Jadi Tuan Rumah Festival Lestari 5, Kabupaten Sigi Siap Tumbuh Lebih Baik

Sheila Respati

Penulis

Moderator, Dinda Lestari; Perwakilan BTNLL, Arimjati; Wagub Sulteng, Ma'mun Amir; Bupati Sigi, Mohamad Irwan Lapatta; Perwakilan Gampiri Interaksi, Nadya Sininta Maulaning; Pengurus Koperasi Tani Vanili Simpotove; dan Pelaku UMKM Pipikoro Coffee, Harri Ramdhani pada konferensi pers.

Intisari-Online.com – Bencana gempa, likuifaksi, dan banjir yang terjadi di Sulawesi Tengah pada 2018 belum lepas dari ingatan masyarakat Indonesia. Gempa yang disebabkan oleh pergerakan sesar aktif Palu Koro yang membelah punggung Pulau Sulawesi itu memberi dampak masif pada kehidupan masyarakat.

Kabupaten Sigi menjadi salah satu wilayah yang terdapampak parah. Belum sepenuhnya pulih dari dampak bencana tersebut, pandemi Covid-19 datang layaknya badai yang datang tanpa peringatan.

Namun, kini Kabupaten Sigi tengah berbenah untuk dapat bertumbuh kembali, baik dari segi pembangunan wilayah maupun ekonomi. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sigi, Festival Lestari 5 diselenggarakan di sana.

Sebagai informasi, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, menyimpan banyak potensi mulai dari kekayaan alam, keragaman hayati, keunikan seni, budaya, dan ekonomi. Lebih dari itu, wilayah Kabupaten Sigi yang secara administratif terbentuk pada 2008 ini memiliki cagar biosfer bernama Lore Lindu.

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayahnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi mengambil jalan yang tidak biasa, yakni dengan memprioritaskan konsep keberlanjutan, kelestarian, keharmonisan dengan alam.

Melalui Festival Lestari 5, Kabupaten Sigi yang merupakan bagian dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) akan memamerkan portofolio investasi berbasis alam di wilayahnya, memantik inovasi-inovasi berbasis alam, dan praktik berkelanjutan untuk memajukan masyarakat.

Festival Lestari 5 yang diikuti oleh sembilan kabupaten di Indonesia yang tergabung dalam LTKL itu akan berlangsung selama empat hari, mulai 23 hingga 25 Juni 2023.

Acara utama festival akan berlangsung di dua lokasi, yakni Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Taiganja dan Bukit Indah Doda. Festival akan terdiri dari serangkaian kegiatan yang mendorong semangat gotong royong dalam mewujudkan pembangunan dan ekonomi lestari di Kabupaten Sigi.

Rangkaian acara antara lain, Telusur Rasa Lestari, Telusur Wisata dan Budaya Lestari, Pentas Seni dan Budaya, Petualangan Lestari Paralayang, Community Talks dengan tema lestari, dan Town Hall Muda.

Selain itu, terdapat acara utama yakni Forum Bisnis dan Investasi untuk Inovasi Berbasis Alam pertama di Indonesia dan Potomu Ntodea atau Pasar Warga yang akan memamerkan produk-produk berbasis alam karya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Kabupaten Sigi.

Bupati Sigi, Mohamad Irwan Lapatta dalam konferensi pers pembukaan Festival Lestari 5 di Bukit Indah Doda, Rabu (21/6/2023), menyatakan bahwa Festival Lestari 5 yang akan digelar di wilayahnya itu adalah momentum untuk “memperkaya” diri, terutama hal yang terkait pembangunan bervisi lestari.

“Sekitar 74 persen wilayah Kabupaten Sigi berupa kawasan konservasi dan hutan lindung, sisanya itulah yang akan dimanfaatkan untuk membangun dan menyejahterakan rakyat Sigi,” ujar Bupati Mohamad Irwan.

Festival Lestari yang mengusung semangat gotong royong menurutnya dapat menjadi momentumuntuk mereplikasi praktik-praktik dan inovasi pembangunan berbasis alam yang sudah diterapkan di daerah lainnya di Kabupaten Sigi.

Ia pun berharap, “muara” dari festival ini adalah pertumbuhan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Sigi yang berbasis konservasi.

“Kami meyakini, bahwa ekonomi bukan hanya kerja yang ditujukan untuk mencari profit semata. Tapi juga menjaga alam dan masyarakat. Bahwa ekonomi juga mempertimbangkan aspek lainnya seperti budaya, kuliner, tradisi, seni, dan potensi lingkungan sekitar, agar ekonomi, masyarakat, dan lingkungan bisa selaras dan bisa tumbuh lebih baik,” tambahnya.

Berbagai rangkaian kegiatan pada Festival Lestari 5, kata Irwan, mendorong munculnya inovasi-inovasi yang dapat memantik pergerakan ekonomi masyarakat ke arah lebih baik.

Selain itu, rangkaian kegiatan sekaligus menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya memepertimbangkan kelestarian alam dalam rencana pembangunan daerah.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Ma’mun Amir yang juga menyatakan sambutan positif atas digelarnya Festival Lestari 5 di Kabupaten Sigi.

Ia menilai, Kabupaten Sigi dapat menjadi contoh kekompakkan antara pemerintah kabupaten (Pemkab) dan pemerintah provinsi (Pemprov) dalam menyusun visi pembangunan yang mempertimbangkan pelestarian lingkungan.

Pemprov Sulawesi Tengah, katanya, memberi keleluasaan kepada Pemkab untuk mengundang investor masuk ke wilayahnya. Namun, dengan catatan bahwa investasi tidak bersifat ekstraktif dan tidak mengganggu lingkungan.

