Find Us On Social Media :

Fakta Mengejutkan di Balik Tradisi Gigi Runcing Suku Mentawai: Apa yang Terjadi Jika Anda Mencobanya?

By Ade S, Senin, 27 Maret 2023 | 09:37 WIB

Fakta mengejutkan tentang tradisi gigi runcing suku Mentawai

Intisari-Online.com - Suku Mentawai adalah salah satu suku asli yang mendiami Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat.

Mereka memiliki kearifan lokal dan budaya yang unik dan menarik, salah satunya adalah tradisi gigi runcing.

Tradisi ini dilakukan oleh perempuan suku Mentawai yang sudah dewasa sebagai simbol kecantikan dan kedewasaan.

Bagi mereka, gigi runcing menandakan bahwa mereka telah siap untuk menikah dan memiliki anak.

Selain itu, gigi runcing juga dianggap sebagai cara untuk menjaga keseimbangan antara tubuh dan jiwa.

Makna Tradisi Gigi Runcing

Tradisi gigi runcing suku Mentawai tidak hanya sekadar untuk memenuhi standar kecantikan, tetapi juga memiliki makna yang mendalam bagi masyarakatnya.

Tradisi ini merupakan salah satu cara untuk menghormati leluhur dan alam semesta yang disebut sebagai Arat Sabulungan.

Arat Sabulungan adalah kepercayaan animisme yang menganggap bahwa segala sesuatu di alam memiliki roh dan harus dihormati.

Salah satu roh yang dihormati oleh suku Mentawai adalah Sikerei, yaitu dukun atau pemimpin adat yang bertugas menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Baca Juga: 'Dihidupkan Kembali' dalam Fast and Furious 9, Paul Walker Ternyata Punya Rumah di Indonesia yang Disebutnya Sebagai Surga Dunia, Ini Tempatnya

Sikerei juga berperan sebagai penjaga tradisi gigi runcing dan membimbing para perempuan yang akan melakukannya.

Dengan meruncingkan gigi, perempuan suku Mentawai percaya bahwa mereka akan mendapatkan perlindungan dari roh-roh baik dan menjauhkan diri dari roh-roh jahat.

Tradisi gigi runcing juga merupakan simbol dari sikap tunduk dan patuh kepada orang tua dan suami.

Perempuan suku Mentawai yang telah meruncingkan gigi dianggap telah siap untuk menjadi istri yang baik dan ibu yang bertanggung jawab.

Mereka juga diharapkan untuk selalu mengikuti aturan adat dan menjaga harmoni dalam keluarga maupun masyarakat.

Baca Juga: Berambisi Punya Ilmu Menghilang, 2 Remaja Nekat Gali Makam Warga Untuk Ambil Kelingking Mayat

Proses Peruncingan Gigi

Untuk mendapatkan gigi runcing, perempuan suku Mentawai harus melewati proses yang cukup menyakitkan.

Mereka harus meruncingkan gigi depan atas dan bawah mereka dengan menggunakan alat tradisional yang terbuat dari besi atau kayu yang sudah diasah.

Proses ini dilakukan tanpa obat bius atau antiseptik, sehingga mereka harus menahan rasa sakit dan pendarahan.

Gigi yang diruncingkan akan berbentuk seperti segitiga dengan ujungnya tajam. Proses ini biasanya dilakukan oleh orang tua atau kerabat dekat perempuan tersebut.

Dampak Peruncingan Gigi

Peruncingan gigi tentu saja memiliki dampak bagi kesehatan gigi dan mulut perempuan suku Mentawai.

Salah satu dampaknya adalah kerusakan pada enamel gigi, yaitu lapisan terluar gigi yang melindungi dari bakteri dan asam.

Enamel gigi yang rusak dapat menyebabkan gigi menjadi sensitif, mudah berlubang, dan mudah patah.

Selain itu, peruncingan gigi juga dapat mempengaruhi fungsi mengunyah dan bicara perempuan suku Mentawai.

Gigi runcing dapat menyebabkan kesulitan dalam mengunyah makanan secara efisien dan mengucapkan kata-kata dengan jelas.

Baca Juga: Tradisi Kerik Gigi hingga Runcing Bagi Wanita Mentawai untuk Tampil Cantik, Tanpa Bius dan Prosesnya Menyakitkan, Namun Ada Maknanya

Apresiasi terhadap Tradisi Gigi Runcing

Meskipun memiliki dampak negatif bagi kesehatan gigi dan mulut, tradisi gigi runcing tetap dilestarikan oleh suku Mentawai sebagai bagian dari identitas budaya mereka.

Mereka bangga dengan gigi runcing mereka dan menganggapnya sebagai lambang kecantikan dan kepercayaan.

Tradisi ini juga menunjukkan nilai-nilai positif seperti keberanian, kesabaran, dan pengorbanan perempuan suku Mentawai untuk mencapai cita-cita mereka.

Tradisi gigi runcing suku Mentawai adalah salah satu contoh dari kekayaan budaya Indonesia yang patut dihormati dan diapresiasi.

Tradisi ini juga mengajarkan kita untuk menghargai keberagaman dan keunikan setiap suku bangsa di negeri ini.

Namun, tradisi ini juga perlu mendapatkan perhatian dari pihak-pihak terkait untuk memberikan edukasi dan perlindungan bagi kesehatan gigi dan mulut perempuan suku Mentawai.

Dengan demikian, tradisi ini dapat tetap hidup tanpa mengorbankan kesejahteraan mereka.

Baca Juga: Gempa Kecil Bermunculan, 'Megathrust' Mentawai yang Ratusan Tahun Terkunci Bisa 'Terbangun'