Find Us On Social Media :

Sampai Bikin Singapura Ajak 3 Negara Lain untuk 'Keroyok' Indonesia, Benarkah Kebaya Ada Sejak Majapahit?

By Ade S, Kamis, 24 November 2022 | 13:10 WIB

Dian Sastro saat ditemui pada acara Kebaya Goes to UNESCO di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (29/7/2022). Singapura mengajak tiga negara lain untuk bisa 'bertarung' dengan Indonesia dalam rangka mendaftarkan kebaya sebagai daftar warisan budaya UNESCO.

Intisari-Online.com - Singapura mengajak tiga negara lain untuk bisa 'bertarung' dengan Indonesia dalam rangka mendaftarkan kebaya sebagai daftar warisan budaya UNESCO.

Ketiga negara yang sama-sama berasal dari Asia Tenggara tersebut adalah Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand.

Melalui cara 'keroyokan' tersebut, Singapura berharap mampu mengalahkan Indonesia yang sama-sama ingin mendaftarkan kebaya.

Dilansir dari Straits Times, Kamis (24/11/2022), Dewan Warisan Nasional Singapura (NHB) mengakui bahwa langkah ini akan membuat kebaya menjadi nominasi multinasional pertama Singapura untuk Daftar Perwakilan Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO.

Rencananya, pengajuan ini sendiri akan mulai diserahkan pada Maret 2023.

Baca Juga: Disambangi Presiden FIFA, Presiden Jokowi Perintahkan Untuk Runtuhkan Stadion Kanjuruhan, Ini Penyebabnya

Bagi Singapura, kebaya bukan sekadar pakaian, melainkan juga media penting untuk merepresentasikan budaya Melayu dan Peranakan.

Hal tersebut termuat dalam keterangan yang disiarkan di portal NHB, dijelaskan bahwa kebaya merupakan "aspek sentral dalam representasi dan tampilan warisan budaya dan identitas Melayu, Peranakan dan komunitas lain di Singapura."

Selain itu, masih menurut penjelasan di portal yang sama, disebutkan juga bahwa kebaya adalah "ciri khas bagian dari warisan kami sebagai kota pelabuhan multikultural".

Bagi Singapura, Kebaya adalah cermin perpaduan budaya yang menunjukkan keterampilan dan keahlian berornamen dari pembuatnya.

Baca Juga: Bukan Indonesia, Justru Dua Negara Asia Tenggara Ini Akan Merugi Hebat Akibat Resesi Global

Mereka menganggap bahwa kebaya bisa saja menampilkan motif daun lontar dalam motif tradisional Jawa.

Tapi, di sisi lain, kebaya juga bisa menjadi cermin budaya Melayu, China, India, dan Eropa dalam motif bunga, binatang, atau pun makhluk mitos.

Namun, perlu diketahui bahwa meski Singapura yang terlihat memimpin upaya pendaftaran kebaya tersebut, ternyata Malaysialah yang menjadi pengusul sekaligus koordinatornya.

Meski sudah diisi empat negara, 'koalisi' ini mengaku masih membuka diri jika ada negara lain yang ingin bergabung dalam nominasi multinasional tersebut.

Apakah itu berarti mereka mengajak Indonesia?

Baca Juga: ICW Sebut Permintaan Lukas Enembe Berobat ke Singapura Tak Masuk Akal, Mengapa Singapura Dikenal sebagai 'Surga Buronan'?

Sejarah kebaya

Kata kebaya, seperti dilansir dari kompas.com, Kamis (24/11/2022), berasal dari bahasa Arab yaitu "abaya" yang berarti jubah atau pakaian longgar.

Di masa lalu, kebaya umumnya disandingkan dengan kain atau sarung dengan wanita Indonesia dan Melayu sebagai orang yang paling sering mengenakannya.

Sementara bentuk awal kebaya sendiri sering kali diyakini berasal dari Kerajaan Majapahit, kala para permaisuri atau selir sering mengenakannya.

Baca Juga: Hendak 'Kabur' ke Singapura, Jokowi Minta Lukas Enembe Hormati Panggilan KPK

Namun, catatan pertama terkait penggunaan kebaya muncul dalam catatan resmi bangsa Portugis saat mereka pertama kali mendarat di Indonesia.

Dalam catatan tersebut, dijelaskan bahwa kebaya merupakan pakaian kaum wanita Indonesia pada abad ke-15 dan ke-16.

Namun, dalam periode tersebut, hanya kaum priyayi atau bangsawan yang  mengenakan kebaya.

Di zaman Majapahit, para penggunanya kerap memadankan kebaya dengan kain atau kemben yang membebat dada sekadarnya.

Namun, seiring masukiny Islam pada abad IX, masyarakat Indonesia mulai menutup bagian dada pada kebaya.

Bahkan, tidak jarang mereka mengenakan outer berupa kain tipis yang menutupi bagian tubuh atas yang tak tertutup kebaya seperti punggung, bahu, dan kedua lengan.

Baca Juga: Mengapa Indonesia Masih Rugi Meski Sudah 'Pol-Polan' Naikin Harga Pertamax, Sedangkan Malaysia Masih Jual BBM dengan Harga Murah Meriah Meski Sama-Sama Impor dari Singapura ?