Perang Mataram Vs VOC, Kisah Sultan Agung yang Hampir Mengalahkan Jan Pieterszoon Coen dengan Bantuan Penyakit

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Sultan Agung dan Jan Pieterszoon Coen

Intisari-online.com - Perang antara Kesultanan Mataram dan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.

Perang ini terjadi pada abad ke-17, ketika Sultan Agung, raja Mataram yang berkuasa dari tahun 1613 hingga 1645, berusaha untuk menguasai seluruh Pulau Jawa dan mengusir VOC yang mendominasi perdagangan rempah-rempah.

Salah satu target utama Sultan Agung adalah Batavia, kota benteng VOC yang didirikan oleh Jan Pieterszoon Coen, gubernur jenderal VOC yang terkenal dengan kebijakan keras dan ekspansionisnya.

Sultan Agung melancarkan dua kali penyerangan besar-besaran terhadap Batavia, yaitu pada tahun 1628 dan 1629.

Penyerangan pertama pada tahun 1628 dianggap gagal karena pasukan Mataram tidak berhasil menembus pertahanan VOC yang kuat.

Pasukan Mataram juga mengalami banyak korban jiwa akibat kelaparan, penyakit, dan serangan musuh.

Sultan Agung kemudian mempersiapkan penyerangan kedua dengan lebih matang dan lebih banyak pasukan.

Penyerangan kedua pada tahun 1629 berlangsung lebih lama dan lebih sengit. Pasukan Mataram berhasil mengepung Batavia dan menghancurkan beberapa benteng VOC.

Namun, mereka juga menghadapi perlawanan sengit dari pasukan VOC yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen sendiri.

Selain itu, pasukan Mataram juga kembali menderita akibat penyakit seperti kolera, disentri, dan malaria.

Penyakit menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jalannya perang.

Baca Juga: Kisah Kapitan Pattimura, Panglima Perang Maluku yang Menyatukan Kerajaan Nusantara Melawan VOC

Tidak hanya pasukan Mataram yang terkena penyakit, tetapi juga pasukan VOC dan penduduk Batavia.

Bahkan, Jan Pieterszoon Coen sendiri meninggal dunia karena penyakit kolera pada tanggal 20 September 1629.

Kematian Coen menjadi pukulan besar bagi VOC dan membuat moral pasukan mereka menurun.

Namun, penyerangan Mataram juga tidak berlangsung lama. Sultan Agung akhirnya memerintahkan mundur pada bulan Oktober 1629 karena kehabisan persediaan makanan dan amunisi.

Selain itu, ia juga mendengar kabar bahwa Pajang, salah satu wilayah bawahan Mataram, memberontak melawan kekuasaannya.

Perang Mataram-VOC berakhir dengan tidak ada pihak yang benar-benar menang atau kalah. Sultan Agung gagal menguasai Batavia dan mengusir VOC dari Jawa.

Namun, ia juga berhasil melemahkan VOC dan membuat mereka kehilangan pemimpinnya.

Perang ini menunjukkan keberanian dan kegigihan Sultan Agung dalam melawan penjajah asing.

Meskipun perang berakhir dengan tidak ada pihak yang menang atau kalah, perang ini memiliki dampak yang besar bagi sejarah Indonesia.

Perang ini menandai puncak kejayaan Kesultanan Mataram sebagai kerajaan terbesar dan terkuat di Jawa.

Perang ini juga menunjukkan semangat nasionalisme dan anti-kolonialisme Sultan Agung yang menjadi inspirasi bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia di masa depan.

Baca Juga: Jenderal Sudirman Pemersatu Laskar Rakyat, Tak Heran Digelari Panglima Besar

Perang ini juga memiliki dampak bagi VOC. VOC mengalami kerugian besar akibat perang ini, baik dari segi finansial maupun politik.

VOC harus mengeluarkan banyak biaya untuk mempertahankan Batavia dan mengganti pasukan dan peralatan yang rusak atau hilang.

VOC juga kehilangan pengaruhnya di Jawa karena banyak kerajaan bawahan Mataram yang memutuskan hubungan dengan VOC dan beralih ke Mataram.

Perang ini juga menimbulkan perubahan dalam kepemimpinan VOC.

Setelah kematian Jan Pieterszoon Coen, VOC dipimpin oleh Jacques Specx, yang memiliki sikap lebih moderat dan diplomatis daripada Coen.

Specx berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan Mataram dan menghindari konflik lebih lanjut.

Ia juga berusaha untuk memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi di Batavia yang terpuruk akibat perang.

Perang Mataram-VOC adalah salah satu perang terbesar dan terpenting dalam sejarah Indonesia.

Perang ini menggambarkan keberanian dan kegigihan Sultan Agung dalam melawan penjajah asing.

Perang ini juga menggambarkan kekuatan dan kelemahan VOC sebagai perusahaan dagang yang berubah menjadi kekuatan kolonial.

Artikel Terkait