Kisah Megawati Soekarnoputri Nyaris jadi Korban dalam Peristiwa Pengboman Cikini

Afif Khoirul M

Penulis

Sosok Megawati Soekarnoputri selamat dari peristiwa pengeboman Cikini.

Intisari-online.com -Pada tanggal 30 November 1957, Presiden Soekarno menghadiri perayaan ulang tahun Sekolah Perguruan Cikini (Percik) di Jakarta.

Di sekolah itu, dua anaknya, Guntur dan Megawati, bersekolah di kelas 5 SD.

Kehadiran Soekarno bukan hanya sebagai orang tua murid, tetapi juga sebagai tamu kehormatan yang diundang oleh kepala sekolah.

Namun, suasana meriah berubah menjadi mencekam ketika enam buah granat dilemparkan ke arah Soekarno oleh sekelompok orang yang diduga anggota pemberontak Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Lima granat meledak dan menimbulkan korban jiwa dan luka-luka.

Menurut sumber-sumber berbeda, ada sekitar 10 hingga 20 orang yang tewas dan ratusan orang yang terluka akibat ledakan granat itu.

Salah satu yang selamat dari peristiwa itu adalah Megawati Soekarnoputri, yang saat itu berada di dalam sekolah.

Pada saat itu Megawati menjaga pameran, sementara Guntur menjaga wahana permainan.

Dalam sebuah kesempatan, Megawati menceritakan kisahnya saat mengalami tragedi tersebut.

Ia mengatakan bahwa ia sedang bermain dengan teman-temannya di ruang kelas ketika mendengar suara ledakan.

Namun ia tidak menyadari bahwa itu adalah granat yang meledak.

Baca Juga: Dulu di Cikini Ada Kebon Binatang. Tak Percaya? Gado-gado Bon Bin Salah Satu Buktinya

"Saat itu ada acara ulang tahun sekolah. Saya sedang bermain dengan teman-teman saya di ruang kelas. Tiba-tiba saya dengar suara ledakan. Saya pikir itu petasan. Saya tidak tahu kalau itu granat," kata Megawati dalam sebuah wawancara.

Megawati kemudian melihat ayahnya keluar dari gedung sekolah dengan wajah pucat dan baju berlumuran darah.

Ia mengira ayahnya terluka parah, tetapi ternyata darah itu berasal dari korban lain yang terkena ledakan granat.

Soekarno kemudian memeluk Megawati dan Guntur dan membawa mereka ke mobilnya untuk meninggalkan lokasi kejadian.

"Saya lihat ayah saya keluar dari gedung sekolah dengan wajah pucat dan baju berdarah. Saya kira ayah saya terluka parah," katanya.

"Ternyata darah itu bukan darah ayah saya, tetapi darah orang lain yang terkena ledakan granat. Ayah saya memeluk saya dan kakak saya dan membawa kami ke mobilnya," ujar Megawati.

Megawati mengaku sangat sedih melihat banyak teman-temannya yang menjadi korban ledakan granat itu.

Ia mengatakan bahwa ratusan korban itu kebanyakan adalah murid Percik, termasuk yang meninggal dunia dan luka-luka.

Ada juga yang cacat seumur hidup akibat insiden tersebut.

"Saya sangat sedih melihat banyak teman-teman saya yang menjadi korban ledakan granat itu. Mereka kebanyakan adalah murid Percik, termasuk yang meninggal dunia dan luka-luka. Ada juga yang cacat seumur hidup," ungkap Megawati.

Peristiwa granat Cikini adalah salah satu dari beberapa upaya pembunuhan yang ditujukan kepada Soekarno selama masa kepemimpinannya.

Baca Juga: Alasan Hakim Tolak Vonis Mati Irjen Teddy Minahasa, di Balik Peristiwa Hukuman Vonis Seumur Hidup

Motif di balik aksi teror itu diduga berasal dari ketidakpuasan sebagian pihak terhadap kondisi politik saat itu.

Artikel Terkait