Find Us On Social Media :

Menguak Tradisi Manene, Tradisi Adat Toraja Untuk Merawat Jenazah Leluhurnya, Seperti Apa Prosesnya?

By Afif Khoirul M, Selasa, 25 April 2023 | 19:40 WIB

Ilustrasi - Tradisi Manene yang berasal dari masyarakat Toraja.

Intisari-online.com - Indonesia adalah negeri yang kaya akan kebudayaan dan tradisi.

Salah satu tradisi yang unik dan menarik untuk diketahui adalah tradisi manene yang dilakukan oleh masyarakat Toraja Utara.

Tradisi ini merupakan ritual mengganti pakaian jenazah leluhur yang sudah berusia puluhan bahkan ratusan tahun.

Nah, kali ini Intisari Online akan membahas mengenai tradisi manene oleh masyarakat Toraja.

Makna dan Tujuan Tradisi Manene

Tradisi manene berasal dari kata “nene” yang berarti “nenek moyang”.

Tradisi ini dipahami sebagai cara memperhatikan, menghormati, dan merawat leluhur yang sudah meninggal.

Masyarakat Toraja percaya bahwa arwah leluhur masih hidup di alam lain dan masih memiliki hubungan dengan keluarga yang masih hidup.

Jika masyarakat mengabaikan arwah leluhur, maka arwah leluhur pun akan mengabaikan keluarganya.

Sebaliknya, jika masyarakat menghormati arwah leluhur, maka arwah leluhur akan memberikan berkah dan perlindungan bagi keluarganya.

Tradisi manene juga merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap jasa-jasa leluhur yang telah membangun adat dan budaya Toraja.

Baca Juga: Inilah Pasola Festival Adu Tombak Tradisi Unik Suku Sumba

Dengan mengganti pakaian jenazah, masyarakat Toraja ingin menunjukkan bahwa mereka masih mengingat dan mencintai leluhur mereka.

Tradisi ini juga merupakan cara untuk menjaga kebersihan dan kerapian jenazah, serta untuk memperbarui ikatan antara keluarga yang masih hidup dengan leluhur yang sudah meninggal.

Proses dan Syarat Tradisi Manene

Tradisi manene biasanya dilakukan setiap tiga tahun sekali pada bulan Agustus.

Masyarakat Toraja akan membuka peti jenazah dari patane, yaitu kuburan berbentuk rumah yang terletak di Lembang Paton, Sariale, Toraja Utara.

Jenazah yang dikeluarkan bukan hanya dari satu atau dua generasi sebelumnya, tetapi bisa sampai sepuluh generasi atau lebih.

Jenazah-jenazah ini sudah dikuburkan dengan menggunakan balsem alami dari tanaman obat sehingga tidak membusuk atau berbau.

Untuk melakukan tradisi manene, keluarga leluhur harus memenuhi beberapa syarat.

Salah satunya adalah mengorbankan binatang minimal seekor, biasanya babi atau kerbau.

Hewan yang dikorbankan ini merupakan simbol penghormatan dan penghargaan kepada leluhur, sekaligus sebagai sarana komunikasi dengan arwah mereka.

Masyarakat Toraja juga percaya bahwa semakin banyak hewan yang dikorbankan, semakin tinggi tingkat kehidupan abadi leluhurnya.

Baca Juga: Inilah Pasola Festival Adu Tombak Tradisi Unik Suku Sumba

Tradisi manene diawali dengan berkumpulnya seluruh anggota keluarga di patane.

Kemudian, seorang tetua desa atau ne’tomina akan melafalkan doa dalam bahasa Toraja kuno untuk meminta izin kepada arwah leluhur untuk membuka peti jenazah.

Setelah itu, jenazah boleh dikeluarkan dari peti dan dibersihkan dari debu atau kotoran. Jenazah kemudian dipakaikan pakaian baru yang layak dan rapi.

Pakaian yang digunakan untuk mengganti jenazah biasanya disesuaikan dengan jenis kelamin, status sosial, dan keinginan keluarga.

Pakaian yang baru ini juga harus dibeli dengan uang sendiri, tidak boleh pinjam atau warisan.

Setelah dipakaikan pakaian baru, jenazah akan diberi perhiasan, topi, kacamata, atau aksesori lainnya sesuai dengan selera keluarga.

Jenazah kemudian akan duduk di kursi atau berdiri di depan patane sambil dielus-elus dan diajak berbicara oleh keluarga.

Keluarga juga akan mengambil foto bersama jenazah sebagai kenang-kenangan.

Setelah selesai mengganti pakaian jenazah, keluarga akan mengembalikan jenazah ke dalam peti dan menutupnya kembali.

Peti jenazah kemudian akan diletakkan di patane dengan posisi tertentu sesuai dengan adat.

Misalnya, peti jenazah orang tua harus diletakkan di atas peti jenazah anaknya, dan peti jenazah suami harus diletakkan di sebelah kanan peti jenazah istrinya.

Tradisi manene berakhir dengan menyembelih hewan kurban dan membagikan dagingnya kepada keluarga dan tetangga sebagai tanda terima kasih.