Pengacara pribadi Trump, Michael Cohen, mengaku bersalah atas pelanggaran kampanye terkait dengan pembayaran itu dan menjalani hukuman penjara.
Skandal ini menimbulkan pertanyaan tentang integritas dan moralitas Trump sebagai pemimpin negara.
Skandal ini juga dapat merusak peluangnya untuk kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada 2024.
Menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos, sekitar 44% dari anggota Partai Republik mengatakan Trump harus keluar dari pencalonan jika didakwa.
Meski demikian, Trump bukanlah presiden AS pertama yang terlibat dalam skandal seksual.
Sebelumnya, ada Bill Clinton yang diimpeachment karena berbohong tentang hubungannya dengan magang Gedung Putih Monica Lewinsky pada 1998.
Ada juga John F. Kennedy yang dikabarkan memiliki banyak selingkuhan termasuk aktris Marilyn Monroe.
Ada juga Franklin D. Roosevelt yang berselingkuh dengan sekretarisnya Lucy Mercer.
Skandal seksual presiden AS bukanlah hal baru.
Bahkan sejak berdirinya negara ini, ada skandal yang melibatkan presiden pertama George Washington yang dituduh memiliki anak haram dengan budaknya.
Ada juga skandal Petticoat yang melibatkan anggota kabinet Presiden Andrew Jackson dan istri mereka pada 1830-an.
Ada juga James Buchanan yang diduga homoseksual dan Abraham Lincoln yang diduga biseksual.
Skandal seksual presiden AS menunjukkan bahwa mereka adalah manusia biasa yang memiliki kelemahan dan kesalahan.
Namun, skandal ini juga dapat mempengaruhi reputasi dan kredibilitas mereka sebagai pemimpin negara.
Skandal ini juga dapat memicu krisis politik dan hukum yang dapat mengganggu stabilitas dan kemajuan negara.