Tak Seperti Tradisi Di Jawa Pada Umumnya, Di Lamongan Justru Wanita Yang Lamar Pria

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Dalam hal pernikahan, Lamongan punya tradisi unik. Di sini, wanita yang melamar pria, bukan sebaliknya.

Dalam hal pernikahan, Lamongan punya tradisi unik. Di sini, wanita yang melamar pria, bukan sebaliknya.

Intisari-Online.com -Kabupaten Lamongan punya tradisi perihal pernikahan yang unik.

Berbeda dari beberapa tempat lain di Jawa, di Lamongan, justru wanita yang melamar pria, bukan sebaliknya.

Dalam istilah lokal, tradisi itu disebutganjuran.

Konon katanya, tradisi ini sudah ada sejak zaman Raden Panji Puspokusumo, penguasa Lamongan pada 1640-166512.

Raden Panji sendiri disebut merupakan keturunan ke-14 Prabu Hayam Wuruk, raja Majapahit.

Panji Puspokusumo punya dua putra tampan,Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris.

Mereka berdua ternyata punya hobi yang sama, menyabung ayam.

Pada suatu ketika, mereka mengikutisabung ayam di daerah Wirosobo, sekarang dikenal sebagai Kertosono, Kabupaten Nganjuk.

Ketampanan Panji Laras dan Panji Liris ternyata membius dua putri kembar raja Wirosobo, yakni Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi.

Mereka langsung jatuh cinta kepada dua pemuda asal Lamongan tersebut.

Karena desakan dua putri itu, sang ayah, Raja Wirosobo akhirnyamelamar Panji Laras dan Panji Liris.

Walaupun itu melanggar norma yang biasanya terjadi ketika itu: pria yang melawar wanita.

TernyataPanji Puspokusumo tak serta merta menerima lamaran tersebut.

Dia terlebih dahulu bertanya kepada kedua putranya, yang ternyata menolak dan masih ingin membujang.

Panji Puspokusumo lalu memberi syarat yang berat dan dianggap susah dipenuhi supaya lamaran gagal.

Dia meminta supaya Andanwangi dan Andasari membawa sendiri dua gentong dan dua kipas batu dari Wirosobo.

Dengan melewati Kali Lamong, syarat itu pun dipenuhi keduanya.

Tapi sebelum menyeberang ke Kali Lamongan, Panji Laras dan Panji Liris ternyata sempat curi-curi kesempatan melihat kecantikan calon istri mereka itu.

Tapi setelah menyeberang ke tengah kain dari Andanwangi dan Andansari tersingkap dan terlihat bulu di kakinya sehingga Panji Laras dan Liris tidak jadi menerima malah justru melarikan diri dengan menunggangi kuda.

Setelah melihat hal itu, Panji Laras dan Panji Liris lari sehingga Andanwangi dan Andansari merasa kecewa dan melaporkan ke ayahnya dan terjadilah peperangan tersebut.

Sejak saat itulah tradisi perempuan melamar laki-laki mulai diberlakukan.

Budaya itu kemudian dilestarikan sebagai budaya leluhur yang masih terjaga hingga kini.

Artikel Terkait