Penulis
Selain kebesaran dalam memimpin Mataram Islam, Sultan Agung juga dikenal dengan mitos-mitos yang melingkupinya.
Intisari-Online.com -Selain dikenal karena kebesarannya, Sultan Agung juga dikenal dengan beberapa mitos yang melingkupinya.
Salah satunya yang paling tersohor adalah kebiasaan sujud di Makkah setiap Jumat.
Banyak yang mempercayai mitos tersebut, meski begitu tetap saja itu susah dibuktikan dengan bukti sejarah.
Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah sultan ketiga dari Kesultanan Mataram yang memerintah dari tahun 1613 hingga 1645.
Raja bernama Raden Mas Jatmika itu dikenal sebagai penguasa yang tangkas,cerdas, taat agama, dan berjiwa pejuang.
Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan besar dan kuat di Nusantara.
Salah satu kisah yang paling terkenal tentang Sultan Agung adalah tentang karomah atau keistimewaannya yang bisa pergi sujud ke Makkah setiap hari Jumat.
Makkah adalah kota suci bagi umat Islam di dunia, tempat berdirinya Ka'bah yang menjadi arah kiblat shalat dan tujuan utama ibadah haji.
Bagi Sultan Agung, Makkah adalah tempat yang sangat ia rindukan dan ia ingin mengunjunginya untuk menunaikan ibadah haji.
Namun, pada masa itu, perjalanan ke Makkah tidaklah mudah dan murah.
Sultan Agung harus mengeluarkan biaya yang besar dan menghadapi berbagai risiko seperti penyakit, perampokan, atau bahkan kematian.
Oleh karena itu, Sultan Agung melakukan tirakat atau latihan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dia seringberpuasa, berdzikir, bershalawat, dan bertafakur di tempat-tempat sepi seperti pegunungan atau hutan.
Dari tirakat ini, Sultan Agung disebut mendapatkan karamah dari Allah SWT yang memungkinkannya sujud ke Makkah setiap hari Jumat tanpa harus berpergian jauh.
Kisah ini didasarkan pada penemuan sebuah batu besar berbentuk tapal kuda di makamnya di Imogiri.
Batu ini diyakini sebagai bekas sujud Sultan Agung ke arah Makkah.
Batu ini juga disebut sebagai batu karomah atau batu sujud Sultan Agung.
Batu ini menjadi saksi bisu dari kesaktian dan ketaqwaan Sultan Agung sebagai seorang pemimpin umat Islam di Nusantara.
Batu ini juga menjadi bukti dari kecintaan dan kerinduan Sultan Agung terhadap tanah suci Makkah.
Batu ini juga menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk meneladani akhlak dan semangat Sultan Agung dalam beribadah dan berjuang.
Selain batu sujud, Sultan Agung juga meninggalkan beberapa peninggalan lain yang menunjukkan karomah beliau.
Salah satunya adalah sebuah keris pusaka yang bernama Kyai Ageng Pleret.
Keris ini adalah senjata andalan Sultan Agung dalam berperang melawan musuh-musuhnya, terutama VOC atau Kompeni Belanda.
Keris Kyai Ageng Pleret diyakini memiliki kekuatan magis yang luar biasa.
Konon, keris ini bisa bergerak sendiri dan menembus baju besi musuh.
Keris ini juga bisa memancarkan cahaya dan suara yang menakutkan musuh.
Keris ini juga bisa melindungi pemiliknya dari segala macam bahaya.
Keris Kyai Ageng Pleret kini disimpan di Museum Keraton Yogyakarta sebagai salah satu benda pusaka yang sangat berharga.
Keris ini menjadi simbol dari keberanian dan kebesaran Sultan Agung sebagai seorang raja dan pejuang.
Keris ini juga menjadi saksi dari sejarah perjuangan Mataram melawan penjajah.