Find Us On Social Media :

Kebrutalannya Jelas Membuat Rakyat Timor Leste Ketakutan Kala Militer Indonesia Menyerang dengan Membabi Buta, Ramos Horta Justru Ungkap 20 Tahun Rakyat Timor Leste Tak Pernah Hina Indonesia

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 22 Juli 2022 | 17:03 WIB

Jose Ramos-Horta, Presiden Timor Leste.

Indonesia keberatan bila kunjungan delegasi disertai para jurnalis, sementara di dalam negeri sendiri jurnalisme dibungkam.

Dari jauh hari sebelumnya, para pemuda Timor Leste sudah mempersiapkan sambutan atas kunjungan delegasi Portugal tersebut.

Namun, gerakan mereka ternyata diketahui oleh pemerintah Indonesia.

Para pemuda Timor Leste yang membuat spanduk-spanduk penyambutan delegasi Portugal di gereja Moteal Dili terus diawasi gerak-geriknya oleh TNI.

Hingga pada malam 27 Oktober 1991, sekelompok provokator yang bekerja untuk intelijen Indonesia mengejek para aktivis pro-kemerdekaan dan memancing mereka untuk ribut.

Para pemuda Timor Leste pun terpancing dan terjadi perkelahian malam itu juga.

Pagi harinya, 28 Oktober 1991, jasad aktivis pro-kemerdekaan, Sebastio Gomez, ditemukan tergeletak di dekat gereja Moteal.

Dua minggu setelahnya, pagi 12 November 1991, Pastur Alberto Ricardo memimpin misa arwah untuk memperingati kematian Gomez di gereja Moteal Dili.

Misa tersebut diikuti oleh ribuan umat Katolik Timor Leste.

Saat misa selesai pukul 07.00, sekitar 500 orang keluar dari gereja sambil membentangkan spanduk bergambar pemimpin pro-kemerdekaan Timor Leste Xanana Gusmao.

Mereka terus meneriakkan "Timor Leste! Timor Leste! Timor Leste!" sembari berjalan.

Para pengunjuk rasa terus berjalan hingga sekitar 4 kilometer menuju pemakaman Santa Cruz, tempat Gomez dimakamkan.