Peruncingan gigi tentu saja memiliki dampak bagi kesehatan gigi dan mulut perempuan suku Mentawai.
Salah satu dampaknya adalah kerusakan pada enamel gigi, yaitu lapisan terluar gigi yang melindungi dari bakteri dan asam.
Enamel gigi yang rusak dapat menyebabkan gigi menjadi sensitif, mudah berlubang, dan mudah patah.
Selain itu, peruncingan gigi juga dapat mempengaruhi fungsi mengunyah dan bicara perempuan suku Mentawai.
Gigi runcing dapat menyebabkan kesulitan dalam mengunyah makanan secara efisien dan mengucapkan kata-kata dengan jelas.
Apresiasi terhadap Tradisi Gigi Runcing
Meskipun memiliki dampak negatif bagi kesehatan gigi dan mulut, tradisi gigi runcing tetap dilestarikan oleh suku Mentawai sebagai bagian dari identitas budaya mereka.
Mereka bangga dengan gigi runcing mereka dan menganggapnya sebagai lambang kecantikan dan kepercayaan.
Tradisi ini juga menunjukkan nilai-nilai positif seperti keberanian, kesabaran, dan pengorbanan perempuan suku Mentawai untuk mencapai cita-cita mereka.
Tradisi gigi runcing suku Mentawai adalah salah satu contoh dari kekayaan budaya Indonesia yang patut dihormati dan diapresiasi.
Tradisi ini juga mengajarkan kita untuk menghargai keberagaman dan keunikan setiap suku bangsa di negeri ini.
Namun, tradisi ini juga perlu mendapatkan perhatian dari pihak-pihak terkait untuk memberikan edukasi dan perlindungan bagi kesehatan gigi dan mulut perempuan suku Mentawai.
Dengan demikian, tradisi ini dapat tetap hidup tanpa mengorbankan kesejahteraan mereka.
Baca Juga: Gempa Kecil Bermunculan, 'Megathrust' Mentawai yang Ratusan Tahun Terkunci Bisa 'Terbangun'