Piala Dunia 2022 di Qatar Disebut-Sebut Sebagai Ladang Untuk Mengirim Mata-Mata, Apa Maksudnya?

Afif Khoirul M

Penulis

(ilustrasi) Stadion Al Bayt memiliki arsitektur yang megah sehingga menjadi lokasi upacara pembukaan Piala Dunia 2022.

Intisari-online.com - Piala Dunia 2022 di Qatar akan di mulai pada Minggu (20/11/22).

Banyak kontroversi seputar Piala Dunia yang digelar di negara Islam ini, bagi barat termasuk larangan alkohol yang tidak diterima penggemar sepak bola Barat.

Selain itu, ajang sepak bola terbesar di dunia itu juga disebut-sebut rentan dengan serangan mata-mata.

Hal ini diungkapkan, perusahaan cybersecurity Recorded Futureyang mengklaim dalam sebuah laporan pada hari Kamis (17/11/22).

Bahwa kelompok peretas yang disponsori negara, dapat melihat Piala Dunia 2022 di Qatar sebagai "lingkungan yang kaya target" untuk memata-matai dan pencurian data.

Sementara itu, komisaris privasi Eropa telah membunyikan alarm atas pengumpulan data negara tuan rumah sendiri.

Pengunjungharus mengambil tindakan pencegahan tambahan, termasuk menggunakan aplikasi komunikasi terenkripsi.

Pelancong dimintaberhati-hati saat menghubungkan ke jaringan Wi-Fi publik dan tidak dikenal.

"Lalu mempertimbangkan penggunaan perangkat burner selama perjalanan daripada perangkat pribadi atau perusahaan," kata perusahaan itu.

Meskipun laporan tersebut menempatkan risiko serangan dunia maya yang terhadap kompetisi Piala Dunia 2022 cukup rendah.

Ia mengklaim bahwa agen intelijen China dan Iran kemungkinan akan melihat Piala Dunia 2022 sebagai kesempatan untuk mengumpulkan data dari pejabat dan pebisnis yang berkunjung.

Baca Juga: World Cup Qatar 2022: Makanan Haram Dilarang di Qatar, Negara Peserta Piala Dunia Ini Akali Daging Babi dengan Hal Ini

Sementara Qatar menjadi tuan rumah pangkalan militer AS di Al Udeid dan dinobatkan sebagai "sekutu utama non-NATO" oleh Presiden Joe Biden pada bulan Maret.

Syekh tersebut adalah anggota inisiatif 'Belt and Road' China dan menyewa sebuah perusahaan China untuk membangun kapal andalannya.

Qatar juga memiliki hubungan dagang dengan Iran, meskipun menjadi anggota Dewan Kerjasama Teluk yang dipimpin Saudi.

Laporan tersebut menganggap Korea Utara dan Rusia tidak mungkin menargetkan Piala Dunia, dengan Pyongyang telah mengirim pekerja untuk membangun infrastruktur terkait turnamen, dan Moskow sibuk dengan konflik di Ukraina.

Rusia secara konsisten membantah tuduhan Barat tentang aktivitas dunia maya yang berbahaya.

Penjahat dunia maya yang bermotivasi finansial juga terdaftar sebagai ancaman, dan dapat menggunakan serangan phishing.

Aplikasi seluler palsu, tiket palsu, dan ancaman ransomware, untuk mencuri data dari penggemar, juga berbahaya ungkap Recorded Future.

Sementara perusahaan itu menyarankan peserta untuk hanya mengunduh aplikasi Piala Dunia yang dibuat oleh FIFA atau pemerintah Qatar.

Regulator Eropa telah memperingatkan bahwa perangkat lunak Qatar juga tidak aman.

Komisaris perlindungan data Jerman memperingatkan pada hari Selasa (15/11) bahwa aplikasi 'Ehteraz' dan 'Hayya' Qatar "lebih jauh" dalam pengumpulan data mereka.

Dengan satu pelacakan nomor yang dihubungi, dan yang lain mencegah ponsel pengguna memasuki mode tidur dan mengirimkan data ke server pusat.

Baca Juga: Buntut Tragedi Kanjuruhan, Sepak Bola Indonesia Langsung Disorot FIFA, Bisa Terancam Diberi Sanksi Berat Ini

Regulator di Norwegia dan Prancis mengeluarkan pernyataan serupa, dengan Norwegia menyarankan penggemar untuk menghapus ponsel mereka sebelum bepergian ke Qatar.

Piala Dunia dimulai ketika Qatar menghadapi Ekuador di Stadion Al Bayt pada hari Minggu, dan berlangsung hingga final pada 18 Desember.

Artikel Terkait