Penulis
Intisari-Online.com -Bagaimana dampak penjajahan Jepang di Indonesia dan relevansinya di masa kini?
Pertanyaan seputar'bagaimana dampak penjajahan Jepang di Indonesia dan relevansinya di masa kini?'ada dihalaman 89dalambukuSejarah kelas XIdalamKurikulum Merdeka.
Namun sebelum mengetahui bagaimana dampak penjajahan Jepang di Indonesia dan relevansinya di masa kini,Anda harus tahu bahwaPendudukan Jepang dari 1942 hingga 1945 menjadi salah satu masa terkelam bangsa Indonesia.
Apa saja dampak pendudukan Jepang bagi kehidupan saat itu?
1. Dampak politik
Ketika pertama datang ke Indonesia, Jepang disambut gembira oleh rakyat Tanah Air.
Jepang mengenalkan dirinya sebagai "saudara tua" dan "pembebas" Asia dari kapitalisme dan imperialisme bangsa Eropa.
Bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya yang tadinya dilarang oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, diizinkan oleh Jepang.
Setiap pagi, lagu Indonesia Raya diputar di radio.
Bendera Merah Putih juga dikibarkan di samping bendera Jepang.
Namun itu hanya berlangsung sesaat.
Baca Juga: Bagaimana Periode Penjajahan Jepang Berlangsung di Indonesia?
Tak berapa lama, Jepang malah melarang pemutaran Indonesia Raya dan pengibaran merah putih.
Rakyat juga diwajibkan untuk seikerei.
Seikerei adalah penghormatan setiap pagi pada Tenno Heika (Kaisar Jepang) dengan cara membungkuk ke arah Tokyo.
Media komunikasi seperti surat kabar, majalah, kantor berita, radio, film, dan pertunjukan sandiwara dibatasi dan diawasi ketat.
Saluran-saluran itu hanya digunakan untuk propaganda yang menguntungkan Jepang.
Jepang kemudian membatasi pergerakan politik masyarakat.
Masyarakat diizinkan berorganisasi namun hanya untuk kepentingan perang Jepang.
Beberapa organisasi yang berfokus pada kemerdekaan, akhirnya dibubarkan Jepang.
Contohnya Putera dan MIAI. Selama menduduki Indonesia, Jepang memberlakukan sistem pemerintah militer.
Seluruh kegiatan masyarakat hingga ke tingkat rukun tetangga dikendalikan dan diawasi orang Jepang.
Penduduk setempat akan dibina sedemikian rupa sehingga mempunyai kepercayaan kepada pasukan-pasukan Jepang. Dengan demikian, gerakan-gerakan kemerdekaan pendudukan setempat dapat dicegah.
Baca Juga: Kisah Jiro Horikoshi, Orang yang Ciptakan Pesawat Tempur Jepang Untuh Menggempur Pearl Harbor
Dikutip dari Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan (2011), ketika propaganda tak berhasil, tentara Jepang menggunakan kekerasan.
Tenaga rakyat diperas. Yang paling menderita adalah romusha, para pekerja paksa.
Kebanyakan mereka adalah warga desa yang dipekerjakan secara paksa untuk membangun pangkalan militer, benteng pertahanan, jalan kereta api, dan kepentingan perang lainnya.
Mereka bekerja tanpa upah. Akibatnya banyak yang mati kelaparan.
Jika tidak mau bekerja, Jepang akan menyiksa dengan kejam, tak sedikit yang sampai meninggal.
2. Dampak ekonomi dan sosial
Jepang berencana menguasai seluruh sumber daya Asia Tenggara atau yang mereka sebut Wilayah Selatan.
Di Indonesia, Jepang menguasai kilang minyak.
Minyak bumi dimanfaatkan Jepang untuk kepentingan perangnya.
Dalam upayanya merebut Indonesia dari Belanda, sejumlah obyek vital dan bangunan dihancurkan.
Akibatnya, pada awal pendudukan Jepang, perekonomian lumpuh.
Baca Juga: Mengapa Bangsa Indonesia Tidak Membantu Belanda saat Jepang Menyerang?
Indonesia yang tadinya baik-baik saja, harus hidup dalam bayang-bayang perang Jepang.
Pemerintah Jepang menyita harta milik Belanda atau harta yang dimodali Belanda.
Harta itu meliputi perkebunan, bank, pabrik, pertambangan, lisrik, telekomunikasi, dan perusahaan transportasi.
Rakyat yang hidup pada masa pendudukan Jepang sangat menderita.
Bagaimana relevansinya di masa kini?
Selama masa penjajahan Jepang, rakyat banyak mengalami tekanan dan penderitaan akibat sistem yang eksploitatif dan kejam.
Meskipun demikian, penjajahan Jepang di Indonesia juga meninggalkan dampak positif yang masih dapat dirasakan hingga saat ini.
Misalnya dalam bidang pertanian dengan diperkenalkannya sistem larikan (menanam mengikuti garis lurus) dalam penanaman padi.
Selain itu, pada masa penjajahannya, Jepang yang sedang dalam suasana perang menganjurkan rakyat Indonesia untuk berhemat dan menabung.
Jumlah penabung pun meningkat dengan pesat, namun jumlah uang yang terkumpul tidak terlalu banyak.
Meskipun demikian, propaganda ini menyebabkan informasi tentang menabung tersebar hingga ke masyarakat bawah.
(*)