Ada 127 Orang Tewas Usai Kerusuhan Arema VS Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Ini Sejarah Rivalitas Persebaya VS Arema Sejak 1990

Afif Khoirul M

Penulis

Media sosial geger usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya berakhir ricuh hingga disebut telan 127 korban jiwa

Intisari-online.com - Sepakbola Indonesia kembali berduka, usai pertandingan antara Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang berakhir dengan tragedi memilukan.

Dilaporkan, ada 127 orang meninggal dunia, dalam kerusuhan suporter yang pecah usai derbi Jawa Timur tersebut.

"Dalam kejadian tersebut, telah meninggal 127 orang, dua di antaranya anggota Polri," ungkap Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta dalam Konferensi Pers di Malang (2/10/22).

Menurut Nico ada 34 orang yang meninggal dunia di stadion dan 94 meninggal di rumah sakit.

Selain itu tercatat ada 180 orang yang tengah di rawat di sejumlah rumah sakit.

Insiden bermula darilanjutan Liga 1 mempertemukan Arema Vs Persebaya, Sabtu (1/10/22) di Stadion Kanjuruhan Malang berakhir dengan kemenangan Persebaya.

Skor akhir 3-2 untuk kemenangan Persebaya membuat suporter Arema mengamuk.

Kekalahan ini membuat suporter Arema mengamuk sehingga nekat masuk ke dalam stadion.

Jumlah suporter yang tak sebading dengan aparat keamanan membuat petugas melepaskan gas air mata.

Hal itu justru membuat suporter panik dengan beberapa di antaranya pingsan dan sesak napas, hingga bebeberapa orang bedesak-desakan dan terinjak-injak.

Arema Malang danPersebaya Surabaya memang dikenal sebagai musuh bebuyutan.

Tercatat kedua tim besar asal Jawa Timur ini beberapa kali terlibat dalam pertandingan panas yang berakhir dengan kericuhan.

Sejarah mencatat suporter kedua tim bermusuhan sejak 23 Januari 1990, merupakan awal mula kedua suporter bermusuhan.

Para suporter itu menyaksikan sepak bola di tengah konser Kantata Takwa di Tambaksari, Surabaya.

Aksi ejek-ejekan pun terjadi, rivalitas kedua tim asal Jawa Timur tersebut memang sudah memanas sejak dulu.

Sekitar 30 menit sejak konser, suporter Persebaya Bonek kesal lantaran suporter Arema menguasai konser, dan menyebut Arema.

Padahal wilayah tersebut adalah kandang Bonek, atau suporter Persebaya.

Alhasil, kedua suporter ini kemudian tawuran dan terus berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya.

Rivalitas tim asal Jawa Timur ini, juga berimbas pada suporternya yang saling bermusuhan sejak saat itu.

Selain itu, konflik lain disebut juga berasal dari kecemburuan suporter Arema atas pemberitaan media di Jawa Timur, yang gencar membicarakan Persebaya.

Persebaya sering masuk pemberitaan meski hanya melakukan latihan, sementara Arema yang menjuarai pertandingan justru tak diliput media.

Hingga kini, kedua tim ini terus menjadi rival dan pertandingan kedua tim selalu diwarnai dengan suasana panas.

Bahkan upaya untuk mendamaikan kedua suporter dari berbagai pihak sudah dilakukan.

Tak heran jika suporer Arema tak terima ketika timnya kalah dari rivalnya Persebaya sehingga sering berakhir dengan kerusuhan.

Baca Juga: Bukan Partama Kalinya,Tragedi Mengerikan Pertandingan Arema VS Persebaya Ternyata Pernah Terjadi Tahun 2018, Begini Kisahnya

Artikel Terkait