Penulis
Intisari-Online.com -Keberhasilan Lionel Messi menangi Piala Dunia 2022 dianggap menjadi pengesahan dirinya sebagai GOAT (akronim dari Greatest of All Time alias terbaik sepanjang masa).
Tidak ada lagi debat tentang siapa yang lebih pantas menyandang gelar tersebut antara dirinya dengan Cristiano Ronaldo.
Namun, siapa sangka, Messi yang kini sudah menjadi pesepak bola paripurna, malah nyaris gagal jadi pesepak bola gara-garagrowth hormone deficiency(GHD) atau kekurangan hormon pertumbuhan.
Saat itu, bisa jadi mimpi terbesar Messi bukanlah menjadi pemain terbaik di dunia atau pun menjuarai Piala Dunia, melainkan 'hanya' menjadi pesepak bola.
Maklum, dengan adanya GHD di tubuhnya, Messi terancam kesulitan untuk menjadi pesekap bola karena tubuhnya tidak akan tumbuh dengan baik.
Salah satunya adalah tinggi Messi yang diprediksi hanya akan mencapai batas maksimal 150 cm jika GHD yang dialaminya tidak ditangani.
Beruntung, Barcelona mengendus bakat luar biasa Messi saat masih berusia 13 tahun dan rela merogoh kocek dalam untuk mengobatinya.
Jumlahnya tidak tanggung-tanggung untuk saat itu (sekitar tahun 2000-an) yaitu mencapai 14 juta rupiah per bulannya.
Lalu apa sebenarnya GHD? Benarkah kondisi ini tetap bisa dialami oleh orang dewasa dengan kondisi seksual tertentu menjadi cirinya?
Baca Juga: inilah Isi Surat Menyentuh Hati Guru Masa Kecil Lionel Messi, Sebelum Final Piala Dunia 2022
Melansir dari hopkinsmedicine.org, growth hormone deficiency(GHD) adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh kurangnya jumlah hormon pertumbuhan dalam tubuh.
Anak-anak yang mengalami kondisi yang disebut juga dengandwarfisme atau dwarfisme hipofisis ini umumnyamemiliki perawakan pendek yang tidak normal namun dengan proporsi tubuh yang normal.
Kondisi ini sendiri umumnya memang terjadi saat lahir namun tidak sedikit pula yang mengalaminya justru saat dewasa.
GHD terjadi ketikatubuh tidak bisamenghasilkan hormon pertumbuhan yang cukup atau bahkan tidak bisa sama sekali karena adanya masalah atau bahkan ketiadaan kelenjarpituitari.
Di luar hal yang bersifat bawaan tersebut, berkurangnya hormon pertumbuhan yang memicu GHD juga bisa terjadi ketika terjadi cedera otak yang parah.
Baca Juga: Kerap Disandingkan dengan Maradona, Putra Sang Legenda Itu Justru Ungkap Hal Ini Soal Lionel Messi
Lalu apa saja gejala dari GHD yang umumnya dialami oleh penderitanya?
Gejala yang paling mudah terlihat adalah terhambatnya atau bahkan tidak adanya sama sekali pertumbuhan.
Kondisi perawakan yang pendek, khususnyadi bawah persentil kelima dibandingkan dengan anak lain dengan usia dan jenis kelamin yang sama, menjadi gejala berikutnya.
Gejala ketiga dan keempat adalah ketiadaan atau terhambatnya pertumbuhan seksual di masa pubertas dan sakit kepala.
Penanganan
Jika seseorang mengalami GHD, maka mereka akan menjalani perawatan berupa penggunaanhormon pertumbuhan sintetik yang tentunya di bawah pengawasan ahli.
Namun, jika ada kekurangan hormon lain, maka hormon lain tersebut dapat diberikan selain hormon pertumbuhan sintetik.