Penulis
Intisari-Online.com -Tradisi Syawalan adalah perayaan yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia pada hari-hari setelah Idul Fitri.
Meski dirayakan secara berbeda di beberapa daerah, tradisi ini umumnya berupa silaturahmi, saling memaafkan, dan berbagi makanan khas.
Terkait makanan khas,ada beberapa tradisi Syawalan di Pekalongan, Jawa Tengah yang unik terkait dengan makanan.
Salah satunya adalah lopis raksasa? Apa itu lopis? Apa kaitannya dengan Syawalan? Mari kita simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Festival Lopis Raksasa
Salah satu tradisi Syawalan yang paling terkenal di Pekalongan adalah Festival Lopis Raksasa.
Lopis adalah makanan yang terbuat dari beras ketan yang dibungkus daun pisang dan disajikan dengan parutan kelapa dan gula merah.
Festival ini diadakan oleh warga Kelurahan Krapyak pada tanggal 8 Syawal atau seminggu setelah Lebaran.
Pada festival ini, warga Krapyak membuat lopis dengan ukuran yang sangat besar, yaitu tinggi 2 meter, diameter 1,5 meter, dan berat mencapai 225 kg.
Proses pembuatan lopis raksasa ini membutuhkan waktu 4-5 hari dengan menggunakan dandang besar dan katrol.
Baca Juga: Ketupat Jembut, Tradisi Syawalan Ala Semarang yang Namanya Terinspirasi Ini
Setelah matang, lopis raksasa ini dipotong oleh Wali Kota Pekalongan dan dibagikan secara gratis kepada warga yang hadir.
Festival Lopis Raksasa ini memiliki filosofi merekatkan persatuan dan kesatuan, serta saling menghormati perbedaan yang ada
Festival ini juga menarik perhatian banyak orang, termasuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang pernah hadir untuk memotong lopis raksasa pada tahun 2019.
Kirab Gunungan Megono dan Hasil Bumi
Tradisi Syawalan lainnya yang ada di Pekalongan adalah Kirab Gunungan Megono dan Hasil Bumi.
Gunungan megono adalah tumpukan sayuran berbentuk kerucut yang terdiri dari megono (sayur nangka muda), kacang panjang, terong, cabai, bawang merah, bawang putih, dan lain-lain.
Hasil bumi adalah berbagai macam buah-buahan seperti pisang, pepaya, jeruk, mangga, dan lain-lain.
Kirab ini diadakan oleh warga Obyek Wisata Linggo Asri pada hari ke-10 Syawal atau 10 hari setelah Lebaran.
Kirab ini melibatkan 19 kecamatan di wilayah Kabupaten Pekalongan yang masing-masing membawa gunungan megono dan hasil bumi.
Kirab ini dimulai dari Masjid Agung Baiturrahman menuju Obyek Wisata Linggo Asri dengan diiringi musik rebana dan hadroh.
Setelah sampai di tujuan, gunungan megono dan hasil bumi ini akan diserahkan kepada Bupati Pekalongan sebagai simbol ucapan syukur atas nikmat Allah SWT.
Baca Juga: Apa Itu Syawalan? Makna dan Tradisi di Berbagai Wilayah di Indonesia
Kemudian, gunungan megono dan hasil bumi ini akan dibagikan kepada warga yang hadir sebagai bentuk berbagi rezeki.
Tradisi Syawalan Lainnya
Selain Festival Lopis Raksasa dan Kirab Gunungan Megono dan Hasil Bumi, ada juga tradisi Syawalan lainnya yang ada di Pekalongan. Beberapa di antaranya adalah:
- Balon Udara: Warga Pekalongan membuat balon udara dari kertas minyak yang diterbangkan pada malam hari sebagai hiburan.
- Gunungan Gebral: Warga Desa Pekajangan membuat gunungan dari beras ketan putih dan gula merah yang dibawa dalam prosesi kirab dan dibagikan kepada warga yang berebut untuk mendapatkannya sebagai simbol berkah.
- Getuk Lindri: Warga Desa Ambokembang membuat getuk lindri panjang ratusan meter dari singkong yang dihias dengan berbagai warna dan dibagikan kepada warga sebagai makanan khas Syawalan.
Itulah beberapa tradisi Syawalan di Pekalongan yang menunjukkan kekayaan budaya dan kebersamaan masyarakatnya.
Baca Juga: Lebaran Ketupat, Tradisi Syawalan Masyarakat Jawa Timur, Ini Tanggalnya