Penulis
Intisari-online.com - Dalam film Avatar 2 ini ada sosok bernama Metkayina yang terinspirasi dari Suku Bajo yang hidup di Indonesia.
Metkayina digambarkan sebagai penghuni Pandora selain Omaticaya.
Mereka berbeda dengan suku Omaticaya yang tinggal di daerah pegunungan.
Metkayina adalah penguasa lautan atau dikenal juga dengan marga laut, yang tinggal di wilayah lautan.
Metkayina tinggal di desa Awa'atlu yang terletak di tepi pantai.
Tempat tinggal mereka berupa rumah panggung yang dibangun di antara akar-akar pohon laut.
Nah, siapa sangka sosok Metkayina ini terinspirasi dari Suku Bajo di Indonesia.
Suku Bajo dikenal sebagai suku yang hidup di lautan, bahkan mereka kuat berenang dan hidup di laut melebihi manusia normal
Sama halnya dengan Metkayina pada film Avatar 2 mereka juga kuat dalam menyelam dalam waktu yang lama.
Rupanya Suku Bajo pernah diteliti Ilmuwan dan mereka memiliki tubuh yang unik, sehinggai membuatnya terampil berenang.
Tubuh orang Bajo beradaptasi dengan kondisi kehidupan yang tidak biasa bagi manusia.
Berkat itu mereka belajar menahan napas hingga 15 menit dan menyelam hingga kedalaman 70 meter.
Kemampuan seperti itu tidak bisa tidak menarik minat para ilmuwan yang menemukan bahwa orang-orang Suku Bajo memiliki limpa yang membesar.
Ini memungkinkan tubuh menerima oksigen selama penyelaman yang lama.
Banyak Suku Bajo merusak gendang telinga pada usia muda, untuk menghilangkan sensasi tidak menyenangkan saat menyelam dan mendengar di usia tua.
Tapi pengelihatan Suku Bajo seperti lumba-lumba, dan ini bukan kiasan, tapi kebenaran murni.
Retina mata mampu beradaptasi dan membedakan objek di bawah air sejelas di permukaan.
Ini terutama membantu orang Bajo muda dalam mencari mutiara, yang mereka geluti.
Namun hal utama dalam kehidupan suku tersebut adalah memancing.
Kerajinan memancing diajarkan kepada anak-anak sejak usia muda.
Selama 8 jam sehari, aktivitas Suku Bajo 5 di antaranya dihabiskan di bawah air.
Ikan yang ditangkap banyak, lalu dijual untuk membeli keperluan seperti kayu untuk perbaikan rumah perahu dan perahu.
Untuk tujuan berdagang, Bajo dan pergi ke darat, atau "tanah", begitu mereka menyebutnya.
Selain berdagang, alasan turun ke tanah adalah kebutuhan untuk menguburkan orang mati.