Penulis
Intisari-Online.com - Korban tewas dalam tragedi Itaewon menjadi 156 orang per Selasa (1/11/2022).
Menurut pihak berwenang, sebagian besar korbantewas tragedi Itaewon adalah 101 wanita dan 55 di antaranya pria.
Dari 156 korban itu, 26 orang merupakan warga negara asing. Termasuk dari Amerika Serikat (AS), China, Iran, Thailand, Sri Lanka, Jepang, Australia, Norwegia, Prancis, Rusia, Austria, Vietnam, Kazakhstan, dan Uzbekistan.
Sementara itu, 149 orang terluka dengan 33 orang dengan luka serius. Ada 15 warga asing di antaranya.
Tiga personel militer Korea Selatan juga termasuk di antara mereka yang tewas, kata seorang pejabat Kementerian Pertahanan Korea.
Dilansir dariwashingtonpost.com pada Jumat (4/11/2022),tragedi Itaewon terjadi saat orang-orang berkumpul untuk pestaHalloween Seoul padaSabtu (29/10/2022).
Itaewon memang pusatbagi orang asing yang sudah lama dikenal karena kedekatannya dengan pangkalan militer utama Amerika Serikat (AS).
Tempat ini telah lama menempati tempat khusus dalam sejarah ibukota Korea Selatan.
Daerah Yongsan di dekatnya diduduki oleh Jepang dan kemudian AS.
Amerika Serikat (AS) menduduki pangkalan Yongsan setelah Perang Dunia II dan mulai pergi pada tahun 2017, sebagian besar dilihat sebagai akhirnya mengembalikan tanah itu kembali ke Korea, meskipun banyak masalah masih dalam sengketa.
Baru-baru pada 1990-an dan awal 2000-an, lingkungan itu dikenal dengan barang-barang desainer tiruan dan sebagai distrik lampu merah yang sebagian besar didukung oleh pasukan AS.
Namun di tahun-tahun sejak itu, Itaewon telah menemukan kembali dirinya sebagai pusat kehidupan malam.
Wilauah ini melayani kontingen besar orang asing dan ekspatriat, yang mencerminkan pengaruh dan nilai global.
Tidak heran apabila Itaewon menjadi distrik paling internasional di Seoul, dengan lounge trendi, bar, dan kafe yang meniru tempat-tempat di AS, Eropa, dan Rusia.
Bahkan drama Korea Selatan yang populer secara internasional “Itaewon Class" juga berlatar di sana.
Di mana tempat ini memiliki keragaman ras dan fluiditas gender yang sebagian besartidak ada dari hiburan Korea Selatan lainnya.
Dan inilah yang mungkin jadipenyebab kerumunan besar yang mematikan.
“Bagi warga Seoul, ini semacam tempat turis,” kata Woo, seorang eksekutif game yang sering mengunjungi tempat-tempat trendi di sana untuk bisnis.
“Banyak orang Korea yang nongkrong di Itaewon bergaul dengan orang-orang internasional dan, dengan cara tertentu, menghilangkan ke-Koreaan mereka."
"Saya yakin banyak anak muda Korea yang ada di sana tadi malam bukan dari Seoul.”
Atraksi Itaewon mirip dengan Times Square.
Diperkirakan 100.000 orang berbondong-bondong ke distrik itu hari Sabtu lalu untuk merayakan Halloween.
Perayaan itu adalah acara berskala besar pertama sejak pandemi virus corona memicu pembatalan dan langkah-langkah jarak sosial yang ketat.
Akan tetapi, daerah ini memiliki banyak gangdi lingkungan ini curam, beberapa dengan tangga.
Ketika tragediItaewon terjadi,lingkungan itu tidak mampu mengatasi volume pengunjung pesta.