Find Us On Social Media :

Diperkirakan Selisih 1 Hari Ini Alasan Muhammadiyah Lebaran Idul Fitri Sehari Lebih Awal dari Pemerintah

By Afif Khoirul M, Senin, 17 April 2023 | 03:05 WIB

Ilustrasi - Hilal penentuan Idul Fitri 2023 atau 1444 H

 

Intisari-online.com - Siapa sangka lebaran tahun ini diperkirakan kembali tak akan serentak.

Lebaran Idul Fitri 1444 H/2023 M diperkirakan akan berbeda antara pemerintah dan Muhammadiyah.

Pemerintah akan menggelar sidang isbat pada Kamis 20 April 2023 untuk menentukan 1 Syawal 1444 H.

Hal inu berdasarkan hasil rukyatul hilal dari 123 titik pantau di seluruh Indonesia.

Jika hilal tidak terlihat, maka lebaran idul fitri akan jatuh pada Sabtu 22 April 2023.

Sementara itu, Muhammadiyah sudah menetapkan lebaran idul fitri pada Jumat 21 April 2023 berdasarkan metode hisab hakiki wujudul hilal.

Hal ini membuat lebarab tahun ini di Indonesia kembali tidak dilaksanakan dengan serentak.

Apa alasan Muhammadiyah lebaran idul fitri sehari lebih awal dari pemerintah?

Berikut penjelasannya:

1. Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal yang berdasarkan pada posisi geometris benda-benda langit seperti matahari, bumi, dan bulan.

Metode ini menitikberatkan pada perhitungan sistematis dan astronomis tanpa harus melihat langsung wujud hilal dengan mata atau alat.

Baca Juga: Cukup Bawa KTP dan KK Dapat Rp3 Juta, Ini BLT Yang Bisa Dicairkan Di Kantor Pos Sebelum Lebaran

2. Muhammadiyah mengikuti kalender hijriah global yang meyakini bahwa bulan Sya'ban itu hanya terjadi selama 29 hari.

Oleh karena itu, Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1444 Hj atuh pada Jumat 21 April 2023.

Karena pada hari itu posisi hilal sudah memenuhi kriteria hisab hakiki wujudul hilal.

3. Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal karena merujuk pada dalil Alquran Surat Ar-Rahman ayat 5 yang berbunyi "matahari dan bulan beredar menurut perhitungan".

Dari dalil ini, Muhammadiyah menyimpulkan bahwa kata ‘perhitungan’ di dalam Quran adalah perhitungan secara sistematis dan astronomi.

Demikian alasan Muhammadiyah lebaran idul fitri sehari lebih awal dari pemerintah.

Meskipun ada perbedaan, kita sebagai umat Islam harus saling menghormati dan menghargai.

Perbedaan ini bukan masalah pokok, tapi hanya masalah cabang atau furu'iyah yang tidak mengurangi esensi ibadah kita kepada Allah SWT.

Selain Muhammadiyah, ada juga organisasi Islam lain yang lebaran idul fitri sehari lebih awal dari pemerintah, yaitu Persatuan Islam (Persis).

Persis juga menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal dengan kriteria yang sama dengan Muhammadiyah.

Namun, Persis tidak mengikuti kalender hijriah global, melainkan menggunakan perhitungan sendiri berdasarkan posisi hilal di Indonesia.

Baca Juga: Termasuk PKH dan BLT BPNT Rp600 Ribu, Ini 6 Bansos Akan Cair Sebelum Lebaran Idul Fitri 2023

Sedangkan pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan gabungan antara metode hisab dan rukyat dengan mengacu pada kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) yang kemudian ditetapkan melalui sidang isbat.

Kriteria MABIMS adalah ketinggian hilal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.

Metode ini menitikberatkan pada pengamatan langsung wujud hilal dengan mata atau alat optik.

Pemerintah dan NU menggunakan metode hisab dan rukyat karena merujuk pada hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi

"Puasalah karena melihatnya (hilal) dan berbukalah karena melihatnya. Jika terhalang (tidak terlihat) maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban menjadi tiga puluh hari."

Dari hadis ini, pemerintah dan NU menyimpulkan bahwa penentuan awal Syawal harus didasarkan pada rukyatul hilal atau penglihatan langsung.

Semoga artikel ini bermanfaat!