Penulis
Intisari-Online.com -Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman sosial budaya.
Namun, tahukah kamu bahwa keragaman sosial budaya di Indonesia juga dipengaruhi oleh faktor iklim?
Memang bagaimana pengaruh iklim terhadap keragaman sosial budaya di Indonesia?
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata selama beberapa tahun terakhir di suatu wilayah.
Iklim memengaruhi kondisi lingkungan, seperti suhu udara, curah hujan, kelembapan, dan angin.
Kondisi lingkungan ini kemudian memengaruhi pola hidup, mata pencaharian, dan tradisi masyarakat di wilayah tersebut.
Berikut adalah beberapa contoh pengaruh iklim terhadap keragaman sosial budaya di Indonesia:
Pertanian dan Mata Pencaharian
Iklim memengaruhi jenis tanaman yang dapat tumbuh dan berkembang di suatu daerah. Hal ini berdampak pada mata pencaharian dan pola makan masyarakat setempat.
Misalnya, di daerah dengan iklim tropis basah seperti Sumatera dan Kalimantan, pertanian sawah padi dan perkebunan menjadi lebih umum.
Baca Juga: Keindahan Pesan Keragaman Suku, Ras, dan Disabilitas pada Pawai Bunga Surabaya 2023
Sedangkan, di daerah dengan iklim yang lebih kering seperti Nusa Tenggara dan Sulawesi, pertanian yang umum adalah jagung atau palawija.
Perbedaan ini membentuk pola hidup dan mata pencaharian yang unik di masing-masing wilayah. Perbedaan ini juga otomatis berpengaruh pada ragam makanannya.
Keberagaman ini mencerminkan pengaruh langsung dari kondisi iklim setempat terhadap pola makan dan tradisi kuliner.
Pakaian dan Rumah Tradisional
Iklim juga memengaruhi cara berpakaian dan bentuk rumah tradisional masyarakat Indonesia.
Masyarakat yang hidup di wilayah iklim sejuk tentunya lebih sering mengenakan pakaian tebal.
Misalnya, masyarakat Suku Batak yang tinggal di dataran tinggi Sumatera Utara menggunakan ulos sebagai selendang atau selimut untuk menghangatkan tubuh.
Sementara itu, masyarakat yang hidup di wilayah iklim panas dan lembab lebih cocok menggunakan pakaian tipis dan longgar.
Misalnya, masyarakat Suku Bugis yang tinggal di Sulawesi Selatan menggunakan baju bodo sebagai pakaian adat perempuan.
Begitu juga dengan rumah tradisional. Masyarakat yang tinggal di wilayah iklim lembab biasanya memiliki rumah dengan ventilasi yang banyak agar sirkulasi udara baik.
Misalnya, rumah panggung khas Kalimantan yang memiliki jendela besar dan atap tinggi.
Sedangkan masyarakat yang tinggal di wilayah iklim kering biasanya memiliki rumah dengan dinding tebal dan atap rendah untuk menjaga suhu dalam ruangan.
Misalnya, rumah adat Sasak dari Lombok yang memiliki dinding dari tanah liat dan atap dari jerami.
Upacara Adat
Berbagai upacara adat yang ada di masyarakat Indonesia ikut dipengaruhi oleh iklim. Upacara adat biasanya berkaitan dengan siklus alam atau peristiwa penting dalam kehidupan manusia.
Misalnya, di daerah iklim tropis lembab, seperti di Pulau Jawa, ada upacara memohon hujan atau menghormati air sebagai simbol kehidupan.
Contohnya, upacara Ruwatan Suro atau Labuhan Agung yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta untuk membersihkan diri dari nasib buruk dan mengucap syukur kepada Tuhan.
Sementara itu, di daerah dengan iklim tropis basah, seperti di Kalimantan, ada tradisi upacara adat yang terkait dengan pertanian dan hasil panen.
Misalnya, upacara Gawai Dayak atau Hari Raya Dayak yang dilakukan oleh Suku Dayak untuk merayakan panen padi dan bersyukur kepada Dewa Sang Hyang.
Demikian penjelasan tentang bagaimanapengaruh iklim terhadap keragaman sosial budaya di Indonesia. Semoga menambah wawasan Anda.