Penulis
Intisari-Online.com - Jeffrey Dahmer salah satu pembunuh berantai paling terkenal di dunia tewas kurang dari 3 tahun setelah dia menghuni penjara di Portage Wisconsin Amerika Serikat (AS).
Setelah terungkap membunuh setidaknya 17 orang dalam kurun waktu 13 tahun, Jeffrey Dahmer dijatuhi vonis 15 hukuman seumur hidup berturut-turut pada tahun 1992.
Ia menghuni Lembaga Pemasyarakatan Columbia, sebuah penjara dengan keamanan maksimum yang terletak di Portage Wisconsin.
Namun pada 28 November 1994, ia tewas setelah dipukuli oleh sesama narapidana.
Narapidana yang membunuh Jeffrey Dahmer bernama Christopher Scarver, yang juga menghuni Lembaga Pemasyarakatan Columbia sejak 1992.
Scarver memukuli Jeffrey Dahmer saat melaksanakan tugasnya membersihkan kamar mandi gym penjara.
Jeffrey Dahmer ditemukan dipukuli di kepala dan wajahnya. Ia meninggal hanya 1 jam setelah dilarikan ke rumah sakit.
Dalam peristiwa tersebut, Jesse Anderson yang juga mendapatkan tugas yang sama, pun tewas akibat serangan Scarver.
Anderson meninggal karena luka-lukanya dua hari kemudian.
Christopher Scarver pun kemudian justru lebih dikenal karena pembunuhan terhadap Jeffrey Dahmer dibanding kejahatan yang membawanya ke Lembaga Pemasyarakatan Columbia itu.
Lalu, mengapa ia membunuh Jeffrey Dahmer?
Melansir New York Post, dua puluh tahun setelah tewasnya Jeffrey Dahmer, untuk pertama kalinya Christopher Scarver berbicara mengenai alasannya membunuh pembunuh berantai itu.
Scarver mengatakan bahwa dia semakin membenci Jeffrey Dahmer karena pembunuh berantai itu bertingkah menjijikan di penjara.
Menurut penuturannya, Jeffrey Dahmer akan membuat anggota tubuh yang terputus dari makanan penjara untuk mengejek narapidana lainnya.
Dia menyirami bungkus saus tomat sebagai darah.
“Dia akan menempatkan mereka di tempat-tempat di mana orang akan berada,” kenang Scarver (45) dengan suara rendah serak.
“Dia melewati batas dengan beberapa orang –tahanan, staf penjara. Beberapa orang yang berada di penjara bertobat —tetapi dia bukan salah satu dari mereka," ujarnya.
Scarver mengaku langsung tahu untuk menjaga jarak yang aman dari pembunuh berantai itu begitu tiba di Lembaga Pemasyarakatan Columbia Wisconsin.
Ia mengatakan Jeffrey Dahmer memiliki pengawalan pribadi setidaknya satu penjaga setiap saat ketika dia keluar dari selnya karena gesekannya dengan narapidana lain.
“Saya melihat interaksi panas antara [Dahmer] dan tahanan lain dari waktu ke waktu,” kata Scarver, menambahkan bahwa dia tidak terlalu memikirkan Dahmer.
"Tidak ada kesan," katanya.
Scarver mengaku hanya mengawasi Dahmer dari jauh di halaman penjara dan tidak pernah mendekatinya, karena dia tidak ingin menjadi sasaran humornya yang memuakkan.
"Saya tidak pernah berinteraksi dengan dia," katanya.
Tapi itu semua berubah pada pagi hari tanggal 28 November 1994 di hari dia akhirnya membunuh Jeffrey Dahmer.
Scarver menyimpan di sakunya sebuah artikel surat kabar yang merinci bagaimana Dahmer membunuh, memotong-motong -dan dalam beberapa kasus memakan- 17 pria dan anak laki-laki dari tahun 1978 hingga 1991.
Scarver, yang saat itu seorang terpidana pembunuh berusia 25 tahun, baru saja mengambil pelnya dan sedang mengisi ember dengan air ketika seseorang menyodok punggungnya.
“Saya berbalik, dan [Dahmer] dan Jesse tertawa terbahak-bahak,” kenang Scarver.
"Saya menatap langsung ke mata mereka, dan saya tidak tahu siapa yang melakukannya," katanya.
Ketiga pria itu kemudian berpisah, dan Scarver mengikuti Dahmer menuju ruang ganti staf.
Scarver mengambil sebatang logam dari ruang angkat beban dan menghadapkan Dahmer dengan berita yang dibawanya di sakunya.
“Saya bertanya apakah dia melakukan hal itu karena saya sangat jijik. Dia terkejut. Ya, dia," kata Scarver.
Ketika Jeffrey Dahmer mencari pintu berusaha keluar dari ruangan itu, Scarver menahannya.
“Dia akhirnya mati. Saya menundukkan kepalanya," katanya.
Setelah membunuh Dahmer, kemudian ia melintasi gym dan memasuki ruang ganti tempat Anderson bekerja.
Setelah memastikan tidak ada petugas, ia pun memukul Anderson, narapidana yang menjalani hukuman seumur hidup karena membunuh istrinya pada tahun 1992.
Scarver mengaku, ia percaya itu bukan kebetulan bahwa dia berakhir sendirian dengan Dahmer, karena petugas penjara tahu dia membencinya dan menurutnya mereka juga ingin Dahmer mati.
“Mereka ada hubungannya dengan apa yang terjadi. Ya, ”kata Scarver, mencatat bahwa para penjaga menghilang tepat sebelum dia memukul Dahmer dengan batang logam 20 inci seberat 5 pon.
Scarver kemudian dijatuhi hukuman dua hukuman seumur hidup di atas hukuman seumur hidup yang sudah dia jalani.
Melansir hitc.com, pada 2022, Christopher Scarver yang berusia 53 tahun masih di penjara, di Centennial Correctional Facility di Colorado.
Scarver dipindahkan dari Wisconsin ke Colorado pada tahun 2003 setelah 36 narapidana mengajukan gugatan class action atas kondisi di penjara Wisconsin.
Nama Jeffrey Dahmer sendiri belakangan tengah kembali menjadi perbincangan.
Hal itu terjadi usai serial Netflix berjudul Monster: The Jeffrey Dahmer Story jadi serial yang paling banyak ditonton.
Serial itu menceritakan pembunuhan berantai yang dilakukan Jeffery Dahmer, juga berkisah dari sudut pandang para korban.
Monster: The Jeffrey Dahmer Story masuk Top 10 chart Netflix untuk serial berbahasa Inggris dalam minggu keduanya tayang.
(*)