Find Us On Social Media :

Kedatangan 'Satria Piningit' Ditandai oleh Kekacau-balauan Peradaban

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 14 November 2022 | 08:44 WIB

(Ilustrasi) Prabu Jayabaya adalah seorang raja sekaligus pujangga legendaris, menulis ramalan Jangka Jayabaya.

1. Air untuk meneggelamkan lawan-lawannya.

2. Api untuk menghanguskan keangkaramurkaan.

3. Tanah untuk mengubur para musuh.

4 Langit sebagai perisai atau pelindung.

Secara harfiah Satria Piningit itu sendiri diartikan ksatria yang masih tersembunyi oleh zaman.

Secara substansial, Ksatria itu adalah karakter atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin, sedangkan Piningit masih dipingit atau dirahasiakan dalam hal ini dimaksudkan oleh zaman.

Oleh sebab itu, masyarakat hanya bisa berasumsi dan menduga-duga atau menafsir istilah tersebut.

Demikian halnya, Ratu Adil secara harfiah dapat diartikan sebagai pemimpin yang bijak dan adil.

Gabungan dari kedua istilah itu kemudian muncul istilah satria piningit sinisihan wahyu ratu adil yang juga mencerminkan karakter seorang pemimpin.

Dari ciri, sifat dan karakter yang disebutkan lebih merujuk kepada model kepemimpinan dari suatu Negara yang pemimpinnya mampu menegakkan keadilan.

Merujuk pada dokumen lain misalnya dalam kitab Musarar hasil gubahan Sunan Giri Prapen (bait.159) yang juga bersumber dari jangka Jayabaya.

Kitab Musarar adalah konsep ketatanegaraan yang apabila diterapkan mampu menghasilkan masyarakat adil dan makmur sebagai penggambaran sosok Ratu Adil.

Demikian halnya dalam penggambaran kehadiran Satrio Piningit (satria penolong tersembunyi) ditandai munculnya Ratu Adil.

(Sumber: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Volume 21 No 1 April 2021)

Baca Juga: Bukti Peninggalan Kerajaan Kediri: Prasasti, Candi, hingga Kitab

(*)