Tragis Betul Nasib 2 Panglima Perang Mataram Islam, Kepala Dipenggal Karena Serangan Ke Batavia Gagal

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Dua panglima perang Mataram Islam yang memimpin penyerbuan pertama ke VOC di Batavia dipenggal kepalanya karena gagal.

Dua panglima perang Mataram Islam yang memimpin penyerbuan pertama ke VOC di Batavia dipenggal kepalanya karena gagal.

Intisari-Online.com -Malang betul nasib Tumenggung Bahureksa danPangeran Mandurareja.

Gara-gara gagal memimpin ekspedisi dalam penyerbuan ke benteng VOC di Batavia, keduanya harus menyerahkan kepala keduanya kepada penguasa Mataram Islam terbesar, Sultan Agung.

Bagaimanapun juga, Sultan Agung memang sangat berambisi menguasai Batavia, karena itu jalan terbaik untuk menaklukkan Banten di ujung barat Jawa.

Pada 1621, Mataram Islam sejatinya mulai menjalin hubungan dengan VOC di Batavia.

Keduanya bahkan saling mengirim utusan dan duta besar.

Titik permusuhan berawal ketika VOC menolak membantu Mataram menyerang Surabaya.

Mataram pun giliran menyerang VOC di Batavia yang dimulai pada 22 Agustus 1628.

Ketika itu Mataram mengirimkan sekitar59 perahu yang membawa 900 prajurit di bawah Tumenggung Bahureksa dari Kendal dan tanggal 3 Desember 1628 dengan berangkatnya tentara Mataram.

Armada Bahureksa membawa 150 ekor sapi, 5.900 karung gula, 26.600 buah kelapa dan 12.000 karung beras.

Pihak Mataram menyampaikan hal ini sebagai alasan keinginan Mataram berdagang dengan Batavia.

Tapi VOC curiga.

Hari berikutnya, mereka menyetujui sapi diturunkan, dengan syarat kapal Mataram hanya menepi satu demi satu.

100 prajurit bersenjata dari garnisun Kasteel (benteng) keluar untuk menjaga-jaga.

Hari ketiga, tujuh lagi kapal Mataram muncul, dengan alasan ingin minta surat jalan dari pihak Belanda agar dapat berlayar ke Melaka, saat itu di bawah kekuasaan VOC.

Belanda memperkuat penjagaan di dua benteng kecil utara dan menyiapkan artilerinya.

Sore hari itu, duapuluhan kapal Mataram menurunkan pasukannya di depan Kasteel.

Belanda terkejut dan buru-buru masuk benteng kecil. Sejumlah kapal Mataram lain mendaratkan prajuritnya. Pasukan Mataram kemudian dihujani tembakan dari Kasteel.

Tanggal 25 Agustus, 27 kapal Mataram lagi masuk teluk, tetapi berlabuh agak jauh dari Kasteel.

Di sebelah selatan Batavia, serdadu Mataram mulai tiba, dengan panji perang berkibar. Mataram telah menyatakan dengan jelas keinginannya menyerang Belanda.

Esok harinya, terhitung 1.000 prajurit Mataram memasang kuda-kuda di depan Batavia. Tanggal 27 Agustus, mereka menyerang benteng kecil "Hollandia" di sebelah tenggara kota.

Sekompi berkekuatan 120 prajurit di bawah pimpinan Letnan Jacob van der Plaetten berhasil menghalang mereka, setelah pertempuran yang dahsyat.

Sementara beberapa kapal Belanda datang dari Banten dan Pulau Onrust dan mendaratkan 200 prajurit.

Kini Kasteel dipertahankan oleh 530 prajurit.

Pasukan kedua tiba bulan Oktober dipimpin Pangeran Mandurareja yang merupakan cucu dari Ki Juru Martani.

Total semuanya adalah 10.000 prajurit. Perang besar terjadi di Benteng Holandia.

Pasukan Mataram mengalami kehancuran karena kurang perbekalan.

Menanggapi kekalahan ini Sultan Agung bertindak tegas, pada bulan Desember 1628 ia mengirim algojo untuk menghukum mati Tumenggung Bahureksa dan Pangeran Mandurareja.

Pihak VOC menemukan 744 mayat orang Jawa berserakan dan sebagian tanpa kepala.

Seolah tak mau mati penasaran, Sultan Agung kemudian mengirim serangan kedua.

Pasukan pertama dipimpin Adipati Ukur berangkat pada bulan Mei 1629, sedangkan pasukan kedua dipimpin Adipati Juminah berangkat bulan Juni.

Total semua 14.000 orang prajurit.

Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras tersembunyi di Karawang dan Cirebon.

Namun pihak VOC yang menggunakan mata-mata berhasil menemukan dan memusnahkan semuanya.

Hal ini menyebabkan pasukan Mataram kurang perbekalan, ditambah wabah penyakit malaria dan kolera yang melanda mereka, sehingga kekuatan pasukan Mataram tersebut sangat lemah ketika mencapai Batavia.

Walaupun kembali mengalami kekalahan, serangan kedua Sultan Agung ini berhasil membendung dan mengotori Sungai Ciliwung, yang mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera melanda Batavia.

Gubernur jenderal VOC yaitu J.P. Coen meninggal menjadi korban wabah tersebut.

Artikel Terkait