Penulis
Intisari-online.com - Presiden Jokowi baru-baru ini menemui Suku Dayak di Kalimantan.
Dalam pertemuan itu Presiden Jokowi menyampaikan rasa terima kasih pada Suku Dayak atas dukungannya terhadap pembangunan IKN.
Rasa terimakasih itu disampaikan Presiden Jokowi saat bertemu masyarakat Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) di Pontianak, Kalimantan Barat.
Sementara itu, Presiden Jokowi menyebut dukungan tersebut sangat dibutuhkan pemerintah Indonesia saat ini.
Suku Dayak sendiri merupakan salah satu suku yang mendiami Pulau Kalimantan.
Keberadaan Suku Dayak sendiri banyak diceritakan dan beberapa memiliki kisah yang unik.
Salah satunya adalah Suku Dayak yang konon sering memburu kepala manusia.
Walau terdengar mengerikan keberadaan Suku Dayak pemburu kepala manusia ini diyakini benar adanya.
Menurut The Culture Trip Suku Dayak pemburu kepala di Kalimantan aktif hingga sekitar satu abad yang lalu.
Berbagai Suku Dayak sepertu Iban Sarawak, Saburut Murut dan Kadazan-Dusun dikenal sebagai pemburu kepala manusia.
Mereka membawa ketakutan bagi penjajah Inggris awal yang menginjakkan kaki di sana.
Baca Juga: Ramalan Terbukti dari Suku yang 'Suka' Menggigit-gigit Ular sambil Berjingkrak, Isinya Apa?
Inggris Victoria menjuluki Kalimantan sebagai 'Kalimantan Barbaric'.
Beberapa suku dikenal gemar mengumpulkan kepala prajurit musuh untuk dibawa pulang sebagai piala atau sebagai bukti kemenangan mereka.
Yang lain harus membunuh dan membawa kepala musuhnya kembali ke desa untuk izin menikah.
Tradisi potong kepala manusia ini dikenal dengan istilah pengayuan.
Terlepas dari motifnya, praktik pengayauan di Kalimantan itu telah membangkitkan minat dan menanamkan rasa takut pada orang luar selama beberapa generasi.
Termasuk para penjajah Inggris di perbatasan Malaysia-Indonesia waktu itu.
Suku Dayak Iban adalah penduduk asli Sarawak dan kelompok etnis dominan di Borneo Malaysia .
Mereka merupakan 30 persen dari populasi Sarawak, meskipun beberapa juga dapat ditemukan di Brunei dan Indonesia .
Dikenal sebagai 'Dayak Laut' di era kolonial, orang-orang Iban terkenal sebagai pemburu kepala yang ditakuti di Kalimantan.
Dengan keterampilan pelaut dan sifatnya yang galak, mereka dianggap sebagai suku Dayak yang terkuat dan tersukses.
Banyak suku dari negara-negara tetangga diyakini telah dihancurkan oleh orang-orang Ibran atau dipaksa untuk pindah akibat perang brutal dan berdarah.
Baca Juga: Suku Pemburu Kepala di Kalimantan: Mayat yang Jiwanya Sudah Pergi Tak Ada Harganya
Mengumpulkan kepala dan membawanya kembali ke desa adalah tanda kejantanan.
Suku Iban percaya bahwa memotong kepala memberi mereka roh yang pada gilirannya membuat sang kolektor lebih kuat.
Larangan yang diterapkan oleh Sir James Brooke dari Inggris pada 1800 menghambat praktik tersebut.
Tapi tradisi kuno dihidupkan kembali selama pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II.
Saat ini, sejumlah kecil pria Iban tua memiliki garis berlekuk di punggung tangan mereka.
Ini menunjukkan bahwa mereka telah membunuh dan memotong kepala seseorang sebelumnya.
Hingga kini jejak-jejak pemburu kepala manusia ini masih bisa dilihat bahkan oleh wisatawan.
Wisatawan yang berkunjung ke rumah adat suku di Kalimantan ini dapat melihat beberapa tengkorak yang masih menggantung di atap.
Bahkan sampai sekarang, komunitas pedesaan masih memelihara kepala yang ditangkap oleh leluhur mereka.