Find Us On Social Media :

Memegang Mangkuk dari Tengkorak Berisi Darah, Siapa Sebenarnya Sosok di Balik Arca Bhairawa?

By Ade S, Rabu, 5 April 2023 | 07:56 WIB

Arca Bhairawa di Candi Prambanan

Intisari-Online.com - Arca Bhairawa adalah salah satu peninggalan bersejarah yang terdapat di Candi Prambanan, Yogyakarta.

Arca ini menggambarkan sosok yang menyeramkan dengan wajah muram, gigi taring, dan mata merah. Di tangannya, ia memegang mangkuk dari tengkorak berisi darah.

Siapa sebenarnya sosok di balik arca Bhairawa ini?

Artikel ini akan mengungkap asal-usul, makna, dan kaitan arca Bhairawa dengan Raja Adityawarman dan agama Tantrayana.

Arca Bhairawa dan Raja Adityawarman

Salah satu penguasa Kerajaan Malayapura yang berpusat di Pagaruyung, Sumatra Barat adalah Raja Adityawarman. Arca Bhairawa diyakini sebagai representasi dari sosoknya.

Ia adalah raja berdarah Jawa dan Melayu yang lahir dari perkawinan antara seorang pejabat penting Kerajaan Singasari dengan putri Kerajaan Dharmasraya.

Selain itu, ia juga pernah mengabdi di Kerajaan Majapahit sebagai menteri besar dan membangun candi Buddha di Jawa Timur.

Pada tahun 1347 hingga 1375 Masehi, ia memerintah Malayapura dan mengeluarkan sekitar 20 prasasti yang berisi tentang pemujaan terhadap dirinya dan kegiatan-kegiatan pembangunan yang ia lakukan.

Di dekat arca Bhairawa, ditemukan Prasasti Amoghapasa yang paling terkenal.

Baca Juga: 7 Bukti Peninggalan Kerajaan Kutai yang Luar Biasa Menakjubkan

Prasasti ini berisi tentang pengukuhan Adityawarman sebagai raja Malayapura dengan gelar Maharajadiraja Srīmat Srī Udayādityawarma Pratāpaparākrama Rājendra Maulimāli Warmadewa.

Arca Bhairawa dan Agama Tantrayana

Arca Bhairawa juga memiliki kaitan dengan agama Tantrayana, yaitu suatu aliran sinkretisme Hindu Siwa dan Buddha yang berkembang di Nusantara pada abad ke-13 hingga ke-15.

Tantrayana mengajarkan tentang pencapaian kesempurnaan spiritual melalui praktik-praktik mistis dan magis yang melibatkan mantra, mudra, mandala, yoga, dan ritual-ritual khusus.

Salah satu ritual khusus yang dilakukan oleh penganut Tantrayana adalah ritual darah atau kapalikacara.

Ritual ini melibatkan pengorbanan darah manusia atau hewan yang dituangkan ke dalam mangkuk dari tengkorak dan diminum oleh para peserta ritual.

Ritual ini bertujuan untuk memperoleh kekuatan supranatural dan keselamatan dari dewa-dewa.

Bhairava adalah salah satu dewa yang dipuja dalam ritual darah. Bhairava adalah salah satu manifestasi dari Dewa Siwa, dewa utama dalam agama Hindu.

Menurut mitologi Hindu, Bhairava lahir dari kemarahan Siwa saat istrinya, Dewi Sati, membakar dirinya sendiri sebagai protes terhadap ayahnya yang tidak menghormati suaminya.

Siwa kemudian memenggal kepala ayah Sati dan mengembara dengan membawa kepala tersebut.

Dalam perjalanan, ia bertemu dengan Brahma, dewa pencipta, yang mencoba menenangkan Siwa.

Baca Juga: Peninggalan Kerajaan Singasari yang Berupa Prasasti, Arca, dan Candi

Namun, Siwa malah memenggal kepala Brahma dan melemparkannya ke udara. Kepala Brahma kemudian berubah menjadi mangkuk dari tengkorak yang selalu dipegang oleh Bhairava.

Dengan demikian, arca Bhairawa menunjukkan bahwa Adityawarman adalah seorang penganut agama Tantrayana yang mengidentifikasikan dirinya dengan Bhairava, dewa yang memiliki kekuatan dan keberanian dalam melawan kejahatan dan ketidakadilan.

Kesimpulan

Arca Bhairawa adalah arca yang menggambarkan sosok Adityawarman, raja Kerajaan Malayapura yang berpusat di Pagaruyung.

Arca ini memiliki kaitan dengan agama Tantrayana, aliran sinkretisme Hindu Siwa dan Buddha yang mengajarkan praktik-praktik mistis dan magis.

Arca ini juga menunjukkan bahwa Adityawarman menghormati Bhairava, salah satu manifestasi dari Dewa Siwa yang lahir dari kemarahan dan memegang mangkuk dari tengkorak berisi darah. 

Baca Juga: Inilah Peninggalan Sejarah Kerajaan Tarumanegara yang Tersebar di Tanah Sunda