Penulis
Intisari-Online.com – Selain mengucapkan janji, banyak pasangan mengikuti ritual dalam upacara pernikahan mereka untuk menandakan ikatan pasangan mereka.
Mulai dari pasir sederhana atau tradisi penyalaan lilin-lilin hingga yang sarat dengan warisan agama.
Ada banyak cara yang dilakukan pasangan yang menikah untuk menggabungkan mengikat dalam upacara pernikahan.
Salah satu upacara persatuan tersebut adalah ritual pengalungan laso yang dipraktikkan oleh banyak calon pasangan pengantin Hispanik dan Latin, terutama mereka yang menikah di gereja Katolik, di sebagian besar Spanyol dan Amerika Latin.
Dalam gereja Katolik, ritual pengalungan laso, juga kadang-kadang disebut sebagai ‘lazo’, ini adalah tradisi upacara persatuan di mana pasangan disatukan oleh laso, atau benang, rosario atau tali.
Tradisi pengalungan laso ini mendalami iman Katolik kuno, banyak pasangan non-religius juga memilih memasukkan ritual tersebut dalam upacara pernikahan mereka karena simbolisme yang dikandung.
Selama upacara pernikahan, tak lama setelah janji pernikahan diucapkan, laso ditempatkan di sekitar bahu pasangan yang dilakukan oleh ayah dan ibu baptis, wali baptis, atau pejabat gereja.
Pengalungan laso di sekitar kedua calon pengantin itu melambangkan penyatuan mereka sebagai satu kesatuan.
Angelina Cardenas dari Angelina Cardenas Events, di Tulum, Meksiko, melansir theknot, menjelaskan bahwa ritual pengalungan laso ini melambangkan ‘penyatuan dua orang menjadi satu kesatuan’.
Tidak hanya sponsor pasangan yang biasanya terlibat dalam ritual, tetapi mereka umumnya juga orang-orang yang bertanggung jawab untuk menyediakan laso yang akan digunakan dalam upacara dan umumnya memberikannya kepada pengantin baru sebagai hadiah pernikahan.
Banyak budaya lain memiliki ritual serupa, di mana calon pengantin diikat dengan tali.
Misalnya, dalam tradisi pernikahan Hawaii, pasangan akan mengenakan lei yang melambangkan kekuatan dan umur panjagn dari komitmen bersama mereka satu sama lain.
Beberapa pasangan Irlandia juga ada ritual handfasting, di mana seutas tali atau kain diikatkan di tangan mereka sebagai simbol persatuan suami istri.
Upacara yang hampir sama, biasanya dikenal sebagai ritual renda dan tali, sering disertakan dalam pernikahan Katolik Filipina dan berlangsung dengan cara yang sama seperti pengalungan laso di Spanyol dan Amerika Latin.
Pada akhirnya, ritual pengalungan laso atau tali pengikat berlangsung di Filipina atau diamati oleh pasangan Meksiko, Spayol, atau Latin lainnya.
Namun, makna di baliknya adalah sama, yaitu untuk menghormati institusi pernikahan dan merayakan persatuan yang langgeng.
Dalam pernikahan Katolik, pengalungan laso berlangsung setelah pasangan bertukar janji pernikahan dan setelah ritual, pasangan akan memakai laso untuk sisa ibadah.
Selama ritual pengalungan laso, wali baptis, anggota keluarga atau siapa pun yang memfasilitasi upacara pernikahan akan menempatkan rosario atau tali di sekitar pasangan dalam formasi angka delapan.
Menempatkan tali di sekitar bahu pengantin menyerupai simbol infinity adalah simpul pada sifat ikatan mereka yang tak terbatas di hadapan Tuhan.
Setelah ritual pengalungan laso, mungkin ada doa pernikahan di akhir upacara pernikahan untuk lebih meminta berkah Tuhan atas pasangan dan pernikahan baru mereka.
Apa yang dilakukan pada tali laso setelah upacara pernikahan?
Kebanyakan pasangan pengantin baru itu akan menyimpan manik-manik rosario laso atau tali pernikahan itu sebagai pengingat persatuan abadi yang dilambangkannya.
Banyak pasangan yang mengikutkan ritual pengalungan laso biasanya juga menyertakan las arras, atau pertukaran koin pernikahan.
Dalam upacara itu mereka akan menyimpan koin emas dan laso sebagai kenang-kenangan dari hari pernikahan mereka di rumah sebagai pasangan yang sudah menikah.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari