Penulis
Sebagian besar selir-selir raja-raja Mataram Islam didatangkan dari Jawa Timur. Tak sekadar cantik, ada motif politik di dalamnya.
Intisari-Online.com -Selir tak sekadar sebagai pendamping raja.
Selir juga tak melulu soal kecantikan.
Lebih dari itu, pada masa Mataram Islam, selir juga persoalan politik dan strategis.
Raja-raja Mataram Islam sebagian besar berasal dari Pulau Jawa.
Tak semuanya berasal dari keluarga bangsawan, ada juga yang berasal dari rakyat jelata.
Seperti disebut di awal, alasan seorang raja menjadikan seorang wanita sebagai selir tak melulu soal kecantikan.
Terkadang ada motif politik juga di dalamnya.
Salah satu tujuan mengambil selir adalah untuk memperkuat hubungan antara raja dengan bangsawan bawahan.
Dengan menikahi putri bangsawan, raja dapat menjamin loyalitas dan ketaatan mereka.
Selain itu, raja juga dapat memperluas wilayah kekuasaannya dengan cara mengawinkan selir dengan penguasa daerah lain.
Dengan menikahi putri bangsawan, raja dapat menjamin loyalitas dan ketaatan mereka.
Selain itu, raja juga dapat memperluas wilayah kekuasaannya dengan cara mengawinkan selir dengan penguasa daerah lain.
Selir juga menjadi simbol status sosial dan kejayaan raja.
Semakin banyak selir yang dimiliki, semakin tinggi derajat dan kewibawaan raja di mata rakyat dan musuh.
Selir juga menjadi sumber keturunan raja yang dapat melanjutkan dinasti dan menjaga kesinambungan kerajaan.
Namun, tradisi selir juga menimbulkan dampak negatif bagi raja dan kerajaan.
Salah satunya adalah persaingan dan konflik antara selir dan anak-anaknya untuk merebut tahta dan kekuasaan.
Banyak kasus pemberontakan, pembunuhan, pengkhianatan, dan perpecahan yang dipicu oleh perselisihan dalam istana.
Selain itu, tradisi selir juga menunjukkan adanya ketidaksetaraan gender dan eksploitasi perempuan.
Selir seringkali dianggap sebagai objek seksual atau komoditas politik yang tidak memiliki hak dan kewenangan.
Selir juga harus tunduk pada aturan dan adat istana yang ketat dan represif.
Salah satu daerah yang dikenal sebagai pemasok selir untuk raja-raja Mataram Islam adalah Jawa Timur.
Menurut beberapa sumber sejarah, ada empat kabupaten di Jawa Timur yang menjadi asal-usul selir-selir cantik, yaitu Blitar, Malang, Banyuwangi, dan Lamongan.
Perempuan-perempuan dari daerah-daerah ini dipercaya memiliki pesona yang memesona di mata raja-raja Mataram Islam.
Mereka dianggap memiliki kecantikan fisik, kelembutan sikap, keterampilan seni, dan kecerdasan pikiran yang menarik perhatian raja.
Tradisi selir di kerajaan Mataram Islam merupakan fenomena sosial-budaya yang menarik untuk dikaji.
Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai, norma-norma, dan dinamika masyarakat Jawa pada masa lampau.
Namun, juga memberikan gambaran tentang sejarah, politik, dan budaya kerajaan Mataram Islam yang pernah berjaya di Nusantara.