Sementara kelompok preman, copet dan sejenisnya, minta susuk kekebalan atau katosan. Kelompok olahragawan minta susuk kekuatan.
Sedangkan kelompok pedagang, "Biasanya mohon susuk penglarisan," jelas mbah dukun sambil menyebut nama seorang pedagang ayam goreng cukup terkenal di Yogyakarta.
Tempat pemasangan logam mulia itu pun beragam, tergantung profesi pemasang. Pada penyanyi misalnya, susuk dipasang di tenggorokan agar suaranya nyaring.
Untuk pemain sepak bola susuk akan dipasang di telapak kaki, "Selain bisa keras dan tepat kalau menendang bola, juga menambah kecepatan lari," ujar Mbah Soma tak lupa menyebut beberapa nama dari sejumlah kesebelasan profesional maupun amatir.
Ada susuk sebesar jarum pentul, runcing kedua ujungnya. Ada pula susuk tulang menjangan sebesar peniti yang terbungkus kain putih.
Konon,bentuk susuk terakhir ini membuat pemakainya punya katosan. Barang siapa menggembol jimat tersebut konon kebal senjata tajam.
Ditinjau dari operasionalnya, benda mistis sebesar jarum jahit, runcing di kedua ujungnya itu ada dua macam, susuk mandek (stasioner) dan susuk mlaku (mobile).
Susuk pertama bertahan di tempat yang ditentukan, kekuatannya pun terbatas di sekitar wildyah itu saja. Sedangkan jenis susuk yang kedua, lebih meluas karena ia akan beredar mengikuti aliran darah.
Dukun yang mengaku masih berdarah keraton ini mematok sebatang susuk emas dengan harga Rp 6.000 (tahun 1993) yang kemudian akan ia pesankan di toko emas untuk menentukan bentuk dan ukuran sesuai dengan tujuan serta tempat pemasangan susuk.
Susuk mobil
Gema keampuhan susuk yang konon berkaitan dengan dunia gaib, tersebar di mana-mana.
Percaya atau tidak, seorang penyanyi wanita beken tingkat nasional dan internasional, tak luput dari konsep keyakinan susuk.