Sampai Diperingatkan Jokowi, Seperti Apa Situasi Asia Timur yang Disebut-Sebut Berada di Ambang Perang

Afif Khoirul M

Penulis

Menurut Presiden Joko Widodo, mengutip Kompas.com, Minggu (12/11/22), meminta negara Asia Timur tidak menabuh genderang perang.

Intisari-online.com - Belakangan ini situasi di Asia Timur disebut-sebut sedang memanas, akibat konflik antara Korea Utara, Korea Selatan, dan Jepang.

Kondisi ini sampai mendapat sorotan langsung dari Presiden Joko Widodo.

Menurut Presiden Joko Widodo, mengutip Kompas.com, Minggu (12/11/22), meminta negara Asia Timur tidak menabuh genderang perang.

Hal ini disampaikan Jokowi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-17 Asia Timur di Hotel Sokha, Phnom Penh, Kamboja (11/11).

Jokowi mengatakan, bahwa selama lima dekade terakhir, ASEAN berupaya memelihara stabilitas dan perdamaian kawasan.

Ia mendorong, untuk upaya tersebut terud dilanjutkan hingga saat ini.

"Negara KTT Asia Timur, harus memperkokoh pondasi perdamaian di Indo-Pasifik," katanya.

"Bukan justru menabur benih permusuhan apalagi menabuh genderang perang," jelas Presiden Jokowi, Minggu (12/11).

"Indo-Pasifik jangan hanya dilihat dari persepektif sempit politik keamanan, namun potensi kerja sama ekonominya," kata Jokowi.

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi menyampaikan tiga usulan yang dapat ditetapkan dalam hubungan KTT Asia Timur.

Pertama, memperkokoh semangat dan paradigma untuk kolaborasi, menurutnya di Asia Timur harus mewadari sikap saling percaya antarnegara.

"Budaya kerja sama harus diperkuat untuk atasi berbagai tantangan di kawasan. Untuk itu saya mengajak kita perkuar kerja sama kongkret, sejalan dengan ASEAN Outlok on the Indo-Pacifik," katanya.

Sementara itu, kondisi di Asia Timur memang sedang genting-gentinya, apalagi hal ini ditengarai dengan penembakan rudal oleh Korea Utara.

Korea Utara menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) dan dua rudal jarak pendek di lepas pantai timur negara itu pada 3 November, kata militer Korea Selatan.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan Pyongyang meluncurkan ICBM dari daerah Suan (Pyongyang) sekitar pukul 07:40 pada 3 November.

Meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek lagi dari kota tersebut. jam kemudian.

Setelah Korea Utara meluncurkan rudal pertama, Jepang mengeluarkan peringatan kepada orang-orang di prefektur Miyagi, Yamagata dan Niigata untuk mencari perlindungan.

Namun, Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada kemudian merevisi peringatan itu, dengan mengatakan.

"Kami mendeteksi peluncuran yang kemungkinan akan terbang ke Jepang, jadi kami mengaktifkan peringatan itu, tetapi setelah memeriksa lintasannya, kami dapat mengonfirmasi bahwa itu tidak terjadi," katanya.

"Peluncuran rudal berulang kali oleh Korea Utara adalah kemarahan dan benar-benar tidak bisa dimaafkan," tambahnya.

Peluncuran terbaru datang hanya sehari setelah Korea Utara meluncurkan 23 rudal ke laut timur dan barat, jumlah peluncuran tertinggi dalam satu hari, salah satunya jatuh di lepas pantai Korea Selatan, negara kurang dari 60 km.

Peluncuran itu terjadi saat Amerika Serikat dan Korea Selatan mengadakan latihan udara Vigilant Storm terbesar yang pernah ada, yang diminta Korea Utara untuk segera dihentikan atau Pyongyang akan "menanggapi dengan keras".

Pada tanggal 3 November, dalam panggilan telepon antara Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman dan mitranya dari Korea Selatan Cho Hyun-dong.

"Kedua pejabat tersebut mengecam keras peluncuran rudal Korea Utara, menyebut tindakan itu tidak bermoral," kata kementerian tersebut.

Jepang sendiri sedang mempertimbangkan untuk membeli rudal jelajah Tomahawk dari Amerika Serikat.

Dengan tujuan untuk melawan ancaman yang meningkat, termasuk dari Korea Utara, kata sumber pemerintah Jepang.

Baca Juga: Ini Alasan PDI-P Minta Pemerintah Indonesia Minta Maaf pada Soekarno dan Keluarga

Artikel Terkait