Ukraina Gelap Gulita, 10 Juta Rakyatnya Hidup Tanpa Aliran Listrik

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

(Ilustrasi)c 10 Juta Rakyat Ukraina Kini Hidup Tanpa Aliran Listrik

Intisari-Online.com -Ukraina telah mengalami pemadaman listrik sejak Rusia melancarkan serangan terhadap infrastruktur energinya pada 10 Oktober lalu, setelah menuduh Ukraina menargetkan situs-situs Rusia, termasuk Jembatan Krimea yang strategis.

Awal bulan ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengklaim pemadaman listrik berdampak pada lebih dari 4 juta warga Ukraina, dengan penduduk ibu kota dan pinggirannya menanggung beban paling berat.

Dalam beberapa pekan terakhir, Rusia telah menargetkan jaringan listrik Ukraina setelah sebelumnya menuduh negara itu melakukan serangan 'sabotase' pada infrastruktur kritis Rusia.

KiniZelenskyy mengatakan sekitar 10 juta warganya hidup tanpa sambungan listrik karena rentetan serangan rudal Rusia, sebagaimana dilansir Russia Today, Kamis (17/11/2022).

Dalamvideo pidatonya di Telegram,Zelenskiy menyatakan, banyak kota di Ukraina yang mengalami pemadaman listrik seperti Kiev, Kharkov, Zhytomyr dan Lviv sebagai wilayah paling terdampak.

Ia juga mencatat masalah koneksi internet dan komunikasi di seluruh negeri.

Selain itu, dirinya menyebut serangan Rusia telah membuat beberapa unit nuklir telah dimatikan secara otomatis di dua Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

"Sekitar 10 juta orang Ukraina tanpa listrik," kata Zelenskyy.

"Ini adalah konsekuensi yang diperhitungkan, musuh tahu apa yang ia lakukan," tegas Zelenskyy.

Zelenskiy juga mengklaim bahwa pasukan Rusia telah meluncurkan 90 rudal ke Ukraina.

Pada Selasa lalu, Wakil Kepala Administrasi Kepresidenan Ukraina, Kirill Timoshenko menyebut situasi setelah serangan itu 'kritis'.

Baca Juga: Bukan Rusia, Pejabat Polandia Ini Malah Tuduh Serangan di Negaranya Berasal dari Ukraina, Kok Bisa?

Sebagian besar serangan, kata dia, menargetkan fasilitas di tengah dan utara negara itu.

"Situasi di ibu kota sangat serius, jadwal pemadaman listrik darurat khusus sedang dilakukan," pungkas Zelenskyy.

Menurut pihak berwenang Ukraina, serangan berulang Rusia telah menghancurkan atau merusak hingga 40 persen infrastruktur energi negara tersebut.

Deklarasi Bersama KTT G20

Sementara itu,dalam deklarasi bersama G20 Bali Leaders Declaration, mayoritasanggota G20 mengecam keras perang Rusia-Ukraina yang masih berkecamuk.

Dalam dokumen deklarasi KTT G20 yang dilihat Kompas.com pada Rabu (16/11/2022), anggota kelompok tersebut menyebut perang di Ukraina menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa, dan memperburuk kerentanan dalam ekonomi global.

“Menghambat pertumbuhan, meningkatkan inflasi, mengganggu rantai pasokan, meningkatkan kerawanan energi dan pangan, dan meningkatkan risiko stabilitas keuangan,” tulis deklarasi tersebut.

Di satu sisi, posisi setiap negara G20 tetap sama dengan forum-forum lain, termasuk dalam Resolusi Sidang Umum PBB pada 12 Maret 2022 yang sangat keras menyesalkan agresi Rusia terhadap Ukraina, serta menuntut penarikan penuh dan tanpa syarat dari wilayah Ukraina.

Dalam resolusi tersebut, sebanyak 14 negara sepakat, lima negara menolak, 35 negara abstain, dan 12 negara absen.

Adapun dalam deklarasi bersama KTT G20, dari 20 negara anggota hanya Rusia yang menolaknya, sedangkan China dan India abstain.

“Menyadari bahwa G20 bukanlah forum untuk menyelesaikan masalah keamanan, kami mengakui bahwa masalah keamanan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap ekonomi global,” tulis G20 Bali Leaders Declaration.

Baca Juga: Langsung Jadi Pembahasan di G20, Joe Biden Sebut Serangan Rudal di Polandia, Bukan dari Rusia?

Deklarasi KTT G20 ini juga menyebutkan, sangat penting menegakkan hukum internasional dan sistem multilateral yang menjaga perdamaian serta stabilitas.

Perlu diketahui, Ukraina telah mengalami pemadaman listrik sejak Rusia melancarkan serangan terhadap infrastruktur energinya pada 10 Oktober lalu, setelah menuduh Ukraina menargetkan situs-situs Rusia, termasuk Jembatan Krimea yang strategis.

Baca Juga: Alasan Mengapa Serangan Rudal Polandia, Bisa Memicu Perang Besar-Besaran NATO Dengan Rusia

(*)

Artikel Terkait