Find Us On Social Media :

Kenali Predator Seksual di Sekitar Kita (1)

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 13 Mei 2016 | 17:15 WIB

Kenali Predator Seksual di Sekitar Kita (1)

“Agama menjadi dasar pedoman dalam setiap hal yang kami ajarkan kepada anak-anak. Jadi, anak-anak sejak dini sudah tahu mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan menurut ajaran agama yang kami yakini,” jelas Widya, sang Ibu, yang gemar memasak.

Sejak anak-anaknya berusia batita, Widya dan suaminya sudah memperkenalkan perbedaan dalam diri anak-anak mereka, termasuk alat kelamin. Tanpa menggunakan perumpamaan, semisal “burung” atau “pepe”. Tidak boleh seorang pun menyentuh wilayah pribadi mereka, termasuk orangtua mereka. Kalau harus berobat dan sang dokter meminta membuka baju, si anak harus didampingi oleh ibunya.

Senada dengan Widya, Asti (33), juga memberikan pengertian kepada anak semata wayangnya, Amirah (4,5) yang masih duduk di bangku TK. Sejak usia batita, anaknya sudah diberi pengertian mengenai aurat. Asti menekankan pada anaknya, hanya ibu dan neneknya yang boleh menyentuh wilayah pribadi Amirah. Tanpa ada ibu dan neneknya di samping, tidak seorang pun boleh melihat apalagi  emegangnya.

“Kalaupun sedang menginap di rumah saudara, dan mandi bersama sepupu perempuannya, Amirah harus tetap mengenakan celana dalam. Tidak boleh telanjang bulat,” jelas Asti. Seandainya sedang tidak ada ibu atau neneknya, Amirah boleh minta tolong kepada ayahnya tapi hanya sebatas mengantar ke pintu kamar mandi. Selebihnya, saat di kamar mandi, si anak harus melakukan semuanya secara mandiri.

Widya dan Ardi, yang ketiga anaknya beranjak remaja, selalu mengajak anak-anak mereka untuk membahas kejadian-kejadian yang sedang terjadi di masyarakat. Komunikasi terbuka ala Barat terutama dalam menyampaikan perbedaan pendapat diterapkan oleh pasangan modern ini bagi anak-anak mereka.

“Suami saya pernah bilang ke anak-anak, panggil saja papa dengan panggilan Ardi,” kata Widya yang masih terlihat cantik. Intinya, komunikasi tetap terjalin di dalam keluarga, terutama ayah harus dekat dengan anak-anak untuk membangun karakter anak.

Ardi juga menekankan pentingnya komunikasi dan keterbukaan pada anak-anak. Ia mencontohkan, kalau ada orang yang mengajak mereka bertemu padahal belum pernah kenal, sebaiknya ditolak. Contoh kejadian-kejadian di masyarakat menjadi cermin Ardi dalam memaparkan kepada anak-anaknya. Termasuk rambu-rambu dalam penggunaan media sosial. Misalnya tidak membuat status posisi mereka saat ini, karena ini bisa membahayakan.

Penggunaan internet di rumah keluarga Ardi pun dibuat terbuka. Siapa pun bisa mengakses layanan internet di rumah itu dengan bebas. Ardi bahkan pernah menawarkan kepada anaknya bila ingin membuka situs porno, boleh saja, tapi bersama dengan ayah. Namun, rupanya anak-anak mereka tidak tertarik sedikit pun pada situs tersebut.

Secara to the point, pasangan Ardi-Widya juga menjelaskan bahwa anak-anak perempuan yang sudah mulai beranjak dewasa jangan mau jika bajunya dibuka oleh laki-laki lain. Demikian sebaliknya, anak laki-laki pun jangan sampai sembarangan membuka baju perempuan, apalagi sampai membuat anak perempuan lain hamil. Mereka juga mulai menjelaskan definisi pemerkosaan, sodomi, pedofil, serta kekerasan seksual yang beritanya sedang naik daun ini.

- bersambung -