Jadi Bukti Kedudukan Belanda di Kalimantan, Ini Sejarah Benteng Tabanio

Afif Khoirul M

Penulis

Foto Benteng Tabanio merupakan salah satu peninggalan Belanda di Kalimantan.

Intisari-online.com - Jika berbicara mengenai wilayah jajahan Belanda di Indonesia, ternyata Kalimantan pun termasuk salah satunya.

Meski sedikit sejarah membicarakan mengenai kehadiran Belanda di pulau Borneo itu.

Ternyata ada bukti sejarah bahwa Belanda memang pernah datang ke pulau Kalimantan.

Bukti tersebut adalah adanya benteng peninggalan Belanda yang ada di pulau Kalimantan, benteng tersebut adalah Fort Tabanio.

Benteng ini merupakan satu-satunya benteng yang tercatat berdiri di kawasan Kalimantan.

Kemudian Fort Tabanio dijadikan basis pertahanan Belanda, yang berlokasi di Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

Awalnya Tabanio hanyalah sebuah kampung kecil di sekitar sunga Tabanio di pantai selatan Kalimantan.

Kampung tersebut merupakan kawasan yang strategis dengan potensi yang menjanjikan, karena menjadi penghasil lada, perikanan, dan tambang emas.

Lalu, pada 6 Juli 1779 VOC datang ke Kalimantan, dan bertemu dengan Sultan Banjar.

Dari pertemuan tersebut, terjadilah sebuah perjanjian antara Sultan Banjar dan VOC, termasuk salah satunya pembangunan benteng.

Terdapat peraturan terkait pembangunan benteng di wilayah Tabanio pada pasal 7 dari perjanjian itu.

Baca Juga: Dibangun Saudagar Kaya China Tahun 1900 Inilah Kisah Tjong A Fie Mansion

Pada saat itu, wilayah Tabanio adalah perkampungan yang dianggap menjanjikan oleh Belanda.

Wilayah perkampungan tersebut terletak di kawasan Tabanio, kemudian benteng ini dinamai Fort Tabanio.

Pada tahun 27 Juli 1859, benteng ini dikepung dengan membawa kekuatan besar.

Sosok yang berani melakukan penyerangan tersebut adalah Haji Boejasin, yang memiliki pasungan untuk menyerang penjajah.

Ia memasang jebakan di sekitar benteng dan membuat Belanda kewalahan.

Banyak pasukan Belanda yang terkena jebakan tersebut.

Hingga akhirnya benteng tersebut jatuh ke tangan pasukan Haji Boejasin yang saat itu dibantu oleh Demang Lehman.

Ia merupakan salah satu panglima perang Pangeran Antasari.

Keberhasilan Haji Boejasin merebut benteng tersebut membuat Belanda marah hingga kemudian menyerang kembali benteng itu.

Belanda bahkan menyerang kembali bersama dengan membawa bajak laut bayaran dari Bone.

Pemerintah Belanda berhasil merebut kembali benteng tersebut pada tahun 1859.

Baca Juga: Apakah di Tempat Kalian Memiliki Tradisi Serupa Seperti Tradisi Sasi?

Kemudian, mereka menempatkan lima puluh prajurit dan dua meriam yang ditempatkan di benteng tersebut.

Fort Tabanio kemudian dijadikan basecamp untuk pegamanan area tersebut.

Menurut catatan sejarah, Benteng Tabanio merupakan benteng yang terdaftar sebagai benteng kelas 4.

Digunakan untuk melawan musuh pribumi oleh pemerintah Belanda.

Namun, kemudian benteng ini dihapus dari daftar inventaris alat pertahanan Hindia Belanda.

Sayangnya benteng ini kini kondisinya berbeda dengan benteng-benteng lain yang ada di Indonesia.

Benteng Tabanio sudah tidak berbentuk seperti benteng, karena terkena erosi air sunga.

Kondisi benteng ini kini tertutup dengan rumput dan tanah, serta dikelilingi oleh pemukiman warga.

Yang tersisa dari benteng ini hanyalah bekas peluru dan batu bata saja.

Artikel Terkait