Find Us On Social Media :

Jepang Sedang Tak Baik-baik Saja, Usai Mantan PM Ditembak Di Tempat Umum, Giliran PM Dilempar Bom Asap Saat Pidato

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 16 April 2023 | 10:17 WIB

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dilempar bom asap oleh orang tak dikenal saat berpidata. Beruntung tak ada yang terluka.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dilempar bom asap oleh orang tak dikenal saat berpidata. Beruntung tak ada yang terluka.

Intisari-Online.com - Dikenal sebagai negara yang tertib, Jepang kini sedang tak baik-baik saja.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida baru saja mengalami kejadian yang horor, Sabtu (15/4), seperti dilaporkan AFP.

Ketika sedang berpidato di Pelabuhan Wakayama, Fumio Kishida dilembar bom asap oleh seorang pemuda tak dikenal.

Ketika itu Fumio baru saja mengujungi kandidat partainya dalam pemilu daerah.

Sementara menurut laporan NHK, pelemparan bom asap itu terjadi sebelum Kishida berpidato.

Untungnya Kishida bisa berlindung dan tidak mengalami luka barang sedikit pun.

Dalam pelemparan bom asap itu juga disebut tak ada korban luka satu pun.

Meski begitu, pelemparan bom asap kepada PM adalah sinyal yang kurang baik baik Jepang.

Tak lama kemudian, pria yang diduga pelaku pelemparan bom asap segera ditangkap di lokasi.

Dan ini adalah bukan kejadian horor pertama yang menimpa orang penting di Negeri Sakura tersebut.

Sembilan bulan yang lalu, mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe tewas dibunuh di depan umum ketika berpidato dalam rangka pemilu.

Kejadian Shinzo Abe

Shinzo Abe mantan PM Jepang ditembak saat berpidato dalam kampanye di kota Nara pada 8 Juni 2022 lalu.

Shinzo Abe adalah PM Jepang terlama pascaperang, yang menjabat selama dua periode yaitu 2006-2007 dan 2012-2020.

Shinzo Abe (67) tewas dengan luka tembak di bagian leher dan dekat tulang selangka sebelah kiri.

Pelaku penembakan mantan PM Jepang ini adalah Tetsuya Yamagami (41) yang berlatar belakang mantan anggota AL Jepang dan berdinas pada 2002-2005.

Menurut keterangan polisi, seperti dilaporkan media lokal The Manichi, motif penembakan Shinzo Ade dilandasi rasa dendam.

Tetsuya, sang pelaku, diduga mempunyai dendam terhadap organisasi yang disebut terkait dengan mantan Perdana Menteri tersebut.

Polisi menduga organisasi yang dimaksud Tetsuya berkaitan dengan sebuah kelompok agama tertentu.

Kepada polisi, Tetsuya juga membantah melakukan penembakan karena menentang keyakinan politik Abe.

Masih menurut pengakuan Tetsuya, hidupnya dan hidup keluarganya menjadi sengsara sejak bergabung dengan organisasi di mana Shinzo Ade terlibat di dalamnya.

Itulah yang menyebabkan dia melakukan balas dendam.

Berdasarkan hasil penggeledahan yang telah dilakukan di kediaman Tetsuya, polisi menemukan sejumlah barang-barang yang diyakini bahan peledak dan senjata rakitan.

Kronologi penembakan Shinzo Abe

Ketika itu Abe sedang berada di Nara untuk menyampaikan pidato kampanye menjelang pemilihan majelis tinggi yang diadakan tanggal 10 Juli 2022.

Penyiar publik NHK melaporkan ketika Abe menyampaikan pidato, terdengar suara tembakan yang mengakibatkan pria berusia 67 tahun itu tumbang ke tanah.

Tak lama, darah tampak keluar dari dada Abe.

Seorang reporter NHK di tempat kejadian mendengar dua tembakan berturut-turut saat Abe berpidato.

Tembakan pertama tampaknya meleset tidak mengenai Shinzo Abe.

Namun, setelah tembakan kedua, Abe jatuh ke tanah dan tidak sadarkan diri.

Abe langsung dilarikan ke rumah sakit karena mengalami pendarahan.

Setelah terdengar suara tembakan kedua, seorang pria dibekuk oleh beberapa pria berjas.

Pria tersebut berlokasi tidak jauh di belakang Abe. Dikutip dari Kompas.com, Jumat (8/7/2022), polisi kemudian menangkap pria yang dicurigai melakukan perobaan pembunuhan dan mengambil senjata.

Menurut keterangan polisi, Abe ditembak menggunakan senjata berjenis shotgun dari belakang.

Menurut Departemen Pemadam Kebakaran, Shinzo Abe ditembak di punggung.

Ia mengalami luka dan pendarahan di sisi kanan lehernya, serta pendarahan subkutan di dada kirinya.

Keadaannya sempat mengalami henti jantung.

Istilah henti jantung sering digunakan di Jepang untuk menunjukkan tidak ada tanda-tanda vital, dan umumnya mendahului sertifikasi formal kematian oleh koroner.