Penulis
Intisari-Online.com- Sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit bermula dari permohonan Raden Jayawijaya kepada Jayakatwang untuk membuka hutan di daerah Tarik.
Jayakatwang merupakan raja Kerajaan Gelanggelangyang berpengaruh terhadap keruntuhan Kerajaan Singasari.
Penamaan Majapahit sendiri berawal saat para pekerja mulai membuka hutan Tarik, banyak ditemukan buah maja (wilwa) dan saat dimakan terasa pahit (tikta).
Raden Wijaya dan Wirajaya akhirnya mampu membangun kekuatan untuk menyerbu Jayakatwang.
Apalagi, kala itu, mereka mendengar kabar kedatangan tentara Tartar dari Mongol.
Pasukan tersebut sebenarnya hendak menyerbu Raja Kertanegara yang telah dibunuh oleh tentara Jayakatwang.
Oleh Raden Wijaya dan Wirajaya, pasukan Tartar diajak bekerja sama.
Gabungan pasukan itu akhirnya berhasil menjatuhkan Jayakatwang.
Kerajaan Gelanggelang pun runtuh.
Raden Wijaya lantas mengambil alih kekuasan dan memimpin wilayah Jawa dari Majapahit.
Sebelum diangkat menjadi Raja Majapahit, Wijaya terlebih dulu mengusir pasukan Tartar.
Siapakah Orang-orang Tartar?
MelansirBrittanica.com, Tatar atau Tartar adalah anggota yang orang-orangnya terdiri dari beberapa masyarakat berbahasa Turki.
Nama Tatar pertama kali muncul di antara suku-suku nomaden yang tinggal di timur laut Mongolia dan daerah sekitar Danau Baikal dari abad ke-5.
Tidak seperti orang Mongol, orang-orang ini berbicara dalam bahasa Turki.
Mereka bermukim di barat-tengah Rusia di sepanjang jalur tengah Sungai Volga dan anak sungainya, Kama, serta Pegunungan Ural.
Secara kolektif, mereka berjumlah lebih dari 5 juta pada akhir abad ke-20.
Bangsa Tartar juga menetap di Kazakhstan dan sedikit di Siberia barat.
Setelah mereka menjadi bagian dari pasukan penakluk Mongol Genghis Khan pada awal abad ke-13, perpaduan unsur-unsur Mongol dan Turki terjadi.
Penjajah Mongol dari Rusia dan Hongaria dikenal oleh orang Eropa sebagai Tartar.
Setelah kekaisaran Genghis Khan bubar, orang-orang Tartar secara khusus diidentifikasikan dengan bagian barat wilayah Mongol.
Wilayah tersebut mencakup sebagian besar Rusia Eropa dan disebut Gerombolan Emas.
Orang-orang Tartar ini mulai masuk Islam Sunni pada abad ke-14.
Karena perpecahan internal dan berbagai tekanan asing, Gerombolan Emas terpecah pada akhir abad ke-14 menjadi kelompok Tartar Kazan dan Astrakhan di Sungai Volga, Sibir di Siberia barat, dan Krimea.
Rusia menaklukkan 3 kelompok ini pada abad ke-16, tetapi khanat Krimea menjadi negara bawahan Turki Utsmani sampai dianeksasi ke Rusia oleh Catherine the Great pada tahun 1783.
Mereka kemudian mengembangkan organisasi sosial yang kompleks, dan kaum bangsawan mempertahankan kepemimpinan.
Kepala pemerintahannya diisi oleh khan dari Tartar terkemuka (Kazan khanat), yang sebagian keluarganya bergabung dengan bangsawan Rusia melalui persetujuan langsung pada abad ke-16.
Stratifikasi dalam masyarakat Tartar ini berlanjut hingga Revolusi Rusia tahun 1917.
Selama abad ke-9 hingga ke-15, ekonomi Tartar didasarkan pada pertanian campuran dan penggembalaan hewan ternak.
Orang-orang Tartar juga mengembangkan tradisi pengerjaan kayu, keramik, kulit, kain, logam dan telah lama dikenal sebagai pedagang.
Selama abad ke-18 dan ke-19, mereka mulai mendapat posisi dalam Kekaisaran Rusia sebagai agen komersial dan politik, guru, dan administrator wilayah Asia Tengah yang baru dimenangkan.
Lebih dari 1,5 juta Tartar Kazan masih tinggal di wilayah Volga dan Ural, dan mereka merupakan sekitar setengah dari populasi di republik Tatarstan.
Mereka sekarang dikenal sebagai Volga Tatar dan merupakan kelompok Tatar terkaya yang paling maju secara industri.
Hampir satu juta lebih Tartar tinggal di Kazakhstan dan Asia Tengah, sedangkan Tartar Siberia, yang jumlahnya hanya sekitar 100.000, hidup tersebar di Siberia barat.
(*)