Ia berharap, festival yang digelar di Kabupaten Sigi ini bisa menjadi peta jalan bagi konsep pembangunan berwawasan lingkungan di setiap daerah.

“Ini memang tidak bisa kita lakukan sendiri, tetapi dengan kerja gotong royong. Saya berharap ini bisa berjalan dengan baik,” harap Wagub Ma’mun.

Langkah visioner

Sementara itu, Perwakilan Balai Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Arimijati dalam paparannya menyebut bahwa Festival Lestari 5 yang dilaksanakan di Kabupaten Sigi adalah langkah maju.

Sebagai perwakilan lembaga yang ditunjuk untuk menjaga cagar biosfer di Lore Lindu, ia memandang Festival Lestari 5 sejalan dengan konsep perlindungan, perawatan, dan pemberdayaan alam yang sudah tercantum dalam visi pembangunan hijau Kabupaten Sigi.

Baca Juga: Festival Lestari 5, Kolaborasi Berbagai Pihak untuk Mendorong Pertumbuhan dan Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah

“Ada 72 desa yang jadi penyangga cagar biosfer di TNLL. Sebagian besarnya, yakni sekitar 48 desa berada di Kabupaten Sigi. Selebihnya, masuk wilayah Kabupaten Poso. Dari jumlah itu, 56 desa sudah melakukan kerjasama dengan TNLL. Kerjasama itu antara lain mencakup pemberdayaan ekonomi berbasis alam,” ungkapnya.

Dengan begitu, menurut Armijati, tidak ada alasan untuk menilai bahwa masyarakat menjadi terbatas dalam hal pemberdayaan ekonomi dengan adanya hutan di sekeliling tempat tinggalnya.

“Keberadaan TNLL justru mengambil peran penting untuk membantu meningkatkan ekonomi sekitar kawasan hutan lindung,” kata Armijati

Praktik ekonomi lestari sudah diterapkan

Sejumlah pelaku usaha dan kelompok masyarakat yang turut diundang dalam konferensi pers juga memaparkan praktik-praktik ekonomi lestari yang sudah diterapkan untuk meningkatkan nilai komoditas khas Sigi. Mereka juga akan berbagi contoh-contoh praktik tersebut pada Festival Lestari 5.

Zaitun misalnya, salah seorang pengurus Koperasi Tani Vanili Simpotove, Kecamatan Palolo menyatakan, komoditas kakao yang dihasilkan koperasinya sudah tersertifikasi dan saat ini sedang merambah ke komoditas vanili.

“Ada pendampingan dalam mengelola komoditas-komoditas itu, seperti tidak menggunakan pestisida dan sebagainya,” akunya.

Begitu pula dengan Herri Ramdhani, seorang pelaku UMKM yang menggeluti bisnis kopi yang ditanam dibudidayakan di Kabupaten Sigi.

“Pada 2017 kami membawa kopi ke Jakarta, tapi semuanya ditolak karena kualitasnya jelek. Tapi sekarang setelah melalui pendampingan, alhamdulillah, kami malah sibuk memenuhi permintaan,” sebutnya.

Lain halnya dengan Nadya Sinimta Maulaning, anak muda yang tergabung dalam kelompok Gampiri Interaksi. Ia mengaku, kelompoknya difasilitasi untuk membangunkan lahan yang sudah produktif agar menjadi produktif lagi.

Tak hanya itu, sedikitnya 20 UMKM setempat sudah digiring ke dalam program inkubasi agar bisa bertransformasi dalam usaha.

“Praktik dan inovasi-inovasi seperti ini juga akan kita bagi pada forum-forum selama Festival Lestari 5,” tambahnya.

Baca Juga: Festival Lestari 5, Langkah untuk Memperkuat Perda Sigi Hijau

Sebagai informasi, Festival Lestari sebelumnya bernama Festival Kabupaten Lestari atau FKL. Festival pertama kali diluncurkan pada 2018 di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Festival di Kabupaten Sigi, Sulawesi tengah merupakan pelaksanaan ke-5 oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL).

LTKL adalah asosiasi kabupaten yang dibentuk dan dikelola oleh pemerintah kabupaten sebagai bagian dari kaukus Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) untuk mewujudkan visi ekonomi lestari dengan menjaga lingkungan dan mensejahterakan masyarakat lewat gotong royong multipihak.

Hingga kini, LTKL memiliki sembilan kabupaten anggota di enam provinsi di Indonesia dan bekerja berdampingan dengan 27 jejaring mitra multipihak tingkat global, nasional, dan daerah.

Festival Lestari 5 terselenggara berkat kerja sama antara Kementerian Investasi/BKPM, APKASI, LTKL, Forum Koordinasi dan Komunikasi Cagar Biosfer Lore Lindu, BRIN-MAB UNESCO Indonesia, Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Koalisi Ekonomi Membumi, GIZ SASCI+, dan Tropical Forest Alliance.

Festival Lestari hadir sebagai wadah promosi dan perayaan gotong royong multipihak untuk pembangunanlestari di kabupaten anggota LTKL.

Tema festival kelima ini adalah “Tumbuh Lebih Baik”. Tema itu merupakan sebuah harapan Provinsi Sulawesi Tengah untuk dapat bangkit lebih kuat dan lestari setelah mengalami bencana gempa, likuifaksi, dan badai Covid-19 yang menghancurkan ekonomi masyarakat.

Dengan aset alam yang demikian besar dan ditopang oleh kearifan lokal masyarakat yang mengajarkan untuk hidup harmonis dengan alam, Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya Kabupaten Sigi, berharap untuk bisa bertumbuh.

(Kontributor Foto: Joshua Marunduh/Teks: Basri Marzuki)