pusaka seperti keris Kyai Ageng Kopek, tombak Kyai Baru Klinting, pedang Kyai Nogo Siluman, mahkota Kyai Prabu Mataram, dan lain-lain.

Kirab pusaka juga diiringi oleh gamelan dan tarian tradisional.

Sementara itu, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memiliki tradisi pensucian pusaka Mataram yang disebut dengan Labuhan Alit.

Labuhan Alit adalah upacara membersihkan benda-benda pusaka dengan air suling yang telah diberkahi oleh Sultan dan para abdi dalem keraton.

Labuhan Alit dilakukan di dalam kompleks keraton dengan suasana yang tenang dan khusyuk.

Beberapa benda pusaka yang dibersihkan dalam Labuhan Alit antara lain adalah keris Kyai Ageng Pleret, tombak Kyai Ageng Serang, pedang Kyai Ageng Jagad Buana, mahkota Kyai Prabu Anom, dan lain-lain.

Apa Makna Pensucian Pusaka Mataram?

Pensucian pusaka Mataram merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap warisan leluhur yang harus dilestarikan dan dijaga keasliannya.

Benda-benda pusaka Mataram tidak hanya memiliki nilai sejarah dan budaya, tetapi juga memiliki nilai spiritual dan magis bagi masyarakat Jawa.

Dengan melakukan pensucian pusaka Mataram di malam 1 Suro, diharapkan benda-benda pusaka tersebut tetap terawat dan terjaga keberkahannya.

Selain itu, pensucian pusaka Mataram juga memiliki makna simbolis sebagai perwujudan dari rasa syukur, introspeksi diri, dan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Pensucian pusaka Mataram mengajarkan kita untuk menghargai sejarah, menjaga budaya, dan mempererat persatuan bangsa.

Pensucian pusaka Mataram juga mengingatkan kita akan nilai-nilai luhur yang diteladankan oleh para leluhur kita, seperti keberanian, kejujuran, keadilan, dan ketaqwaan.

Malam 1 Suro adalah malam yang sakral dan penuh makna bagi masyarakat Jawa, khususnya yang berasal dari Kerajaan Mataram.

Salah satu tradisi yang dilakukan untuk menyambut malam 1 Suro adalah pensucian pusaka Mataram, yaitu benda-benda bersejarah yang menjadi warisan leluhur dan simbol kekuasaan kerajaan.

Pensucian pusaka Mataram dilakukan dengan cara membersihkan dan merawat benda-benda pusaka dengan air khusus.

Pensucian pusaka Mataram memiliki makna sebagai penghargaan terhadap warisan leluhur, perwujudan dari rasa syukur, introspeksi diri, dan harapan akan masa depan yang lebih baik.