Penulis
Intisari-online.com - Belanda memiliki banyak peninggalan benteng di Indonesia.
Salah satunya adalah benteng van Den Bosch, atau dikenal dengan sebutan Benteng Pendem di Ngawi.
Benteng ini konon buktikan keinginan kuat Belanda untuk menguasai Indonesia jika melihat seejarahnya.
Mengutip berbagai sumber sebagai tempat bersejarah benteng ini memiliki kisah cukup menarik.
Salah satunya menceritakan bagaimana awal mula hingga fungsi dari benteng ini dibangun.
Benteng Van Den Bosch, dibangun tahun 1893 oleh Gubernur Jenderal Belanda, Van Den Bosch.
Pada saat itu Belanda sedang menguasai wilayah Ngawi.
Lokasi benteng ini ada di Desa Bintoyo, Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Terkenal memiliki sebutan Benteng Pendem karena dibangun lebih rendah dari tanah sekitarnya sehingga tampak terpendam.
Pembangunan benteng ini memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo dan Sungai Bengawan Madiun.
Alasan Ngawi dibangun benteng pada saat itu, karena wilayah itu dulunya menjadi pusat perdagangan dan pelayaran di Jawa Timur.
Baca Juga: Kisah Pertirtaan Watugede, Tempat Mandi Ken Dedes Peninggalan Singasari
Kemudian Ngawi dijadikan tempat pertahanan Belanda di kawasan Madiun dan sekitarnya saat itu.
Selain itu dengan dibangunnya benteng di kawasan itu, Belanda ingin melumpuhkan transportasi logistik pasukan Pangeran Diponegoro.
Benteng itu digunakan untuk menampung sekitar 250 pasukan dan 60 Kavaleri Belanda.
Berdiri di atas tanah seluas 15 hektar dengan 5 hektar untuk bangunan utama.
Mengutip Kompas.com, benteng ini bak jadi bukti Belanda ingin menguasai Indonesia, diungkapkan oleh Andi Muhammad Said, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur.
Ia juga menjelaskan mengenai sistem drainase yang canggih dari benteng ini.
Benteng Pendem memiliki berbagai macam jenis drainase.
Misalnya pembuangan limbah yang langsung dibuang ke sungai agar tidak berada di kawasan benteng.
"Drainase dibuat untuk membuat area sekitar benteng selalu kering dan tidak tergenang air limbah," katanya.
Ada belasan bangunan benteng yang memiliki drainase sendiri-sendiri termasuk drainase besar atau Dome.
Pemerintah Belanda sangat memperhatian soal air karena dipengaruhi wilayahnya yang dekat dengan laut.
Baca Juga: Kisah Istana Cipanas, Rumah Peristirahatan Belanda yang Jadi Istana Negara
"Ada dome yang langsung keluar, ada yang masuk parit keliling, beda fungsinya, karena Belanda sangat concern dengan air, mereka tak ingin air mengganggu kehidupan mereka," jelasnya.
Selain itu benteng ini juga beberapa kali mengalami perubahan fungsi.
Pada masa pendudukan Jepang sempat dijadikan penjara yang menampung 1.580 tahanan.
Jumlah itu konon terus bertambah menjelang kemerdekaan Indonesia.
Benteng ini juga sempat digunakan oleh TNI Angkatan Darat setelah Jepang meninggalkan Indonesia.
Bagian benteng ini juga ada yang mengalami kerusakan karena terkena bom pasukan Jepang.
Namun kini benteng tersebut sudah mulai dipugar oleh Kementerian PUPR.