Intisari-online.com - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terus mendapat sorotan dari masyarakat Indonesia.
Pasalnya, harga ada beberapa harga BBM yang awalnya murah kini naik, termasuk Pertamax yang sebelumnya sudah naik, namun turut mengalami penyesuaian.
Pertamax yang awalnya sudah naik di harga Rp12.500 kini naik lagi dengan harga Rp14.500.
Namun, Pertamina mengaku masih merugi, meski sudah menaikkan harga Pertamax untuk kedua kalinya dalam waktu dekat.
Menurut Direktur Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan, Pertamax di harga paling rendah atau bottom line.
"Iya secara produk, jual rugi (Pertamax). Namanya kita jualan, kita selalu main bottom line," kata Nicke, dalam rapat Komisi IV DPR RI, Jumat (9/9).
Meski Pertamax dijual dengan harga Rp14.500 per liternya, belum bisa menutup produksinya.
Sementara, Pertamina yang mencukupi pasokan minyaknya, kekurangan pasokan dan harus mengandalkan impor.
Pertamax kini tak mendapatkan subsidi dari pemerintah, seperti Solar dan Pertalite.
Nicke menyebutkan, untuk harga Pertamax sendiri, seharusnya berada di kisaran Rp17.000 per liternya.
Namun, sebagai perusahaan negara, kerugian yang ditanggung Pertamina seluruhnya ditanggung perusahaan plat merah itu.
"Sekarang subsidi bbm 87 persen dari total penjualan, PSO. Itulah BUMN, yang membedakan dengan swasta, jula rugi Pertamax, beban Pertamina," katanya.
"Kalau lihat kategorinya, Pertamax dalam regulasi JBU (Jenis BBM Umum) yang harganya fluktuatif, disesuaikan ICP, folating price. Tapi Pertamax, kemudian, pemerintah mengendalikan harganya," ucapnya.
Sementara jika menengok dari negara sebelah, Malaysia masih menjual BBM dengan harga murah meriah.
Untuk BBM dengan RON 95 dijual dengan harga Rp6.767, sementara Pertamax dengan RON 92 dijual dengan harga Rp14.500.
Padahal jika dilihat dari sumbernya, Malaysia juga mengimpor minyak dari Singapura sama seperti Indonesia.
Singapura memang tidak memiliki ladang minyak sendiri, namun menjadi hub minyak terbesar kelima di dunia.
Singapura membeli minyak mentah dari Indonesia, kemudian melakukan pengolahan lalu menjualnya ke negara Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Sebagian besar minyak Singapura ditujukkan ke negara tetangga di Asia seperti Indonesia, Malaysia, Australia, dan China.
Tujuan utama ekspor minyak Malaysia, adalah China, Indonesia, India, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Sementara, Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina menjelaskan, harga minyak Malaysia lebih murah karena pemerintahnya memberikan subsidi lebih besar kepara perusahaan migas pemerintah, yaitu Petroliam Nasional Berhad (Petronas).
"Makanya harga jual BBM-nya lebih murah karena minyak yang digunakan Malaysia, Amerika Serikat dan Indonesia dipatok berdasarkan harga minyak dunia," katanya, mengutip Tribunnews, Senin (5/9/22).