Kisah Tan Malaka dan 23 Nama Samaran Demi Kemerdekaan Indonesia

Andreas Chris Febrianto Nugroho

Penulis

Tan Malaka

Intisari Online - Jika menilik tentang sejarah kemerdekaan Indonesia, tak bisa lepas dari salah satu tokoh yang cukup fenomenal sampai saat ini: Tan Malaka.

Meski keberadaannya sebagai salah satu tokoh kemerdekaan dipertanyakan, namun Tan Malaka dianggap sangat penting dalam sejarah Indonesia.

Bahkan Tan Malaka disebut sebagai Bapak Republik yang memiliki jasa besar bagi kemerdekaan Indonesia.

Tokoh-tokoh pendiri bangsa seperti Presiden Pertama Indonesia, Soekarno pun juga mengaku belajar dari Tan Malaka.

Keberadaan Tan Malaka yang pernah dianggap sebagai tokoh fiktif mungkin dipengaruhi dari banyak hal.

Selain jarang muncul potret dirinya dengan sesama pejuang kemerdekaan, Tan Malaka juga disebut memilki 23 nama samaran.

Hal itu bisa jadi penyebab kenapa Tan Malaka dianggap sebagai tokoh yang cukup sulit ditemukan pada masa revolusi kemerdekaan.

Dalam buku berjudul 'Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan', sosok pejuang kemerdekaan itu memang misterius.

Di setiap tempat yang ia pijak, Tan Malaka selalu mengganti nama samaran.

Bahkan penggunaan nama yang dilakukan oleh Tan Malaka telah ia rancang sedemikian rupa hingga tidak menimbulkan kecurigaan.

Termasuk saat Tan Malaka akan berpergian ke luar negeri, ia akan mengganti nama sesuai dengan negara tujuannya.

Baca Juga: Selain Tandatangani Isi Perjanjian Roem Royen, Ini Sepak Terjang Mohammad Roem, Tokoh Kemerdekaan yang Pernah Dijebloskan ke Penjara Tanpa Alasan Jelas

Tan Malaka dianggap sebagai tokoh yang mengilhami pergerakan di Indonesia sejak awal tahun 1920-an.

Sejumlah buah pemikiran yang ditelurkan Tan Malaka dalam bukunya memang mengilhami banyak tokoh-tokoh kemerdekaan.

Seperti di tahun 1925, Tan Malaka yang kala itu berada di Manila dan menggunakan nama samaran Elias Fuentas pernah menulis sebuah buku.

Buku berjudul 'Massa Actie' yang ditulis oleh Tan Malaka saat mengalami penyakit paru-paru tersebut mengilhami pergerakan kemerdekaan di Indonesia.

Selain pernah menetap di Filipina, Tan Malaka ternyata juga pernah tinggal di Singapura.

Kala di negara kecil di dekat semenanjung Malaysia itu, Tan Malaka mengguunakan nama Hasan Gozali.

Untuk memuluskan pergerakannya di Singapura, Tan Malaka yang menggunakan nama Hasan Gozali tersebut mengaku berasal dari Mindanao, Filipina.

Tak lama dari Singapura, Tan Malaka kembali berpetualang kali ini ke China.

Tepatnya Tan Malaka pergi ke Shanghai China pada tahun 1930 dan menggunakan nama samaran Ossario.

Demi memuluskan kedatangannya ke Shanghai kala itu, Tan Malaka mengaku merupakan wartawan dari Filipina.

Ketika pecah perang China-Jepang, Tan Malaka pun harus berpindah dari Shanghai menuju Hongkong.

Pelarian Tan Malaka di Hongkong kala itu ketahuan oleh Poeze hingga membuatnya kembali dibuang ke Shanghai.

Akhirnya Tan Malaka bisa kembali lagi ke Singapura pada tahun 1937 dengna menjadi guru di sekolah Tionghoa di sana.

Tepatnya di Singapura, Tan Malaka menetap cukup lama yakni 5 tahun hingga tahun 1942.

Baca Juga: SK. Trimurti, Tokoh Kemerdekaan RI Kelahiran Boyolali yang Pernah Menolak Jadi Menteri

Hingga akhirnya, pergerakan militer Jepang membuat Tan Malaka kembali ke Tanah Air.

Perjalanan pulang Tan Malaka ke Indonesia kala itu membuat tokoh penting kemerdekaan tersebut mengarungi kisah yang panjang.

Ia pernah melewati Penang, Malaysia dan menggunakan nama Hussein (Legas Hussein).

Saat menginjakkan kaki di Sumatera, Tan Malaka juga menyempatkan datang ke tempat kelahirannya dan mengaku sebagai Ramli Husein.

Akhirnya perjalanan Tan Malaka membuatnya sampai di Jakarta, tepatnya pada Juli 1942.

Sesampainya di Jakarta kala itu, Tan Malaka juga menyelesaikan buku Magnum Opusnya Madilog.

Setahun kemudian Tan Malaka berpindah ke Bayah, Banten Selatan dengan menggunakan nama Ilyas Hussein.

Bahkan di sana, Tan Malaka sempat mendaftarkan diri bekerja di pertambangan sebagai kerani.

Ketika pertama kali bertemu dengan tokoh muda kemerdekaan Indonesia, Sukarni, Tan Malaka masih menggunakan nama Ilyas Hussein.

Menggunakan nama samaran memang sengaja dilakukan oleh Tan Malaka.

Termasuk saat bertemu dengan sejumlah tokoh kemerdekaan, ia menggunakan nama samaran agar mengetahui sejauh mana ide-ide politiknya tersampaikan.

Namun Tan Malaka pernah berjanji akan mengungkap identitas aslinya di waktu yang tepat.

Baca Juga: Dari Masa Penjajahan hingga Kemerdekaan, Ini Kesepakatan Patok Batas Wilayah Indonesia dan Malaysia

Hal itu pernah diungkap Tan Malaka dalam memoar Dari Penjara ke Penjara, "Saya masih menunggu kesempatan yang lebih tepat."

Tulisan-tulisan Tan Malaka ternyata juga sampai ke tangan Soekarno.

Bahkan tulisan Tan Malaka juga diakui sang proklamator mengilhami perjuangannya untuk memerdekakan Indonesia.

Usai proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, bahkan Soekarno pernah meminta Sayuti Melik untuk mencari Tan Malaka.

Banyaknya nama samaran Tan Malaka membuat pencarian tokoh penting tersebut sangat sulit.

Sayuti Melik pun sampai meminta bantuan Ahmad Soebardjo untuk mencari Tan Malaka.

Hingga akhirnya kesempatan itu datang, untuk pertama kalinya Soekarno bertemu dengan Tan Malaka.

Dalam pertemuan tersebut, Tan Malaka mengaku bernama Abdul Radjak kepada dokter pribadi Soekarno.

Pertemuan Bung Karno dengan Tan Malaka pada 9 September 1945 menjadi momen yang cukup mendebarkan.

Bahkan disebut bahwa pertemuan dua tokoh penting kemerdekaan Indonesia tersebut dalam suasana malam yang gelap.

Meski menjadi tokoh yang sangat penting dalam buah pemikirannya, Tan Malaka sendiri tidak dikenali oleh banyak orang.

Usai buah pemikiran Tan Malaka yang dituangkan ke sejumlah buku itu tersebar, banyak bermunculan orang-orang yang mengaku sebagai sang 'Bapak Bangsa' tersebut.

(*)

Artikel Terkait