Penulis
Intisari-online.com - Yoshiko Kawashima adalah salah satu tokoh yang kontroversial dalam sejarah Tiongkok dan Jepang.
Dia lahir sebagai putri dari Dinasti Qing, dinasti terakhir yang memerintah Tiongkok, tetapi dibesarkan di Jepang oleh keluarga angkatnya.
Dia kemudian menjadi mata-mata untuk Jepang dan Manchukuo, negara boneka yang didirikan oleh Jepang di wilayah timur laut Tiongkok.
Yoshiko Kawashima lahir dengan nama Aisin Gioro Xianyu pada tahun 1907 di Beijing.
Ayahnya adalah Pangeran Shanqi, seorang pangeran Manchu yang merupakan cucu dari Kaisar Daoguang.
Ibunya adalah seorang selir dari etnis Han. Yoshiko adalah salah satu dari 38 anak yang lahir dari ayahnya.
Ketika Yoshiko berusia delapan tahun, dia diadopsi oleh Naniwa Kawashima, seorang teman ayahnya yang merupakan mantan perwira militer Jepang.
Naniwa membawa Yoshiko ke Jepang dan memberinya nama baru, Yoshiko Kawashima.
Dia juga mengajarkan Yoshiko tentang budaya dan bahasa Jepang, serta melatihnya menjadi seorang prajurit.
Yoshiko tumbuh menjadi seorang wanita yang cantik, cerdas, dan berani.
Dia juga memiliki minat yang besar terhadap politik dan militer.
Dia sering menyamar sebagai pria dan menggunakan nama samaran seperti Jin Bihui atau Matsui Sumako.
Dia juga memiliki banyak hubungan asmara dengan pria-pria penting dari Jepang dan Tiongkok.
Pada tahun 1931, Jepang menginvasi Manchuria, wilayah timur laut Tiongkok yang kaya akan sumber daya alam.
Yoshiko Kawashima bekerja sebagai mata-mata untuk Tentara Kwantung Jepang, unit militer elit yang bertanggung jawab atas operasi di Manchuria.
Dia membantu Jepang dalam menghasut pemberontakan anti-Tiongkok, merekrut kolaborator lokal, dan menyebarkan propaganda pro-Jepang.
Yoshiko Kawashima juga berperan dalam pembentukan Manchukuo pada tahun 1932.
Manchukuo adalah negara boneka yang dikendalikan oleh Jepang dan dipimpin oleh Puyi, kaisar terakhir dari Dinasti Qing yang merupakan sepupu jauh Yoshiko.
Yoshiko menjadi penasihat dekat Puyi dan mendapatkan gelar "Putri Der Ling".
Yoshiko Kawashima terlibat dalam banyak kegiatan spionase dan sabotase selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua (1937-1945).
Dia juga dikenal sebagai "Mata Hari Timur", merujuk pada mata-mata terkenal asal Belanda yang bekerja untuk Jerman selama Perang Dunia I.
Yoshiko Kawashima memiliki banyak musuh dan pengkhianat di kedua belah pihak.
Baca Juga: Berkat Mata-mata Nan Cerdik, Sultan Agung Akhirnya Taklukkan Tuban
Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, Yoshiko Kawashima ditangkap oleh pasukan Komunis Tiongkok di Beijing pada tahun 1946.
Dia diadili sebagai pengkhianat dan dihukum mati oleh tembak.
Dia dieksekusi pada tanggal 25 Maret 1948 di usia 40 tahun.
Yoshiko Kawashima adalah salah satu tokoh yang paling misterius dan menarik dalam sejarah Asia modern.
Dia adalah putri dari dinasti yang runtuh, mata-mata dari negara penjajah, dan korban dari perang antara dua bangsa.
Dia juga adalah seorang wanita yang berani, mandiri, dan berbakat, yang mencoba mencari jati dirinya di tengah-tengah konflik dan kekacauan.
*Artikel ini dibuat dengan bantuan Ai