Penulis
Intisari-Online.com - Ditemukannya seorang mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) meninggal dunia di kamar kos tengah mengejutkan masyarakat Indonesia.
Melansir Tribunnews, Mahasiswa bernama Jody Yuda Permana ditemukan terbujur di kamar rekan satu daerahnya, Akbar.
Ia merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa jepang Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) asal Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung.
Terkait kejadian tersebut, Polsek Gunungpati dan tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) dilaporkan telah melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP).
Berikut fakta-fakta mahasiswa di Semarang ditemukan meninggal di kos ini:
1. Sempat minta diantar membeli tiket pulang kampung
Sebelum meninggal dunia, Jody sempat meminta temannya, Akbar, untuk mengantarkannya membeli tiket pulang ke kampung halamannya.
Namun, sesampainya di tengah jalan, disebut Jody mengeluh sakit sehingga mereka kembali ke kos.
"(Akbar) bersama Korban hendak mengantar beli tiket di Terminal Ungaran untuk pulang ke kampung, namun sesampainya di Indomaret simpang tiga Sekaran korban mengeluh sakit," ujar Kasihumas Polrestabes Semarang, Kompol Untung Kistopo, dikutip dari TribunJateng.com.
Sesampainya di kos Jody pun sempat berbaring di lantai teras kos dan meminta Akbar membawa tas miliknya masuk ke kamar.
Beberapa saat kemudian Jody masuk ke kamar dan berbaring, namun hanya beberapa menit kemudian ia meninggal dunia.
Baca Juga: Diresmikan Jokowi, Benarkan Bendungan Semantok Merupakan Bendungan Terpanjang di Asia Tenggara?
2. Sering muntah darah
Mengeluh sakit sebelum meninggal dunia, rupanya Jody pun disebut sering muntah darah.
Akbar mengungkapkan bahwa Jody sering mengalami muntah darah di pagi dan malam hari.
Bahkan, sore sebelum meninggal yaitu sekitar pukul 16.00, Jodu pun sempat muntah dan mengeluarkan darah.
3. Baru menyelesaikan skripsi
Diketahui, Jody baru saja menyelesaikan skripsi dan berencana pulang kampung untuk mengabari keluarganya.
Belum sempat pulang ke kampung halaman, rupanya takdir berkata lain.
Setelah ditemukan meninggal dunia, saksi pun langsung menghubungi bapak kosnya dan warga.
"Setelah dicek korban sudah tidak bernafas, selanjutnya menghubungi Bhabinkamtibmas dan Polsek Gunungpati," terangnya Kompol Untung Kistopo.
4. Pihak kampus antarakan kepulangan jenazah Jody
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FBS Unnes, Dr. Eko Raharjo mengatakan Unnes bertanggung jawab dan mengawal kepulangan almarhum.
Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Sunan Gresik Menghapuskan Sistem Kastanisasi
Menurutnya Jody masih berstatus mahasiswa Unnes dan hanya menunggu diwisuda.
"Beliau baru menyelesaikan skripsi dan tinggal wisuda, namun ternyata sakit, padahal rencananya mau pulang, tapi ternyata Allah berkehendak lain," jelasnya dikutip dari TribunJateng.com.
Dr. Eko Raharjo pun telah berkomunikasi dengan keluarga Jody di Bangka Barat dan pihak keluarga menghendaki lokasi pemakaman di kampung halaman Jody.
Sementara itu, bantuan yang diberikan Unnes yakni membantu hingga pemberangkatan jenazah sesuai prosedur dari kepolisian maupun pihak rumah sakit.
5. Gelar tetap akan diberikan
Dr. Eko Raharjo juga memastikan Jody akan tetap menerima gelar karena haknya sebagai sarjana dan telah menyelesaikan persyaratan penyelesaian pendidikan.
"Sudah sah menyelesaikan skripsi dan dosen sudah menandatangani surat penyelesaian skripsi, dan berencana pulang untuk mengabari keluarga tentang wisuda tersebut," ujarnya.
6. Tidak ada tanda kekerasan fisik di tubuh Jody
Tim kepolisian menjelaskan tidak ada tanda kekerasan fisik di tubuh Jody.
Ia dilaporkan meninggal karena sakit.
7. Keluarga tidak mau anaknya diautopsi
Sebelum dipulangkan ke kampung halamannya, jenazah Jody d titipkan di RSUP Kariadi, Semarang dan menunggu keluarga korban datang dari Lampung.
Menurut Kompol Untung Kistopo, pihak keluarga korban tidak mau anaknya diautopsi dan menerima kepergian Jody.
"Dari sambungan telfon dengan keluarga korban di Lampung, pihak keluarga menerimakan atas kematian korban dan keluarga keberatan jika dilakukan autopsi dan tidak menuntut pihak manapun," jelasnya.
Baca Juga: Ini Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Perlawanan Mengusir Pendudukan Jepang di Berbagai Daerah
(*)