Penulis
Intisari-Online.com -Muchdi PR yang dituding sebagai dalang kasus pembunuhan aktivis Munir olehhackerBjorka ternyata pernah terlibat kasus kontroversial.
Ya, selain sempat terseret kasus pembunuhan aktivis Munir, Muchdi PR ternyata juga pernah terseret kasus lain.
Sosok yang berani menggulingkan Tommy Soeharto dari pucuk pimpinan Partai Berkarya itu bahkan sampai sempat 'dimabeskan' karena kasus tersebut.
Beruntung, saat Megawati kemudian naik sebagai Presiden Indonesia, dirinya justru diangkat sebagai salah satu petinggi Badan Intelejen Negara (BIN).
Kehadirannya di BIN disebut-sebut secara khusus untuk mendampingi A.M Hendropriyono, mertua dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Tepat di periode yang sama saat aktivis Munir Said Thalib tewas usai diracun saat sedang berada dalam penerbangan menuju Belanda.
Seperti diketahui, pada Minggu (11/9/2022), nama Munir dan Bjorka menjadi trending topic di lini masa Twitter.
Hal ini dipicu oleh tantangan yang dilayangkan oleh warganet Indonesia kepada Bjorka agar mengungkap dalang pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalid dan juga Supersemar.
"Why so many people tagging me about munir and supersemar," cuit Bjorka di akun Twitter miliknya (10/9/2022).
Esok harinya, sang peretas kemudian menjawab tantangan dari warganet Indonesia tersebut dengan mengunggah identitas Muchdi Purwopranjono alias Muchdi PR.
Bjorka menampilkan identitas rinci yang diduga dilakukan usai mereka melakukan doxing, seperti yang mereka lakukan kepada MenkominfoJohnny G Plate.
Dalam cuitannya tersebut, Bjorka mengungkapkan data pribadi Muchdi PRseperti nomor telepon, email, NIK, nomor KK, alamat, dan data vaksin.
Sosok Muchdi PR sendiri sudah malang melintang di belantika militer dan politik Indonesia.
Karier cemerlangnya di bidang militer dimulai usai dirinya lulus dari AKABRI pada 1970.
Pria yang lahir pada 15 April 1949 di Sleman, Yogyakarta, tersebut kemudian menjabat beberapa posisi penting dalam militer Indonesia.
Mulai dari Komandan Peleton Taruna (1971-1972, Komandan Kodim 1701/Jayapura (1988-1995), Pandam VI/Tanjung Pura (1997-1998) dan terakhir menjadi Danjen Kopassus (1998-1999).
Munculnya Muchdi PR dalam pucuk tertinggi Korps Baret Merah sendiri dipicu oleh pemecatan Danjen Kopassus sebelumnya, Prabowo Subianto.
Hanya saja, karier militernya pada akhirnya harus 'mentok' sampai pada jabatan tersebut.
Muchdi PR, seperti pendahulunya Prabowo, turut terseret dalam kasus penculikan 13 aktivis mahasiswa saat demonstrasi reformasi 1997-1998.
Sang jenderal kemudian harus pasrah 'dimabeskan' menjadi Perwira Tinggi (Pati) Mabes TNI (1999-2001).
Namun, meski karier militernya sudah terhenti, posisi mentereng lain kembali diemban Muchdi PR usai Megawati menjadi presiden Indonesia.
Dengan dalih untuk mendampingi A.M Hendropriyono yang menjadi Kepala BIN, Muchdi PR kemudian diangkat menjadiDeputi V BIN.
Dia menjabat posisi tersebut pada periode 2001 hingga 2005, beririsan dengan waktu pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib pada 7 September 2004.
Muchdi PR bahkan sudah sempat menjadi terdakwa dalam kasus pembunuhan yang melibatkan zat beracun arsenik tersebut.
Jaksa Penuntut Umum (JPU), Cyrus Sinaga menilai Muchdi PR menghabisi Munir karena menjadi pemicu dirinya didepak dari Danjen Kopassus hingga akhirnya kariernya 'tamat'.
"Sehingga terdakwa sakit hati dan dendam pada korban. Dengan diangkatnya terdakwa sebagai Deputi V BIN tahun 2003, kewenangan jabatan itu memberi peluang terdakwa menghentikan kegiatan Munir yang telah merugikan terdakwa," papar Cyrus pada 2008.
"Terdakwa lalu menggunakan anggota jejaring non organik BIN, mantan pilot Garuda Pollycarpus Budihari Priyanto. Dengan posisi Polly sebagai pilot, ia lebih memiliki peluang menghabisi Munir ketika Munir melakukan perjalanan dengan pesawat Garuda," lanjut Cyrus.
Namun, majelis hakim yang dipimpin Suharto justru menjatuhkan vonis bebas, bukan hukuman bui 15 tahun penjara seperti yang dituntut oleh Cyrus.
Padahal, dalam persidangan percakapan telepon antara Polycarpus dan Muchdi sempat diperdengarkan.
Belakangan nama Muchdi PR kembali mencuat usai dirinya mengaku akan melakukan akan menggugat KPU ke Bawaslu.
Hal ini dipicu oleh kegagalan Partai Berkarya, partai yang dipimpinnya, untuk melaju sebagai calon peserta Pemilu 2024.
"Kita akan gugat KPU ke Bawaslu, segera, dalam Minggu ini," kata Sekjen Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang seperti dilansir KompasTV, Rabu (17/8/2022).
Partai Berkarya sendiri sebelumnya didirikan dan dipimpin langsung oleh putra bungsu Soeharto, Tommy Soeharto.
Namun, pada 2022, Mahkamah Agung mengabulkan kasasi yang diajukan oleh MenteriHukum dan HAM, Yasonna H. Laoly dan kubu Muchdi PR terkait kepengurusan partai.
Kasasi tersebut merupakan akhir dari perjalanan panjang Muchdi PR untuk mengkudeta sang Putra Cendana dari pucuk pimpinan Partai Berkarya sejak 2020.
Lalu bagaimana dengan Polycarpus? Dirinya menjadi anggota dari Partai Berkarya yang dipimpin oleh Muchdi PR usai bebas dari penjara.