Apa Itu Stiff Person Syndrome yang Diidap Celine Dion hingga Membuatnya Sulit Bernyanyi? Ini Gejala hingga Penyebabnya

Khaerunisa

Penulis

Celine Dion mengidap Stiff Person Syndrome.

Intisari-Online.com - Apa Itu Stiff Person Syndrome yang diidap Celine Dion hingga membuatnya sulit bernyanyi?

Penyanyi berkebangsaan Kanda, Celine Dion, memberikan kabar mengejutkan terutama bagi para fansnya.

Melalui laman Instagram, pelantun lagu "My Heart Will Go On" itu menyampaikan bahwa dirinya mengidap penyakit langka bernama Stiff Person Syndrome (SPS).

Celine Dion mengatakan bahwa telah lama menghadapi penyakit tersebut, tetapi baru siap mengungkapkannya ke publik.

"Seperti yang kalian tahu, saya ini selalu terbuka. Saya sebelumnya belum siap mengatakan ini kepada kalian, tapi kini saya siap," kata Celine dikutip dari ET, Jumat (9/12/2022).

“Saya sudah lama berurusan dengan masalah kesehatan saya dan sangat sulit bagi saya untuk menghadapi tantangan ini dan berbicara segala sesuatu yang sudah saya lalui,” lanjut Celine Dion.

Kondisi yang tengah dihadapinya membuat Celine Dion kesulitan untuk bernyanyi.

Ia tak bisa menggunakan pita suara untuk bernyanyi seperti biasanya, dan kadang juga sulit berjalan.

Penyanyi itu pun mengungkapkan tak akan siap untuk kembali menjalani turnya di Eropa awal tahun depan.

“Sungguh menyakitkan bagi saya untuk memberi tahu Anda hari ini. Saya tidak akan siap untuk kembali menjalani tur saya di Eropa pada bulan Februari,” ucap Celine Dion.

Kini, ia tengah fokus menjalani pengobatan dan berharap bisa tampil kembali.

Baca Juga: Diperingati Pada 1 Desember Ternyata Ini Sejarah Hari HIV/AIDS Sedunia dan Sejarah Penyakit Ini

"Saya bekerja keras dengan terapis olahraga medis saya setiap hari untuk membangun kembali kekuatan saya dan kemampuan saya untuk tampil lagi. Namun harus mengakui, itu amatlah sulit,” tutur Celine Dion.

Stiff Person Syndrome atau SPS adalah kondisi neurologis dan neuromuskuler langka yang menyebabkan kekakuan otot progresif dan kejang yang menyakitkan.

Berdasarkan catatan Stiff Person Syndrome Foundation, Stiff Person Syndrome (SPS) menyerang sistem saraf pusat, terutama otak dan sumsum tulang belakang.

Penderitanya bisa menjadi cacat dan bergantung pada kursi roda atau berbaring di tempat tidur.

Menurut John Hopkins Medicine, penyakit ini terutama menyebabkan kekakuan otot yang progresif dan kejang yang menyakitkan.

"Ini adalah penyakit yang ditandai dengan kekakuan otot progresif, kejang otot, kekakuan – biasanya pada otot punggung, khususnya punggung bagian bawah, serta kaki bagian atas," jelas Dr. Kunal Desai, seorang ahli saraf Yale Medicine dan asisten profesor dari neurologi yang berspesialisasi dalam penyakit neuromuskuler, dikutip dari USA Today.

"Itu bisa mempengaruhi otot lain, termasuk otot di lengan serta otot berbicara dan menelan. Tapi itu kurang umum," katanya.

SPS disebut termasuk penyakit yang menjadi ciri autoimun, namun tergolong sangat langka karena menyerang 1-2 per satu juta orang.

Selain itu, SPS juga tidak bisa disembuhkan dan pengobatan hanya berfungsi mengurangi gejalanya meskipun risiko kematiannya juga sangat rendah.

Belum diketahui penyebab pasti gangguan saraf ini, namun riset membuktikan SPS terjadi akibat respons autoimun yang salah di otak dan sumsum tulang belakang.

Desai menambahkan bahwa penderitanya biasanya berusia 20-50 tahun, meskipun tidak mustahil terjadi pada orang yang lebih muda dan lebih tua.

Baca Juga: Makna Prosesi Siraman Sebelum Pernikahan Kaesang Pengarep dan Erina Gudono Dalam Budaya Jawa

"Penyakit ini juga dua sampai tiga kali lebih sering terjadi pada wanita," tambahnya.

Bagaimana dengan gejala penyakit Stiff Person Syndrome?

Rupanya, penyakit ini memiliki beberapa gejala yang menonjol seperti kekakuan otot dan kejang otot, yang bisa dipicu stres emosional maupun rangsangan dari luar.

Kejang otot tersebut juga bisa sangat parah sehingga orang tersebut mendadak jatuh.

"Kita semua mengalami kejang otot, tetapi ini adalah kejang otot yang berada di luar kendali Anda hingga otot terkunci dan sangat kaku. Ada distonia truncal," jelas Dr. Robert Wilson, ahli saraf dan direktur Autonomic Center di Cleveland Clinic.

"Tungkai bisa terlihat terdistorsi dan berkerut. Saya pernah melihat orang benar-benar mematahkan anggota tubuh dari itu," katanya.

Gejala itu dapat menyebabkan kesulitan berjalan, selain memicu kecacatan lainnya.

Kemudian, penderita SPS juga lebih cenderung mengalami depresi dan kecemasan yang sulit diprediksi karena memiliki tingkat neurotransmitter GABA yang lebih rendah, yang mengatur kondisi mental tersebut.

Mereka juga takut keluar rumah karena rangsangan lingkungan seperti suara keras dapat memicu gejala penyakitnya.

Namun, gejala SPS pada setiap pasien disebut bisa sangat berbeda dan signifikan tergantung spektrum keparahannya.

Itulah penyakit Stiff Person Syndrome seperti yang diderita penyanyi legendaris Celine Dion.

Baca Juga: Mengenal Pura Mangkunegaran, Tempat Bersejarah di Indonesia yang Jadi Lokasi Pernikahan Kaesang Pengarep

(*)

Artikel Terkait