Penulis
Intisari-online.com - Nakhon Si Thammarat adalah provinsi paling tua di Thailand yang terletak di wilayah selatan negara itu.
Provinsi ini memiliki banyak tempat bersejarah yang berkaitan dengan agama Buddha.
Salah satunya adalah vihara-vihara yang menjadi saksi bisu perjalanan agama Buddha dari Sriwijaya ke Thailand.
Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim yang berpusat di Sumatera dan berdiri sekitar abad ke-7 hingga ke-13 Masehi.
Kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.
Sriwijaya juga memiliki hubungan dekat dengan kerajaan-kerajaan di Thailand, seperti Dvaravati dan Lavo.
Salah satu bukti hubungan antara Sriwijaya dan Thailand adalah adanya vihara-vihara yang dibangun oleh para raja Sriwijaya di Nakhon Si Thammarat.
Vihara-vihara ini memiliki gaya arsitektur yang mirip dengan vihara-vihara di Sumatera, seperti bentuk stupa dan hiasan ukiran.
Salah satu vihara tertua dan terbesar di Nakhon Si Thammarat adalah Wat Phra Mahathat Woramahawihan, yang juga dikenal sebagai Wat Phra Borommathat.
Vihara ini didirikan pada abad ke-8 oleh Raja Sriwijaya Dapunta Hyang Sri Jayanasa sebagai tempat penyimpanan relik Buddha.
Vihara ini memiliki stupa utama yang tingginya mencapai 78 meter dan dilapisi emas. Stupa ini juga memiliki bentuk mirip dengan stupa Borobudur di Indonesia.
Baca Juga: Di Balik Peristiwa Biksu Thailand Jalan Kaki Ribuan Kilometer Ke Candi Borobudur, Apa Itu Thudong?
Di sekitar stupa utama, terdapat 173 stupa kecil yang juga berisi relik Buddha.
Selain Wat Phra Mahathat, terdapat juga vihara lain yang dibangun oleh Sriwijaya di Nakhon Si Thammarat, seperti Wat Phra Narai Maharat, Wat Chedi, Wat Khao Khun Phanom, dan Wat Nantharam.
Vihara-vihara ini juga memiliki ciri khas arsitektur Sriwijaya dan menjadi tempat ibadah bagi umat Buddha di Thailand.
Vihara-vihara di Nakhon Si Thammarat tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan agama Buddha dari Sriwijaya ke Thailand.
Tetapi juga menjadi saksi hidup perjalanan spiritual para biksu yang berjalan kaki dari Thailand ke Indonesia.
Pada tahun 2023, sebanyak 32 biksu dari berbagai negara melakukan ritual Thudong, yaitu perjalanan spiritual dengan berjalan kaki sepanjang ribuan kilometer untuk mengikuti jejak Sang Buddha.
Di provinsi Nakhon Si Thammarat yang terletak di bagian selatan Thailand, terdapat banyak vihara yang menyimpan sejarah panjang tentang perkembangan Buddhisme di Asia Tenggara sejak masa Sriwijaya hingga kini.
Di antara vihara-vihara tersebut, yang paling terkenal adalah Wat Phra Mahathat Woramahawihan, yang merupakan kuil Buddha tertua dan terbesar di Thailand.
Kuil ini memiliki stupa emas setinggi 78 meter yang berisi relik Buddha. Stupa ini juga menjadi simbol provinsi Nakhon Si Thammarat.
Dari vihara ini, 32 biksu memulai perjalanan spiritual mereka dengan berjalan kaki dari Thailand ke Indonesia untuk mengikuti perayaan Waisak di Candi Borobudur pada tahun 2023.
Para biksu ini melakukan ritual Thudong, yaitu perjalanan religi yang dilakukan dengan cara berjalan kaki sambil merenung untuk meneladani Sang Buddha.
Baca Juga: Peristiwa KTT Asean di Manila 1987, Ketika Soeharto Selamat Dikepung Pemberontak Filipina
Para biksu ini meninggalkan vihara tersebut pada 25 Maret 2023 dan melintasi Malaysia dan Singapura sebelum sampai di Indonesia .
Para biksu ini memulai perjalanan mereka dari sebuah vihara di Nakhon Si Thammarat pada 25 Maret 2023 dan tiba di Candi Borobudur pada 4 Juni 2023 untuk merayakan Hari Waisak.
Perjalanan para biksu ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat Indonesia, termasuk dari anggota Banser yang turut mengawal mereka saat melintasi jalur Pantura di Jawa Barat.
Para biksu ini juga mendapat apresiasi dari Menteri Pariwisata Sandiaga Uno yang menyambut mereka di Candi Borobudur.
Vihara-vihara di Nakhon Si Thammarat merupakan destinasi wisata religi dan budaya yang menarik untuk dikunjungi.
Selain dapat melihat keindahan arsitektur vihara-vihara tersebut, pengunjung juga dapat belajar tentang sejarah dan budaya agama Buddha di Thailand dan hubungannya dengan Indonesia.