Find Us On Social Media :

Mengenang (Sedikit) Sosok Gus Dur, Pembela HAM yang Doyan Lontarkan Candaan

By intisari-online, Selasa, 7 Maret 2017 | 20:40 WIB

Mengenang (Sedikit) Sosok Gus Dur

Intisari-Online.com - Tertanggal 30 Desember 2009 lalu, Kiai Haji Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur meninggalkan dunia di umurnya yang ke-69 tahun. Tokoh muslim Indonesia yang juga pernah menjadi presiden di tahun 1999 ini dikenal sebagai sosok luar biasa.
 
(Siapa Sangka, Makan Es Krim ketika Sarapan Bagus untuk Kesehatan Mental dan Kewaspadaan)
 
Sebelumnya, tahukah Anda nama asli Gus Dur adalah Abdurrahmad Addakhil? Karena dianggap tak cukup dikenal, nama belakangnya pun diganti dengan "Wahid". Sementara "Gus" merupakan sapaan kehormatan ala pesantren bagi anak kiai, yang artinya "abang".
Candaan Gus Dur
Cara mudah mengenang Gus Dur bisa jadi lewat candaannya yang khas. Gus Dur memang fenomenal. Tidak hanya perihal terpilihnya ia menjadi presiden, padahal kita tahu beliau memiliki keterbatasan fisik, tapi juga keunikan kelakar atau candaannya yang memberi kesan tersendiri pada peraih beasiswa dari Kementerian Agama untuk studi di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, tersebut.
 
(Berjuang Bersenjatakan Buku: Gus Dur Teman Mainnya Cuma Buku)
Prof. Dr. Mahfud MD pernah menjadi korban kelakarnya. Kala itu, Gus Dur memintanya menerima jabatan Menteri Pertahanan, namun ia menolak karena merasa tidak memiliki latar belakang terkait pertahanan negara. "Latar belakang saya kan hukum tata negara," sahutnya.
Tak disangka, Gus Dur menjawab, "Kalau masalah gitu nggak perlu latar belakang. Saya aja nggak punya latar belakang presiden, tapi bisa jadi presiden!"
Atau, Anda mungkin juga pernah mendengar yang satu ini, saat Gus dur menyebut semua presiden yang pernah menjabat di Indonesia adalah pelaku KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Ia berdalih, "Presiden pertama (Soekarno) itu saya katakan Kanan Kiri Nona. Presiden kedua (Soeharto), juga KKN, tapi yang ini Kanan Kiri Nabrak. Yang ketiga (Habibie) malah lebih parah lagi, Kecil Kecil Nekad. Yang keempat anda sudah tahu semua, yakni Kanan Kiri Nuntun. Dan yang terakhir, yang satu ini (sambil tertegun beberapa saat) Kayak Kuda Nil," ujarnya disambut tawa 4.000-an hadirin. 
Kayak Kuda Nil merupakan candaan yang beliau lontarkan untuk me nggambarkan sosok Megawati yang bertubuh besar, senang berendam, sedikit gerak, serta jarang bicara. Ada-ada saja!
Pembela HAM yang banyak penghargaan 
Yang tak terlupakan juga kegigihan tokoh Nadhlatul Ulama (NU) ini dalam membela warga keturunan Tionghoa, melepaskan mereka dari kungkungan diskriminasi. Secara terbuka, pendiri Partai Kebangkitan Bangsa ini pun mengatakan ada darah Tionghoa yang mengalir di dirinya. 
Penerima penghargaan Ramon Magsaysay Award untuk kategori Community Leadership ini tak hanya dipuja di Indonesia, tapi penghormatan terhadapnya juga datang dari penjuru dunia. Ini terlihat dari aneka penghargaan dunia yang didapatnya, antara lain penghargaan dari Simon Wiesenthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan HAM. Ada juga penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas, salah satunya dalam membela umat beragama Konghucu. Penghargaan lain datang dari Universitas Temple. Namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study. Mengenang Gus Dur berarti mengenang tentang penumpasan diskriminasi, perluasan pemahaman agama, serta pembabatan sekat anti-toleransi. Beliau sebuah bukti nyata bahwa perdamaian bukan tidak mungkin terjadi. (Berbagai Sumber)