Warisan Tradisi Bernilai Tinggi, Ini 8 Peninggalan Kerajaan Mataram Islam

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Tak hanya satu atau dua, Mataram Islam mewariskan banyak peninggalan sejarah dan tradisi bernilai tinggi.

Tak hanya satu atau dua, Mataram Islam mewariskan banyak peninggalan sejarah dan tradisi bernilai tinggi #MencariIndonesia

Intisari-Online.com -Berdiri pada 1586, Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Agung.

Selain meluaskan kekuasaannya, Mataram Islam era Sultan Agung juga mewariskan banyak peninggalan tradisi yang bernilai tinggi.

Kerajaan Mataram Islam meninggalkan peninggalan sejarah pada dua kota berbeda, yaitu Yogyakarta dan Surakarta.

Salah satu sumber berita peninggalan Kerajaan Mataram Islam adalah Kitab Sastra Gending yang ditulis oleh Sultan Agung.

Selain Sastra Gending, berikut ini peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang tersebar di Yogyakarta dan Surakarta:

1. Masjid Pathok Negara Sulthoni Plosokuning

Masjid Pathok terletak di Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

Pendiri masjid ini adalah Kiai Mursodo, yang merupakan keponakan Sri Sultan Hamengkubuwono I.

Nama Plosokuning diambil dari pohon ploso yang tumbuh di sekitar masjid.

Masjid Agung Surakarta Masjid ini adalah salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang terletak di sebelah barat Alun-Alun Utara Keraton Surakarta.

Masjid Agung dibangun oleh Sunan Pakubuwono III pada 1763 dan selesai pada 1768.

Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid ini juga difungsikan untuk mendukung keperluan kerajaan yang terkait dengan keagamaan, seperti Grebeg dan festival Sekaten.

2. Keraton Kesultanan Yogyakarta

Keraton Kesultanan Yogyakarta dibangun pada 1755 Masehi.

Di depan keraton, terdapat alun-alun utara dan di barat alun-alun dapat ditemukan masjid agung.

Sedangkan di selatan keraton terdapat alun-alun selatan yang ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan alun-alun utara.

3. Kompleks Makam Kerajaan Imogiri

Astana Imogiri merupakan tempat makam raja-raja Kesultanan Mataram yang terletak 17 km ke arah selatan Kota Yogyakarta.

Makam ini sejak awal telah disiapkan oleh Sultan Agung.

Selain makam Sultan Agung, di tempat ini terdapat makam Sri Ratu Batang, Amangkurat Amral, Pakubuwono I, Amangkurat Jawi, Hamengkubuwono I, dan masih banyak lainnya.

4. Masjid Al Fatih Kepatihan

Masjid Al Fatih Kepatihan berdiri di daerah Kepatihan, Jebres, Surakarta.

Peninggalan Kasunanan Surakarta ini dibangun oleh Raden Adipati Sosrodiningrat IV sebagai mahar lamaran Pakubuwono X kepada istrinya pada 1891.

5. Masjid Agung Gedhe Kauman

Masjid Agung Gedhe Kauman terletak di sebelah barat Alun-Alun Utara Yogyakarta, tepatnya di Kampung Kauman, Kecamatan Gondomanan.

Peninggalan Kesultanan Mataram ini dibangun pada 1773, di bawah pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I.

Masjid ini memiliki satu gedung induk sebagai tempat shalat dan maksura sebagai pengamanan raja ketika hendak shalat.

Sementara pada bagian halaman terdapat pagongan yang digunakan untuk meletakkan gong saat acara Sekaten.

6. Masjid Kotagede

Masjid Kotagede terletak di sebelah selatan kawasan Pasar Kotagede, Yogyakarta.

Meski tidak diketahui secara pasti waktu pembangunannya, tetapi Masjid Kotagede diperkirakan sudah ada sejak berdirinya Kerajaan Mataram, di bawah pemerintahan Kiai Ageng Mataram.

Masjid ini konon katanya memiliki "beduk ajaib", yang dibuat oleh rakyat secara bergotong-royong, namun tidak bisa dipindahkan meski tenaga yang mengangkat bertambah banyak.

Suatu ketika, datanglah perempuan misterius yang secara ajaib mampu mengangkat beduk tersebut ke dalam masjid seorang diri.

Setelah meninggal, perempuan misterius tersebut dimakamkan di sebelah Masjid Mataram.

7. Keraton Kasunanan Surakarta

Keraton Kasunanan Surakarta atau Keraton Surakarta Hadiningrat dibangun pada 1745 oleh Pakubuwono II.

Di dalam keraton, dapat ditemukan galeri seni dan museum dengan pusaka-pusaka kerajaan, senjata kuno, serta barang-barang antik.

Di halaman keraton terdapat sebuah menara bernama Panggung Sanggabuwono yang misterius dan konon tempat bertemunya antara raja dengan Penguasa Ratu Selatan.

8. Taman Sari

Taman Sari adalah situs bekas taman istana milik Keraton Yogyakarta yang dibangun pada zaman Sultan Hamengkubuwono I pada 1758-1765.

Sebagai pimpinan proyek pembangunan, ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro dan seluruh biayanya ditanggung oleh Bupati Madiun.

Oleh karena itu, daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak.

Meskipun fungsi utamanya sebagai taman kerajaan, beberapa bangunan di dalamnya mengindikasikan bahwa Taman Sari juga berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh.

#MencariIndonesia

Artikel Terkait