Find Us On Social Media :

Kenali Predator Seksual di Sekitar Kita (1)

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 13 Mei 2016 | 17:15 WIB

Kenali Predator Seksual di Sekitar Kita (1)

Intisari-Online.com – Banyak pelecehan seksual yang dilakukan terhadap anak-anak di bawah umur. Bagaimana kita sebagai orangtua menyikapinya? Mari kita simak tulisan Kenali Predator Seksual di Sekitar Kita pernah dimuat di Intisari edisi Juni 2014.

--

Peristiwa di Taman Kanak-kanak Jakarta International School, di SDN 09 Makassar, Jakarta Timur, di Sukabumi, dan di pelbagai daerah lain tak hanya menyentakkan orangtua. Kita, sebagai warga negara, pun ternganga oleh kenyataan betapa anak-anak kita selama ini luput dari perlindungan. Apa yang harus kita lakukan? Apa yang harus dipersiapkan oleh orangtua untuk anak-anaknya?

Pedofil itu apa sih? Pelecehan seksual itu apa? Pemerkosaan itu apa? Memangnya anak TK di JIS itu kenapa, Bu?” Pertanyaan memberondong keluar dari mulut seorang anak setelah tanpa sengaja menonton berita sore di sebuah stasiun televisi.

Bukan hanya di televisi. Di media cetak pun kata-kata itu terpampang jelas menjadi headline. Wajar jika anak-anak jadi ingin tahu.

Belum selesai kita membaca berita kasus kekerasan seksual terhadap anak di Jakarta International School (JIS), kita dihadapkan lagi pada berita kasus sodomi yang dilakukan oleh AS alias Emon, 24,  terhadap sekitar 110 bocah di Sukabumi, Jawa Barat.

Belum lagi selesai kasus Emon, Polres Sumedang, Jawa Barat, pun mencokok Endang Juhana, 62, yang diduga mencabuli sembilan bocah perempuan dan laki-laki berusia 6 – 8 tahun. Semua kasus tersebut terbongkar berkat laporan masyarakat dan orangtua salah satu korban.

Data di Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan, dari analisis 19 surat kabar nasional yang terbit di Jakarta selama tahun 2007, terdapat 455 kasus kekerasan terhadap anak (KTA). Dari Kejaksaan Agung diperoleh data, selama tahun 2006 ada 600 kasus KTA yang telah diputus oleh kejaksaan. Sementara Komnas Perlindungan Anak mencatat, selama tahun 2007 praktik KTA mengalami peningkatan 300 persen dari tahun sebelumnya (Melindungi Anak dari Seks Bebas, Grasindo, 2010).

Ketua KPAI Asrorun Ni’am dalam laman KPAI menjelaskan, data pengaduan yang masuk ke KPAI sejak tahun 2011 tercatat sebanyak 329 kasus kekerasan, pada tahun 2012 naik menjadi 746 kasus, dan pada tahun 2013 menjadi 525 kasus, atau setara dengan rata-rata 45 anak mengalami kekerasan seksual setiap bulannya. Korbannya 60% anak laki-laki dan 40% anak perempuan.

Sementara dari Januari hingga Maret 2014 ini KPAI sudah menerima pengaduan hingga 379 kasus. Hati ini makin miris setelah menyadari bahwa anak-anak korban kejahatan seks tentunya bukan hanya menderita secara fisik, tapi juga psikis, bahkan lebih parah ketimbang orang dewasa. Sekali saja seorang anak mengalami kejahatan seksual, ia bisa menjadi sangat trauma atau justru menikmati - yang jelas, keduanya sama-sama berperan dalam merusak masa depan si anak seumur hidupnya. Lantas, apa yang  harus dilakukan oleh orangtua?

Kuncinya komunikasi

Pasangan Widya (40) dan Ardi (46), meski pernah tinggal delapan tahun di Eropa, tetap menerapkan pendidikan ala Timur kepada ketiga anaknya Fadhil (17), Fahmi (13), dan Dijah (11).