Penulis
Intisari-Online.com -Jelaskan peran wanita dalam membangun semangat kebangsaan!
Pertanyaan "Jelaskan peran wanita dalam membangun semangat kebangsaan!"adadi halaman 200.
Tepatnya padabuku Sejarah kelas XIdikurikulum 13.
Dalam sejarah perjuangan Indonesia, ada beberapa pahlawan wanita yang berperan dalam kemerdekaan.
Di mana peran wanita dalam membangun semangat kebangsaan ini berbeda-beda.
Misalnya ada peran wanita yang berusaha meningkatkan kesetaraan danharkatwanita dimasa pergerakan kemerdekaan.
Ada juga peran wanita yang membukapeluang pendidikan bagi parawanita Indonesia.
Ada juga peran yang menyatukandan meningkatkan kerjasamadariwanita dariberbagai latar belakang suku dan agama.
Berikut beberapa nama wanita yangikut terlibat dalam membangun semangat kebangsaan beserta perannya.
RA Kartini
Nama Raden Ajeng Kartini tidak asing di kalangan masyarakat Indonesia.
Dia dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita. Sebab dia melahirkan Kongres Perempuan.
Lewat Kongres Perempuan itulah, RA Kartini berhasilmenyampaikan banyak tulisan-tulisannya yang sangat menginspirasi.
Sikap Kartini berhasil mengobarkan semangat perjuangan para wanita Indonesia dan kesetaraan wanita.
Hingga berhasil mendirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912.
Raden Dewi Sartika
Jika RA Kartini dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita, maka Raden Dewi Sartika dikenal sebagaipeloporpendidikan wanita pribumi.
Sebelum berdirinya Yayasan Kartini, ada sebuah sekolah khusus wanita bernama Sakola Istri pada 1904.
Dibentuk oleh Raden Dewi Sartika, di sana dia mengajarkan banyak hal pada wanita.
Misalnya cara memasak, cara membaca, cara menjahit, dan cara menulis.
Dari situ, lahirlahorganisasiwanita pertama di Indonesia, yaitu Putri Mardika.
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkankesejahteraan hidup para wanita pribumi melalui bidang pendidikan.
Ruhana Kuddus
Tokoh wanita ketiga adalahRuhana Kuddus.
Di mana dia berperan dalam mendirikan surat kabarwanita pada 1912 dengan namaSoenting Melajoe.
Lewat surat kabar ini,Ruhana Kuddus banyak menulis kritik terhadap beberapa hal.
Misalnya budaya patriarki, seperti poligami, menikah di bawah umur, dan pengekanganwanita dalammengakses perekonomian.
Baca Juga: PenjelasanKartini, Terkena Dampak dari Kultur Zaman Kolonial Belanda Tetapi Tidak Menyerah