Find Us On Social Media :

3 Orang Raja di Nusantara Dibuat Binasa oleh Dahsyatnya Kekuatan Armada Laut Majapahit

By Muflika Nur Fuaddah, Rabu, 16 November 2022 | 07:30 WIB

(Ilustrasi) Angkatan Laut Majapahit

Intisari-Online.com - Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur yang pernah berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1527 M.

Kekuatan armada Kerajaan Majapahit ditegaskan dalan Negarakertagama.

Aktivitas Majapahit yang membuktikan perkembangannya di bidang kemaritiman pada kerajaan tersebut datang dari luar Jawa, Kalimantan, Bali, Sumatra, dan Semenanjung Malaysia.

Kerajaan Majapahit menggunakan Kapal Jung Jawa secara besar-besaran sebagai kapal angkut militer.

Mengutip nationalgeographic, kapal Jung adalah kapal layar tradisional yang digunakan oleh orang Jawa pada zaman dahulu.

Jung merupakan kapal laut yang besar, biasanya dipakai untuk berdagang dengan jarak yang jauh ataupun untuk berperang.

Jung Jawa memiliki sepasang kemudi di buritan, sebuah rumah di atas geladak.

Kapasitas Jung berkisar 200-300 ton dan mampu mengarungi Laut Jawa, Laut China hingga Teluk Benggala.

Jung Jawa yang terbesar mencapai hingga 1.000 ton, yaitu Jung yang dipakai orang Jawa untuk menyerang Malaka pada tahun 1513.

Sementara jumlah terbesar Jung perang Majapahit mencapai 400 kapal yang dikelompokkan menjadi 5 armada.

Kapal-kapal itu mampu menampung hingga 800 prajurit dengan panjang mencapai 50 depa atau setara 100 meter.

Baca Juga: 8 Candi Bukti Peninggalan Kerajaan Majapahit, Termasuk Candi Tikus

Untuk ukuran kecil, kapal ini memiliki panjang 33 meter dengan kapasitas 121 prajurit.

Tidak diketahui berapa tepatnya jumlah total Jung yang digunakan oleh Majapahit, tetapi mereka dikelompokkan menjadi 5 armada.

Jung Jawa memiliki empat tiang layar dengan tiang-tiang itu terbuat dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis.

Bobot Jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis.

Dalam Meluruskan Sejarah Majapahit, Irawan Djoko Nugroho menyebutkan bahwa Majapahit memiliki angkatan laut yang sangat besar untuk melindungi daerah bawahan dan untuk menghukum pembesar daerah yang membangkang terhadap pemerintahan.

Kerajaan Majapahit menguasai wilayahnya melalui kebiasaan ekspansi yang mengedepankan cara-cara persuasif.

Apabila cara-cara yang bersifat persuasif tidak berhasil, maka kekuatan militer digunakan.

Jika suatu daerah takluk di bawah kekuasaan Majapahit, maka pada umumnya Pemerintah Majapahit tidak mencampuri urusan internal daerah tersebut.

Sartika Intaning Pradhani dalam Lembar Sejarah menulis, efektivitas penguasaan Majapahit terhadap wilayah maritimnya tidak dapat dilepaskan dari duo kepemimpinan raja dan patihnya, Raja Hayam Wuruk dan Patih Gadjah Mada. 

Pada saat kepemimpinan Hayam Wuruk, kepastian hukum menjadi pilar yang penting dalam kehidupan kerajaan.

Baca Juga: Bagaimana Peranan Sriwijaya dan Majapahit dalam Proses Integrasi Antarpulau pada Masa Hindu-Buddha? Ini Penjelasannya

Menurut laporan penelitian Sejarah Maritim Indonesia oleh Safri Burhanuddin, Majapahit sangat total menjaga wilayah kekuasaannya.

Pada tahun 1370 Masehi, tiga orang raja di Nusantara berusaha melepaskan diri dari Majapahit.

Mereka mengirimkan utusan sendiri ke Tiongkok, akibatnya Majapahit mengirimkan armada dan pada tahun 1377 raja-raja tersebut dibinasakan.

Armada Jawa adalah kekuatan terbesar armada gugus kapal perang Majapahit.

Hal itu lantaran tugasnya paling berat menjaga pusat kerajaan istana Majapahit.

Angkatan laut ini ditempatkan di pantai utara jawa untuk melindungi negara induk.

Dalam Negarakertagama dan Tafsir Sejarahnya disebut sebagian angkatan laut ini disebar untuk mengawasi daerah bawahan, dan digunakan untuk mengawal petugas yang memunguti upeti di daerah supaya keamanannya terjamin.

Untuk mendukung armadanya, Kerajaan Majapahit mempunyai industri perkapalan yang handal.

Setiap kapal perang Majapahit bersenjatakan meriam Jawa yang disebut cetbang Majapahit dan pandai besi yang mengecor meriam itu berada di Blambangan.

 Baca Juga: Menelusuri Jejak Kerajaan Aru, Berkali-kali Mengirim Misi ke China sejak Zaman Kubilai Khan hingga Berpindah-pindah Ibu Kota Lantaran Hal Ini

(*)